Qais Bin Shirmah Yang Berpuasa Hingga Pingsan

Lifestyle

March 1, 2024

Junus Nuh

Sebuah masjid di Jambi, diperkirakan tahun 1910. (: Universiteit Leiden)

“Maafkan aku, suamiku.

Hari ini kita tidak punya makanan apapun.

Tunggulah sebentar, aku akan mencarikan makanan untukmu.”

SEORANG buruh perkebunan kurma, bernama Qais bin Shirmah al-Anshari sedang melakukan ibadah puasa. Kala itu bulan Ramadhan, dan waktu berbuka puasa telah tiba.

Ia berjalan menuju rumahnya untuk membatalkan puasa hari ini. Ketika ia sampai di rumah, ia bertanya kepada istrinya,

“Istriku, apakah kita memiliki makanan untuk berbuka puasa?”

Istrinya lalu menjawab, bahwa mereka tidak memiliki makanan sama sekali di rumahnya. Mengutip Pesona Ibadah Nabi karya Ahmad Rofi’ Usmani, istri Qais keluar rumah dan mencari sesuatu untuk dimakan suaminya. Sementara menunggu istrinya Kembali ke rumah, Qais bin Shirmah yang seharian sudah bekerja keras di kebun kurma pun tertidur pulas.

Qais tertidur lelap dengan dengan perut yang kosong.

Sesaatnya kemudian, istri Qais pun Kembali ke rumah, datang dengan membawa makanan untuk berbuka. Tetapi, ketika ia melihat suaminya sedang tertidur pulas, istri Qais pun urung membangunkannya.

Keesokan harinya, istrinya mendapati Qais bin Shirmah yang tidak makan dan minum sejak sehari sebelumnya, berada dalam keadaan pingsan. Istrinya pun melaporkan kejadian ini kepada Nabi Muhammad. Qais bin Shirmah adalah juga sahabat nabi.

Mengutip sunnah.com, Al-Bara bin ‘Azib menarasikannya kembali bahwa adalah kebiasaan di kalangan sahabat Muhammad, jika ada di antara mereka yang berpuasa dan makanan disajikan tetapi dia telah tidur sebelum makan, dia tidak akan makan malam itu, atau keesokan harinya hingga malam hari.

Qais bin Sirmah Al-Ansari, katanya, bekerja pada siang hari, sehingga matanya yang tertidur menguasainya. Setelah pada tengah hari keesokan harinya ia pun pingsan.

Menurut islam.nu.or.id, peristiwa inilah yang membuat diwahyukannya Surat al-Baqarah ayat 187 kepada nabi Muhammad. Yakni surat yang menjadi pedoman pelaksanaan waktu ibadah puasa.

“Dihalalkan bagimu melakukan hubungan intim dengan wanita-wanitamu pada malam puasa. sangat gembira karenanya. Dan makan dan minumlah sampai benang putih (cahaya) fajar tampak jelas bagimu dari benang hitam (malam).”

Berpuasa, telah lama dilakukan, jauh sebelum pengaut Islam melakukannya. Mengutip islam.nu.or.id, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas RA, mengatakan, “Ketika tiba di Madinah, Rasulullah SAW menyaksikan umat Yahudi Madinah berpuasa Asyura.”

“Puasa apa?” tanya Rasulullah SAW.

“Ini puasa (Asyura) hari baik. Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari musuh mereka pada hari ini,” demikian jawab Yahudi Madinah.

Rasulullah SAW kemudian juga ikut berpuasa Asyura dan memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa Asyura.

“Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian,” demikian kata Rasulullah SAW.

Mengutip alodokter.com, puasa bermanfaat bagi tubuh manusia, baik itu secara fisik maupun mental. Puasa pun dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan bagi seseorang yang tengah mengalami suatu penyakit.

Beberapa manfaat langsung dari berpuasa adalah; menurunkan berat badan, menjaga kesehatan jantung, mengurangi risiko terkena diabetes, mengurangi risiko munculnya kanker, dan menjaga kesehatan mental.

Tetapi, perlu juga diperhatikan bahwa puasa tanpa makan sahur atau saat kondisi tubuh sedang tidak sehat dapat menjadi bahaya bagi tubuh dan kesehatan.

Juga, tidak dianjurkan bagi orang yang memiliki penyakit atau kondisi medis tertentu; seperti penyakit ginjal, kerusakan hati, tekanan darah rendah, kurang darah, diabetes, gangguan makan, dan daya tahan tubuh lemah. Termasuk juga, ibu hamil atau menyusui serta orang yang sedang menjalani pengobatan tertentu; seperti kemoterapi, misalnya. *

avatar

Redaksi