Warga Kerinci Diserang Harimau

Lingkungan & Krisis Iklim

October 24, 2024

Jon Afrizal/Kota Jambi

Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrensis). (credits: iucnredlist)

SEORANG warga Desa Lolo Gedang, Kecamatan Bukit Kerman Kabupaten Kerinci, bernama Rasidi atau Pak Kia (30), mendapat serangan seekor harimau (panthera tigris), Rabu (23/10) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Saat itu, ia sedang berada di pondoknya di ladang.

“Rasidi langsung dibawa ke Puskesmas Lempur pagi tadi. Ia dicakar harimau di bagian kepala,” kata Kapolsek Gunung Raya, AKP Hustoto, mengutip Jambi Ekspres, Rabu (23/10).

Saat diserang, Rasidi sedang berada di pondok ladang miliknya. Secara tiba-tiba, seekor harimau datang mendekatinya, dan menyerang dirinya. Ia terluka di bagian kepala.

Setelah itu, Rasidi pun berlari mencari pertolongan.

Pondok Pak Kia berjarak sekitar 1 kilometer dari pemukiman warga Desa Masgo Kecamatan Gunung Raya. Warga yang mendengar teriakan minta tolong, bersama aparat langsung menuju sumber suara.

Warga pun segera membawa Pak Kia ke Puskesmas Lempur, untuk mendapatkan perawatan medis.

Saat ini, petugas dari Balai Besar Taman Nasinal Kerinci Seblat (BB TNKS) tengah melakukan penyisiran di lokasi. Untuk mencegah terulangnya serangan dari satwa yang terusik itu terhadap manusia, ataupun sebaliknya.  

Deforestasi, adalah persoalan utama yang hingga kini masih tetap nyata bagi TNKS. Dimulai dengan perambahan untuk menjadi kebun dan ladang, juga illegal logging dan selanjutnya illegal mining.

Perambahan di kawasan TNKS. (credits: JPIK)

Mengutip Warsi, telah dilakukan analisa sepanjang 50 tahun, yakni dari tahun 1973 hingga tahun 2023, terhadap hilangnya tutupan hutan dan perubahan fungsi lahan di lanskap Kerinci.

Hasilnya, diketahui, bahwa telah terlihat perubahan tutupan hutan sekitar 67.000 hektare di lanskap Kerinci. Sebagian besar di kawasan TNKS.

Mengutip tnks, harimau Sumatera diperkirakan hanya tersisa kurang lebih 603 ekor di alam liar. Panthera tigris tersebar di 23 landscape di Pulau Sumatera dengan jumlah masing-masing berkisar dari 1 hingga 185 individu.

Kawasan TNKS merupakan gabungan dari 17 kelompok hutan yang seluruhnya adalah bagian hutan lindung register testomix tahun 1921 – 1926 serta cagar alam dan suaka marga satwa yang ditetapkan dalam kurun waktu 1978 -1981, dengan luas mencapai  1.389.509,867 hektare.

Kawasan TNKS memiliki variasi ketinggian antara 200 mdpl hingga 3.805 mdpl di puncak Gunung Kerinci, dan memiliki variasi ekosistem yang sangat beragam.

TNKS berada di empat provinsi di Pulau Sumatra. Yakni; Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Sumatra Barat.

Kawasan TNKS adalah hutan hujan tropis. Sebagai tempat hidupnya spesies satwa liar dianggap endemik dan terancam punah.

Kawasan ini juga menjadi habitat endemik beberapa jenis satwa langka yang dilindungi yang menjadi flegship species di ekosistem TNKS. Yakni; badak (dicerorhinus sumatrensis), gajah (elephans sumatrensis), harimau (phantera tigris sumatrensis) dan tapir (tapirus indicus).

Ekosistem TNKS, menurut Balitbangda Jambi pada tahun 2009, memiliki 4.000 jenis flora, 37 jenis mamalia, 139 jenis burung, 10 jenis reptil, 6 jenis amphibi dan 6 jenis primata.

Sejak tahun 2004, UNESCO telah menetapkan TNKS sebagai World Heritage Sites (Situs Warisan Alam Dunia). Meskiapun sejak 2011 hingga hari ini, TNKS termasuk dalam Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera) dengan status terancam.

Tropical Rainforest Heritage of Sumatera adalah satu kawasan konservasi terbesar di Asia Tenggara. Kawasan hutan ini terbentang dari Gunung Leuser (TNGL), Kerinci Seblat (TNKS) hingga Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Adapun total luasan adalah 2.595.124 hektare.*

avatar

Redaksi