Absurditas Persepsi Alice

Budaya & Seni

July 8, 2023

Jon Afrizal

Ilustrasi di novel Alice’s Adventures in Wonderland terbitan Sam’l Gabriel Sons & Company : New York, 1916.


Ia menemukan dirinya berada di aula yang panjang dengan langit-langit yang rendah, deretan lampu menyala bergantung di langit-langit. Terdapat beberapa pintu di dalam aula. Tapi semuanya terkunci. Ketika Alice mencoba membuka pintu demi pintu, satu per satu, ia bertanya, bagaimana ia dapat keluar dari tempat ini.

LEWIS Carrol yang sewaktu itu berumur 24 tahun sedang berdogeng kepada Alice Liddell, seorang kerabatnya, yang berusia 10 tahun. Sewaktu itu musim panas tahun 1862. Cerita fantasi itu kemudian berwujud menjadi novel dengan judul Alice’s Adventure Under Ground. Selanjutnya, novel itu kemudian berubah judul menjadi Alice’s Adventures in Wonderland.

Novel yang pertama kali terbit pada tahun 1865 ini masih renyah dibaca hingga hari ini. Buku dengan jumlah halaman sekitar 50 lembar ini telah memasuki cetakan ke-7.609, dan diterjemahkan ke dalam 174 bahasa, pada tahun 2015.

Carrol sendiri yang membuat ilustrasi buku itu. Sebuah novel yang rumit; penuh dengan metapora dan absurditas. Pada tahun 1871, Carrol melanjutkan buku ini dengan versi yang lebih lengkap dan ditambah puisi dengan judul Through the Looking Glass.

Walt Disney Pictures pun telah memproduksi film ini, dengan judul Alice Through the Looking Glass pada tahun 2016, dengan Johnny Deep sebagai aktor yang memerankan Mad Hatter.

Lewis Carrol memiliki nama asli Charles Lutwidge Dodgson. Ia hidup di Inggris, di era Ratu Victoria. Ia menulis lebih dari 100 karya sastra. Tetapi, karya yang lain seolah terkesampingkan jika bicara tentang “Lewis Carrol dan Alice’s in Wonderland”.

Carrol adalah sarjana matematika dan logika dari Oxford University. Dengan sembilan buku tentang matematika yang ia tulis, ia terlihat lebih rasional dan mempertimbangkan hukum.

Tetapi, realitanya, Alice’s in Wonderland, sebutan lain dari novel itu, penuh dengan hal-hal yang absurd dan tidak mungkin. Yang memiliki kesan kejadian di luar nalar dan tanpa hukum sebab akibat.

Kendati, pada masa itu, beberapa orang menyebutkan bahwa buku ini menyenangkan dan menghibur hati Ratu Victoria.

Carrol pertama kali bertemu Alice Liddell pada 25 April 1856, dimana ia memotret Alice beberapa sesi. Poto-poto itu kini, masih tersimpan di The Metropolitan Museum of Art, New York.

Photo-photo itu menampilkan wajah Alice kecil, yang tidak menikmati sesi pemotretan itu. Alice tertunduk, melengah dan tidak ingin menatap ke arah kamera, memperlihatkan keterpaksaan terhadap : kehidupan.

Carrol, adalah juga potograper dan juga seorang pendeta, dan telah berjanji untuk tidak menikah seumur hidup.

Photo Alice Liddell hasil jepretan Charles Lutwidge Dodgson. ( photo credit : alice-in-wonderland.net)

Mengutip smithsonianmag.com, Carrol telah menjepret lebih dari 3.000 photo. Dimana, hampir setengah dari jumlah itu adalah anak-anak sebagai objek photo. Beberapa dari photo itu adalah tentang Alice dan saudara perempuannya, juga teman dekatnya.

Sehingga, memberikan reinterpretasi tersendiri terhadap Lewis Carrol setelah 150 tahun karya itu hadir, dengan dakwaan pedopil. Meskipun, hingga saat ini, tidak ada bukti tepat ataupun pengakuan dari anak cucu mereka, yang menjadi objek photo, tentang perlakukan Carrol terhadap mereka.

Jenny Woolf penulis The Mystery of Lewis Carroll, menyimpulkan, sebagai seorang yang tidak menikah, terdapat kemungkinan pedopil dalam pikiran Carrol. Tetapi, hasrat itu berhasil; dibendung dan tidak pernah dilakukannya.

Setelah penerbitan novel itu, hubungan Carrol dengan keluarga Liddell menjadi renggang. Meskipun, senyatanya, salinan Alice’s Adventures Under Ground diberikan Carrol kepadanya. Dan, karena kesulitan ekonomi di hari tuanya, salinan itu ia jual. Kini salinan Alice’s Adventures Under Ground berada di British Museum, London.

Kembali kita pada isi novel Alice’s Adventure in Wonderland, yang diawali dengan kebosanan Alice, yang sedang bersama kakak perempuannya di tepi sungai. Sungai itu, adalah Sungai Thames London.

Selanjutnya, Alice melihat seekor kelinci putih, yang seolah mangajaknya pergi. Lalu, Alice mengikutinya menuju lubang kelinci itu.

Alice sampai ke dunia yang absurd, dimana tubuhnya dapat berubah ukuran, mengkerdil dan meraksasa. Dalam dunia kesehatan, gejala ini disebut mikropsia, yakni keadaan disorientasi saraf yang memengaruhi persepsi penglihatan pada manusia. Tapi, karena novel ini, disorientasi ini lebih dikenal dengan istilah Alice in Wonderland Syndrome.

Sindrom ini juga disebut Todd Syndrome, yang ditemukan pertama kali oleh seorang psikiater Inggris, John Todd. Pada tahun 1955, Todd menulis buku psikologi berjudul The Syndrome of Alice in Wonderland.

Todd yang berkerja di Rumah Sakit Jiwa High Royds – Menston, West Yorkshire, menemukan beberapa pasiennya mengalami sakit kepala migrain yang parah, yang berakibat pada penglihatan dan persepsi yang cenderung berubah-ubah. Juga merasakan perubahan pada waktu dan sentuhan. Meskipun tidak ditemukan tumor otak dan gangguan jiwa pada mereka.

Para pasien, katanya dalam buku itu, dapat membedakan realita dan halusinasi. Tetapi, penglihatan mereka berbeda dari kondisi yang sebenarnya.

Selanjutnya, dalam novel itu, Alice pun diajak untuk bermain croquet oleh seorang ratu, Queen of Heart, yang punya hobi memenggal kepala orang. Dan pada akhirnya, Alice kalah dalam permainan itu.

Alice lalu diadili, disaksikan oleh Kelinci Putih, Kucing Cheshire, ulat yang selalu merokok dan Mad Hatter. Mereka adalah tokoh-tokoh yang juga ajaib di negeri yang ajaib itu.

Mereka hanya tertawa dan tersenyum ketika Alice dijatuhi hukuman penggal kepala. Sebuah kondisi absurd, yang bahkan bertentangan dengan norma, jika melihat bahwa yang membawa dan menjerumuskan Alice ke negeri ajaib ini adalah si Kelinci Putih.

Bagi Alice, waktu seperti terhenti saat itu. Sama seperti setiap orang; yang dapat menghentikan, mempercepat atau memundurkan waktu, yang hanya ada di dalam pikirannya.

Lalu, Alice tersentak. Thank’s God, itu semua hanya mimpi.*

avatar

Redaksi