Anti-Kekerasan ala Amish
Hak Asasi Manusia
May 13, 2023
Jon Afrizal
Dua anak perempuan Amish di belakang kereta. (photo courtesy : Library of Congress)
Sebagian besar Amish berada di negara-negara bagian yang bergantung pada pertanian. Mereka tetap setia pada keyakinan pasifisme, dan menolak wajib militer.
ANTI kekerasan adalah tindakan yang berasal dari keyakinan. Keyakinan itu hingga kini dipegangteguh oleh kelompok masyarakat Amish yang berada di Amerika Serikat dan Canada.
Dikutip dari ranker.com, tindakan anti kekerasan ini disebut sebagai pilar signifikan dari keyakinan kelompok Amish. Anggota kelompok masyarakat Amish menghindari segala bentuk kekerasan.
Komitmen mereka terhadap ajaran ini begitu mendalam sehingga, sebagai sebuah kelompok kepecayaan, membuat mereka menolak untuk bertugas di militer. Bahkan, mereka menolak untuk mencari pekerjaan di pemerintahan atau kepolisian.
Penafsiran mereka terhadap ajaran Yesus juga mencegah mereka melibatkan diri dalam sistem pengadilan, dalam kapasitas apa pun. Sebab mereka memandang litigasi adalah sebagai sarana kekerasan dan agresi.
Pemahaman itu berhubungan dengan sikap pasifisme mereka, yakni menolak perang. Sebab sejauh ini, memang tidak ada catatan tentang keterlibatan kelompok masyarakat Amish pada Civil War di Amerika Serikat.
Sikap pasifisme itu yang membuat kaum sektarian ini tidak ikut serta dalam perang saudara dari tahun 1861 hingga 1865 yang telah menghilangkan sekitar 620.000 jiwa pada periode kelam itu.
Meskipun, menurut para sejarahwan, cukup sulit untuk bersikap : menolak perbudakan sekaligus menolak perang saudara. Tapi, itulah yang dilakukan kelompok masyarakat Amish. Demikian menurut buku Mennonites, Amish and the American Civil War karya James O. Lehman of Harrisonburg dan Steven M.
Selain itu, sebaran kelompok Amish tidak hanya di negara-negara di Selatan yang termasuk 11 Negara Konfederasi Amerika, yang menyatakan menolak perbudakan, saja. Sebaran kelompok Amish meluas hingga ke Utara.
Sikap pasifisme itu berbentuk kepada style mereka. Pria tetap dicukur bersih sampai menikah, di mana mereka mulai menumbuhkan janggut. Mereka terus mencukur kumis mereka. Kumis dianggap memiliki ikatan dengan militer, sebuah asosiasi yang ingin dihindari oleh orang Amish karena sikap pasifisme mereka.
Tetapi, memelihara jenggot adalah hubungan pribadi dengan kepercayaan Amish. Sehingga, jika ada orang dari luar kelompok yang memaksa mereka dengan memotong janggut, dianggap sebagai kejahatan kebencian terhadap agama dan kepercayaan Amish, dan dapat diadili dan dipenjara sesuai aturan hukum yang berlaku luas di Amerika Serikat.
Menarik untuk melongok pola pikir kelompok Amish, sebuah kelompok masyarakat yang berakar pada kepercayaan Anabaptis Jerman-Swiss, yang bermigrasi ke Amerika Serikat pada awal tahun 1700-an lalu. Dan, hingga kini masih ada.
Keluarga Amish bersama keretanya. (photo courtesy : Associated Press)
Anggota-anggota kelompok ini berada di negara-negara bagian yang bergantung pada pertanian, seperti Pennsylvania, Ohio, dan Indiana. Tetapi, juga di Missouri dan Tennessee.
Banyak dari anggota kelompok Amish masih berbicara dengan menggunakan bahasa Jerman kuno. Tetapi itu hanya di lingkungan rumah dan di komunitas mereka saja.
Amish, bukanlah etnis. Tetapi adalah keyakinan. Terminologi Amish, hanya digunakan bagi mereka yang seiman saja.
Dengan populasi sebesar 250. 000 jiwa, Amish adalah kelompok kecil di Amerika Serikat dan Kanada. Meskipun, senyatanya, setiap keluarga Amish memiliki anak antara enam hingga delapan orang anak.
Juga hal yang cukup rumit di negara se-modern Amerika Serikat, adalah, Amish menolak penggunaan alat musik. Bagi mereka, memainkan alat musik adalah mempromosikan ekspresi diri, keangkuhan, dan individualitas.
Tetapi, dengan satu pengecualian, dan dengan demikian, alat musik dilarang. Satu pengecualian adalah harmonika, yang kadang-kadang diizinkan.
Alat musik yang biasa mereka gunakan adalah suara manusia, dan ini tidak dilarang.
Pandangan Amish yang konservatif dan termotivasi alkitab, memberikan “sekat” bagi perempuan. Bagi mereka, saat berada di rumah, suami dan istri dapat menciptakan dinamika kekuatan apa pun yang terbaik untuk melayani rumah tangga mereka.
Tapi, ketika berada di depan umum, seorang istri selalu diharapkan untuk tunduk kepada suaminya demi menjaga citra ketundukan. Selain itu, perempuan juga dilarang berpartisipasi dalam posisi kepemimpinan gereja apa pun.
Perempuan Amish; istri dan ibu, bertugas menjaga rumahnya. Sedangkan yang masih lajang bekerja di luar rumah. Seperti membantu bisnis keluarga, mengajar, menjadi pelayan di restoran Amish, merajut, dan menjahit.
Sebagai masyarakat konservatif, Amish menolak untuk di-photo. Mereka percaya photography bertentangan dengan gagasan alkitab, yakni tentang kerendahan hati dan penyembahan terhadap berhala.
Masyarakat Amish tidak menyetujui photo yang berpose. Bahkan, mereka memiliki kartu identitas pemerintah (KTP) mereka tanpa photo diri mereka.
Kehidupan masyarakat Amish tidak jauh berbeda kala pertama mereka datang dari Jerman dan Swiss ke Amerika, hampir dua abad sebelum Civil War terjadi. Menjahit busana berenda bagi perempuan, topi, pertukangan, pertanian, perternakan dan hal-hal lain, tidak berubah.
Sehingga listrik adalah haram bagi mereka. Mereka masih menggunakan kereta kuda (buggy) kemanapun. Tetapi, terkadang, mereka akan menggunakan taxi, jika sangat mendesak.
Amish memiliki gotong royong sebagai kebiasaan komunal. Seperti membantu seorang anggota yang sedang mendirikan gudang, misalnya. Setiap laki-laki bekerjasama seperti tukang, dan perempuan menyediakan makanan.
Tetapi, justru keteguhan mereka terhadap prinsip-prinsip kepercayaan ini yang membuat kampung Amish menjadi tempat wisata, saat ini. Setiap turis dapat menikmati alam desa yang natural, perkebunan, pertanian, peternakan dan hasilnya yang dapat dibeli.
Juga termasuk mempelajari cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap harta benda, ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membuat masyarakat modern kerap tertekan. Juga, cara kelompok ini bertahan untuk jangka waktu lama.
Hanya saja, jangan arahkan kamera anda kepada mereka.*