Zulkarnain Dari Iskandariah (1)
Budaya & Seni
August 13, 2025
Jon Afrizal

Pegunungan Hissar, Uzbekistan. (credits: Visit Uzbekistan)
Iskandar Zulkarnain, yang juga dikenal dengan Alexander The Great adalah legenda. Dikarenakan kelegendaaan itu, namanya, kerap disebutkan di banyak folklore dan mitologi Asia Tenggara. Berikut sekelumit pemaparan tentang Iskandar Zulkarnain, dalam dua bagian, untuk pembaca Amira.
NAMA Iskandar Zulkarnain kerap hadir pada mitologi-mitologi Asia Tenggara. Seperti pada Hikayat Marong Mahawangsa (Hikayat Kedah) ataupun pada Tambo Minangkabau.
Aleksander Agung (20/21 Juli 356 SM – 10/11 Juni 323 SM) adalah tokoh yang sangat dikagumi masyarakat zaman Klasik maupun Pascaklasik di kawasan Laut Tengah dan Timur Tengah.
Segera setelah Aleksander Agung meniggal dunia pada tahun 323 SM, marak bermunculan legenda-legenda seputar sepak terjang dan liku-liku perjalanan hidupnya.
Legenda-legenda itu, kemudian berkembang semakin fantastis dan alegoris saja. Tradisi penceritaan legenda-legenda tentang Aleksander secara kolektif ini disebut “Roman Aleksander”.
Sebelum berjauh-jauh, dan berandai-andai meng-klaim diri, mari kita telisik terlebih dahulu riwayat Iskandar Zulkarnain.
Para penafsir dan sejarawan Muslim berusaha mengidentifikasi jati diri Dzulqarnain dengan beberapa tokoh sejarah. Pendapat paling dikenal, menyebutkan bahwa Dzulqarnain adalah Aleksander Agung.
Namun, pada umumnya, disepakati kedudukan Dzulqarnain sebagai raja dan sifatnya yang saleh. Meskipun, masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status kenabiannya.
Iskandariah (Alexandria) adalah kota pelabuhan besar di Mesir Utara yang didirikan oleh Aleksander Agung. Iskandariah terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan budaya di dunia Helenistik kuno, dan memainkan peran penting dalam sejarah Islam.
Kota ini menjadi ibu kota Mesir selama periode Ptolemaik dan Romawi. Kendati sempat mengalami kemunduran, namun Alexanderia adalah kota terbesar kedua di Mesir, dengan warisan budaya dan sejarah yang kaya.

Alexander Agung sedang belajar kepada Aristoteles. (credits: Wiki Commons)
Atas nama kota itu, kemudian Alexander Agung berubah penyebutannya menjadi Iskandar Zulkarnain, dalam mitologi-mitologi Asia Tenggara. Iskandar Zulkarnain, artinya, adalah: “Zulkarnain yang berasal dari Iskandariah”.
Al-Qur’an menyebut nama Dzulqarnain sebanyak tiga kali. Dan kisah tentang Dzulqarnain disebutkan dalam Surah Al-Kahfi ayat 83 hingga 102.
Dan, tidak menyertakan tahun tepat kejadian. Sehingga memerlukan tafsir dari para ulama dan sejarawan Muslim.
Disebutkan bahwa Dzulqarnain, yang suka menjelajah, suatu ketika tiba di suatu tempat dimana terdapat dua gunung yang berdampingan.
Di antara kedua gunung tersebut terdapat celah yang digunakan Ya’juj dan Ma’juj untuk masuk. Ya’juj dan Ma’juj, yang dalam agama Yahudi dan Kristen disebut Gog dan Magog, adalah kaum yang disebutkan suka berbuat kerusakan.
Sebagian ulama Islam menyebutkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan Yafits bin Nuh.
Yang, Qatadah menyebutkan, bahwa kaum yang ditemui Dzulqarnain dalam perjalanan ke timur itu bertempat tinggal di tanah yang tidak dapat menumbuhkan suatu tumbuhan apapun jenisnya.
Jika matahari telah terbit, Ya’juj dan Ma’juj bersembunyi di liang-liang. Pada saat matahari terbenam, mereka keluar dan bekerja.
Setelah Dzulkarnain tiba di sana, komunal sekitar yang selama ini dizalimi oleh Ya’juj dan Ma’juj pun meminta pertolongan Dzulqarnain untuk membuatkan sebuah dinding pembatas. Ini dengan tujuan agar Ya’juj dan Ma’juj tidak dapat keluar dan mengganggu mereka.*

