Taman Rimba Jambi Kedatangan Penghuni Baru, Yakin?

Lingkungan & Krisis Iklim

September 12, 2025

Jon Afrizal/Kota Jambi

Harimau Putih Benggala. (credits: Wiki Commons)

TAMAN Rimba Jambi kedatangan dua satwa penghuni baru. Yakni seekor harimau putih yang diberi nama “Aden Jelatang”, dan seekor Singa putih yang diberi nama “Mara Pijoan”.

Harimau Putih Benggala (panthera tigris tigris) yang berusia 1 tahun 8 bulan berasal dari Lembang Park and Zoo, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dan telah berada di Taman Rimba Jambi. Saat ini, Harimau Putih Benggala masih menjalani isolasi.

Sedangkan Singa putih Afrika (panthera leo) yang berusia 4 tahun berasal dari Faunaland Ancol, Jakarta. Direncanakan “Mara Pijoan” akan tiba pada bulan September ini.

Kedua jenis satwa ini, Harimau Putih Benggala dan Singa putih Afrika, adalah varian langka dari spesies dan subspecies “kucing besar”. Tentunya, butuh spesifikasi khusus untuk memelihara dan merawatnya.

Dan, tentu saja, sangat diharap, telah ada pemahaman khusus tentang konservasi harimau dari pengelola Taman Rimba Jambi.

“Apapun jenis satwa yang telah masuk ke kebun binatang harus dirawat dengan baik oleh pengelola. Kesehatan dan juga asupan gizi harus benar-benar dijaga,” kata Gubernur Jambi Al Haris, mengutip Detik, Rabu (10/9).

Pernyataan Al Haris, jelas adalah peringatan keras.

Sebab, kedatangan dua satwa ini, adalah untuk menggantikan “kekosongan mahkota” di Taman Rimba Jambi. Sebab, beberapa bulan lalu, Taman Rimba Jambi telah kehilangan “maskot” karena mati.

Dan, daftar panjang kematian “kucing besar” di Taman Rimba Jambi, dapat dilacak hingga ke 16 tahun silam. Sebanyak tujuh ekor “kucing besar” telah mati di Taman Rimba, sejak tahun 2009 lalu hingga tahun 2025.

Pada Kamis, 29 Mei 2025, mengutip Tribun Jambi, seekor harimau Sumatera (panthera tigris sumatra) bernama Uni, telah mati di Taman Rimba Jambi.

Harimau betina berusia 23 tahun ini, dinyatakan mengalami penurunan nafsu makan, radang sendi, dan katarak pada kedua matanya, dan karena usia tua dan komplikasi organ, sehingga meninggal dunia.

Uni didatangkan dari Ragunan Zoo ke Taman Rimba Jambi pada 2010. Ia menjadi satu-satunya harimau Sumatera yang ditempatkan di sini.

Singa Putih Afrika. (credits: Wiki Commons)

Pada tanggal 26 Januari 2019, mengutip OkeZone, harimau Sumatera bernama Ayu mati di Taman Rimba Jambi. Kematiannya karena penyakit pneumonia (radang paru-paru basah).

Ayu, dinyatakan terkena pneumonia karena harimau betina ini memilki kecenderung tidur di lantai semen.

Pada bulan Juli 2013, mengutip KBR, dua ekor singa Afrika dan seekor harimau Sumatera di Kebun Binatang Taman Rimba Jambi mati diracun dengan racun jenis striknin.

Dua singa Afika itu bernama Sirosi (Gibo) dan Sonia. Sedangkan harimau Sumatera itu bernama Piter.

Striknin adalah sejenis racun yang menyebabkan kematian karena kegagalan pernafasan, yang biasanya digunakan untuk mengeliminir anjing liar dan anjing berpenyakit rabies.

Lalu, pada bulan Mei 2009, mengutip Kompas, seekor harimau Sumatra bernama Rangga mati di Taman Rimba Jambi. kematian Rangga. Dugaannya, Rangga mati karena faktor usia.

Selanjutnya, pada bulan Juni 2009, mengutip Antara, seekor harimau Sumatra berusia 25 tahun bernama Shela, dibunuh dan dicuri dari Taman Rimba Jambi.

Harimau terdaftar sebagai spesies Terancam Punah di “Daftar Merah” International Union for Conservation of Nature (IUCN), sejak tahuh 2015.

Harimau, bagi Orang Melayu Jambi, adalah datuk. Harimau adalah “ketua” dari seluruh penghuni hutan raya.

Sehingga, wajar jika harimau dimaskotkan oleh Provinsi Jambi.

Tetapi, jika “maskot” hilang, maka akan lenyaplah marwah negeri. Demikian ujar orang-orangtua.

Dan, dapat saja, setiap orang mengatakan bahwa kematian demi kematian yang dialami “kucing besar” ini adalah karena ajal. Tentu saja, itu alasan yang logis.

Namun, sebagai “hewan piraaan” tentunya harus ada pertanggungjawaban dari tuannya.

Untuk mengkaji ulang, mana yang salah yang harus diperbaiki, agar tidak terulang kembali.

Sehingga, adalah wajar jika banyak pihak telah sejak lama menganjurkan agar Taman Rimba diswastanisasi saja. Atas dasar daftar panjang kematian itu, dan juga agar pengelolannya lebih baik lagi.

Sama seperti pernyataan banyak pihak, “Yah, kita sangat berharaplah khan, ke depannya akan lebih baik lagi”.*

avatar

Redaksi