Layla, Juliet, Dan Pattie
Inovasi
March 15, 2024
Zachary Jonah
Ketika Layla menemui Qays di hutan belantara. (credits : wikicommons)
“What’ll you do when you get lonely
And nobody’s waiting by your side?
You’ve been running and hiding much too long.
You know it’s just your foolish pride.”
LAYLA, sebuah lagu di nomor urut ke-13 di album Layla and Other Assorted Love Songs yang ditulis oleh Eric Clapton dan Jim Gordon di November 1970. Sewaktu itu, Eric Clapton masih bergabung dalam grup band aliran blues rock bernama Derek and the Dominos.
Senyatanya, lagu ini terinspirasi oleh kisah Layla Majnun (Laila Dan Kekasihnya Yang Gila) yang ditulis oleh penyair Persia yang berasal dari Azerbaijan abad ke-7 Masehi, Nizami Ganjavi. Buku ini yang dibaca Clapton sebelum membuat lagu yang selanjutnya pernah ia bawakan secara Unplugged pada tahun 1992.
Qays adalah pemuda yang menggilai Layla. Tetapi Qais tidak memiliki harapan untuk menikahi Layla.
Sementara, Clapton yang naksir berat dengan Pattie Boyd, istri dari gitaris The Beatles, George Harrison. Meskipun, selang delapan tahun kemudian, pada 27 Maret 1979 Eric Clapton menikahi Pattie Boyd.
Kendati, pada tahun 1989, mereka harus berpisah. Kisah tragis ini terungkap di memoar Pattie Boyd pada tahun 2007 dengan judul Wonderful Tonight: George Harrison, Eric Clapton, and Me.
Nezami menceritakan tentang seorang pemuda bernama Qais yang jatuh cinta kepada Layla. Namun, ayah Layla tidak menyetujui hubungan mereka.
Mirip dengan drama tragedy Romeo dan Juliet yang ditulis William Shakespeare di tahun 1591. Yang merupakan gabungan ide dari sajak dalam The Tragical History of Romeus and Juliet oleh Arthur Brooke tahun 1562, dan diceritakan kembali dalam bentuk prosa pada Palace of Pleasure karya William Painter tahun 1582.
Berbeda tentunya, karena puisi narasi Layla Majnun berusia lebih tua dari semuanya. Puisi ini mengisahkan tentang Qays ibn al-Mulawwah dan kekasihnya Layla binti Mahdi atau juga dikenal dengan Layla al-Aamiriya yang telah mencinta sejak dari usia belia.
Namun, karena ayah Layla tidak mengizinkan mereka menikah, Qays pun seperti orang gila. Banu Amir menjulukinya majnun, karena Qays dianggap sedang kerasukan jin.
Nizami, sebagaimana tradisi kisah-kisah dari Arab dan Persi, selalu mengabaikan nuansa erotika dalam percintaan. Ia lebih mengutamakan mengungkapkan perasaan Qays yang sedang merindu dan selalu merasa dahaga. Mungkin, ini adalah pengaruh dari puisi cinta Udhrite.
Nizami lebih menonjolkan pemaknaan cinta pada karyanya, melalui Qays sebagai tokohnya.
Kisah Majnun ini, adalah cerita lisan yang berhasil didokumentasikan Nizami dari kitab Al-Syi’r wa-l-Shu’ara’ dari al-Aghani dan Ibnu Qutaybah. Nizami berhasil menciptakan adegan-adegan dan mengembangkan plot dari cerita lisan itu.
Lord Byron, penyair Inggris abad ke-18 memberi gelar The Romeo and Juliet of the East untuk Layla Majnun. Tetapi, adat dan tradisi tentunya berbeda.
Tema yang diangkat dalam Layla Majnun, tentunya adalah tema yang akrab dalam Sufisme : cinta. Bagaimana seseorang melebur dalam proses mencinta; melalui fisik dan psikis. Bahwa tubuh akan mengikuti perasaan.
Tema Majnun ini, juga diikuti oleh penyair Lebanon abad ke-19, Kahlil Gibran, pada The Madman, His Parables and Poems. Ia mencintai May Ziadeh perempuan yang satu pemikiran dengannya. Tetapi, hingga kematiaannya, tahun 1931, ia bahkan belum pernah bertemu dengan May Ziadeh.
Pada kesamaannya, cinta terputus ketika orangtua dari perempuan yang dicintai memberikan tanda verboden, dan semuanya berakhir begitu saja.
Angkatan Balai Pustaka di Indonesia mengenal roman Siti Nurbaya yang ditulis Marah Rusli pada tahun 1922. Tetapi, Siti Nurbaya termakan oleh racun yang diberikan Datuk Maringgih, dan mengakibatkan Samsulbahri putus asa dan hendak bunuh diri.
Kisah ini lebih dekat dengan Romeo and Juliet, dimana keduanya mati karena racun.
Tetapi, tidak dengan Qays. Setelah Layla menikah dengan seorang saudagar kaya dari suku Thaqif oleh ayahnya, Qays yang putus asa pergi meninggalkan rumah untuk menuju hutan belantara. Tetapi, Layla masih mencintainya, dan masih memendam kerinduaan hingga akhirnya meninggal dunia.
Qays mendatangi makam Layla. Kondisi Qays sangat menyedihkan. Qays tetap berada di makam Layla, siang dan malam. Hingga akhirnya ia sakit parah dan meninggal dunia, menyusul Layla.
Tragedi, sama seperti seluruh tingkatan pada drama karya Shakespeare, yang berujung pada catastrophe.
Qays adalah paman dari Layla, dan Layla adalah puteri dari sepupu Qays. Qays dan Layla, keduanya adalah keturunan dari suku Hawazin dan suku Banu Ka’b. Yakni suku yang memiliki hubungan Silsilah dengan Nabi Muhammad SAW.
Anggota suku ini adalah keturunan dari Adnan yang merupakan keturunan Nabi Ismael, putera dari Nabi Ibrahim.
Jika dilihat dari lokasi, Qays dan Layla berasal dari daerah Al-Aflaj, Riyadh, Saudi Arabia. Secara geografis, daerah ini memiliki banyak pegunungan batu. Satu diantaranya adalah Jabal Al-Toubad. Tempat ini yang menjadi saksi kisah tragedi Qays dan Layla.
Tragis, dan berujung pada kematian, seperti prasa Till Death Do Us Apart.
Tetapi, hanya Eric Clapton dan Pattie Boyd yang mengakhiri kisah cinta mereka di pengadilan, ketika keduanya masih sama-sama hidup.
Mungkin, karena perbedaan mendasarnya, adalah, karena Pattie pada awalnya, berselingkuh sejenak dengan Clapton, tetapi kemudian kembali ke Harrison. Dan, Clapton dikabarkan menjadikan Pattie sebagai pertaruhan.
Meskipun, pada akhirnya, Pattie dan Clapton menikah. Tetapi, tidak ada yang pernah tahu keadaan yang sebenarnya.*