Pesan Universal Sang Darwis

Hak Asasi Manusia

June 13, 2023

Junus Nuh

Tarian Sufi. (credits : deccanchronicle)

Pada cinta; selain meminum anggur keabadian,

–  tidak ada yang lain.

Tidak ada alasan untuk hidup kecuali memberikan hidupku.

Aku berkata, “Pertama, aku mengenal-Mu. Selanjutnya, aku mati.”

Ia, lalu,  berkata, “Bagi orang yang mengenal-Ku, tidak ada kematian.”

CINTA, adalah tema khas dalam puisi-puisi Rumi. Tema yang memiliki posisi terpenting dalam sekian banyak puisi Rumi. Tema, yang menggambarkan pengorbanan diri, dan tentang ketersembunyian ketika mencinta. Bahwa tidak seorang lain pun boleh tahu, selain orang yang mencinta dan yang dicintainya.

Rumi hidup di abad ke 12 masehi. Penggalan puisi di awal tulisan ini di ambil dari buku Rumi – Thief of Sleep yang ditulis  Shahram  Shiva. Rumi adalah seorang Suni, jika berbicara tentang aliran agama. Tepatnya, penganut ajaran Sufi.

Rumi, atau bernama lengkap Mowlana Jalaloddin Balkhi, yang lahir pada tanggal 30 September 1207, di Provinsi Balkh, Afghanistan, di ujung timur Kekaisaran Persia.

Mengutip poets.org, Rumi berasal dari garis keturunan yang panjang, yang terdiri dari ahli hukum agama Islam, teolog dan mistikus. Mistikus di sini, adalah kata ganti untuk penganut sufisme.

Sewaktu masih sangat kecil, serangan Gengis Khan telah memaksa keluarga mereka untuk berjalan ribuan kilometer menuju Konya, Turki.

Dari Konya, puisi-puisi cinta Ketuhanan itu ia diktekan kepada Husam Chelebi, hingga akhir hayatnya, pada tanggal 17 Desember 1273.

Satu keunikan Rumi, bahwa ia berusaha mengkomunikasikan kepada pengikutnya dan juga orang lain, tentang apa yang ia ketahui dalam perjalanan spiritualnya melalui puisi.

“Seperti semua guru yang baik, Rumi percaya bahwa pada akhirnya, ketika cara untuk melangkah lebih jauh telah gagal dan suaranya terdiam, maka murid-muridnya akan belajar untuk memahaminya sendiri,” demikian dikatakan Alan William, penerjemah Spiritual Verses (Masnawi) edisi bahasa Inggris.

Cinta, dalam bahasa Rumi adalah perjalanan spiritual, ibadah seseorang kepada penciptanya. Penggunaan kata cinta di sini, adalah penggambaran dari sebuah proses yang luhur, yang datang dari hati dan pikiran seseorang. 

Sehingga, cinta menjadi kata yang sangat universal. Dapat digunakan dan dilakukan oleh siapa saja. Karena, toh senyatanya setiap manusia memiliki cinta.

Jalaluddin Rumi (courtesy nu.or.id)

Maka, adalah wajar jika UNESCO, organisasi PBB menetapkan tahun 2007 sebagai “Tahun Rumi”.

Berawal di tahun 1244, ketika Rumi bertemu Syams Tabriz, dan keduanya berteman akrab. Ini adalah titik sentral dari perjalanan hidup Rumi. Selama empat tahun berteman akrab, dan Rumi sendiri meyakini bahwa puisi-puisi ilahiahnya lahir karena sering bertukar pandangan dan pendapat dengan Syam Tabriz.

Beberapa karya Rumi yang terkenal adalah Masnawi dan Fihi Ma Fihi.

Jauh sebelum itu, sekitar pada tahun 1220, kala itu Rumi masih remaja. Ia mulai tertarik dengan teologi Islam. Dan berguru dengan Fariduddin Attar. Attar pun memberikan salinan buku Ilahin ama (Kitab Tuhan) miliknya kepada Rumi.

Ilmu yang terus berkembang, hingga pada tahun 1231, ketika ayahnya meninggal, Rumi berposisi sebagai kepala komunitas belajar spiritual (madrasah).

Catatan tentang hidup Rumi didapat dari putera tertuanya, yang bernama Sultan Velad. Dari Velad, berhasil diketahui sebanyak 147 naskah, termasuk surat yang ditulis oleh Rumi.

Dari sana diketahui tentang peran Rumi  di dalam komunitas spiritualnya. Bagaimana Rumi menjadi penengah untuk menyelesaikan perselisihan antar anggota, dan juga bagaimana Rumi menjembatani anggota komunitas yang ingin meminjam uang kepada orang-orang kaya atau bangsawan di Konya.

Serta, tentang Syams Tabriz, sendiri. Menurut bbc.co.uk, Syam sebagai orang yang ia anggap pantas untuk bertukar pendapat dalam masalah teologi. Sehingga membuat kecemburuan sosial dari anggota komunitas terhadap Syam, dan berulang kali para anggota mengusirnya.

Hingga pada 1248, Syam benar-benar menghilang. Dan butuh waktu lama bagi Rumi untuk dapat berdamai dengan dirinya sendiri terhadap kesedihan itu.

Pertanyaan yang muncul, adalah, mengapa harus Syam yang akrab dengan Rumi, dan bukan anggota komunitas yang lainnya. Sebab, menurut Rumi,  Syam adalah jiwa yang agung. Syam telah berani untuk bersumpah untuk hidup dalam kemiskinan di sepanjang hidupnya, sebagai wujud dari perjalanan spritualnya, untuk tidak mencintai kebendaan, melainkan hanya mencintai Penciptanya (: darwis).

Coleman Barks, penterjemah Rumi’s The Shams edisi bahasa Inggris mengatakan bahwa Rumi adalah jiwa yang agung, dan guru spiritual agung.

“Rumi menunjukkan kepada kita semua tentang kemuliaan kita. Rumi ingin agar kita menjadi lebih hidup,” kata Barks.

Rumi, kata Barks, ingin agar setiap manusia melihat sisi kemuliaan dari setiap manusia. Dengan penggambaran melihat dari sebuah cermin secara bersama-sama.

Rumi memiliki seorang juru tulis, bernama Husam Chelebi. Karya agung, yang selama 12 tahun didiktekan Rumi kepada Husam Chelebi, adalah Masnawi (Spritual Verse).

Masnawi adalah karya ajaran spiritual Rumi yang paling pribadi. Terdiri dari 64.000 baris, yang pada karya itu Rumi menjelaskan tentang akar dari ajaran Islam. Hingga, ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 17 Desember 1273 di Konya, Turki.

Makamnya, kini menjadi museum Mevlana.  Sebuah situs yang terdiri dari makam, masjid, aula dan tempat tinggal para darwis.

Universalitas karya-karya Rumi, hingga hari ini, membuat buah pikiran Rumi sangat berpengaruh di dalam tulisan-tulisan budaya Islam. Sebagai fasilitator, yang dapat menjembatani orang di luar Islam untuk memahami Islam dan ajarannya.

Cinta, adalah universal. Dan buah pikiran universal itu membuat karya-karyanya diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Sufisme sendiri, yang terus berkembang hingga hari ini, adalah ilmu tentang pengembangan spiritual, atau, karakter batin seorang muslim.

Sehingga, sebagai seorang yang percaya terhadap Allah, Muhammad dan Al Qur’an, Rumi berusaha untuk memanifestasikan ajaran Islam. Yang tidak lain, adalah Cinta.*

avatar

Redaksi