Jejak Islam Tertoreh di Hutan Hujan Sumatera

Budaya & Seni, Lingkungan & Krisis Iklim

March 22, 2023

Jon Afrizal, Jambi

(Video melengkapi artikel ini.)

SATU areal pekuburan lama di areal restorasi ekosistem Hutan Harapan telah berhasil dibersihkan. Pekuburan ini sama dengan kuburan penganut Islam pada umumnya di Provinsi Jambi, yakni pekuburan umat Islam.

Masing-masing makam memiliki nisan dari kayu, yang motifnya terlihat cukup tua. Diperkirakan ini adalah makam para pendahulu kelompok indigenous people Batin Sembilan yang berdiam di area Simpang Macan dan sekitarnya, pada awal tahun 1900-an. Beberapa makam pun telah diperbaiki oleh ahli warisnya.

Sebelum dibersihkan, areal pekuburan ini telah tertutup semak belukar. Areal ini dibersihkan pada tahun 2022 lalu, atas inisiatif pihak Hutan Harapan.

Pekuburan Islam yang berada di Konsesi Hutan Harapan di Provinsi Jambi. (credit title: Jon Afrizal/amira.co.id)

Indigenous people Batin Sembilan hidup di kawasan yang kini disebut Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Mereka hidup di pinggir sungai. Seperti Sungai Bahar, Batang Meranti, Sungai Kapas dan lainnya.

Berdasarkan sembilan anak sungai yang berinduk pada Sungai Batanghari itulah nama Batin Sembilan mereka dapatkan. Artinya kira-kira penjaga sembilan anak sungai, begitulah.

Peradaban tertinggi dari indigenous people ini berada di sebuah area yang disebut “Rumah Tinggi”, di tepi Sungai Kapas. Para penduduk di sana telah lama menganut agama Islam, dan telah menggunakan berbagai peralatan rumah tangga yang terbuat dari kayu.

Tetapi, keterdesakan telah membuat mereka untuk tetap hidup nomaden. Keterdesakan yang berawal pada masa pendudukan Belanda. Yang membuat mereka berada di antara dua kekuatan; yakni Belanda dan Kesultanan Jambi.

Keterdesakan itu yang membuat mereka seperti terpinggirkan. Meskipun senyatanya, tidak. Areal pekuburan lama ini telah membuktikan bahwa indigenous people ini telah menganut Islam dan memiliki kehidupan yang baik dan teratur seperti di kawasan “Rumah Tinggi” yang disebut sebelumnya.

Pekuburan ini diyakini sebagai keturunan awal dari kelompok Batin Sembilan yang berada di Simpang Macan dan sekitarnya. (credit title: Jon Afrizal/amira.co.id)

Saat ini, sebanyak tujuh kelompok telah hidup menetap, dan tiga kelompok lainnya masih hidup dengan pola semi nomaden.

Menurut data pengelola Hutan Harapan, PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI), sebanyak hampir 1.000 jiwa indigenous people Batin Sembilan hidup di kawasan hutan hujan Sumatera dengan luas 144.910 hektare ini.

Meskipun hidup di belantara, namun indigenous people ini telah lama menganut Islam. Jejak Islam kokoh terpatri di makam para leluhur mereka, yang telah mendiami kawasan hutan hujan ini lebih dari 200 tahun lamanya.*

avatar

Redaksi