Orang Pendek; Mencari Yang Tak Dapat Dicari

Lingkungan & Krisis Iklim

May 2, 2024

Jon Afrizal/Sungai Penuh

Landscape di Kerinci. (photo credits : Jon Afrizal/amira.co.id)

Berapa orang yang benar-benar melihat Loch Ness? Atau Yeti? Dan, berapa orang yang tertarik dengan keberadaan Orang Pendek? Pertanyaan yang hampir mirip, namun berbeda urgensi.

MITOS tak sepenuhnya salah, dan ilmu pengetahuan tidak selalu benar. Itu yang terjadi pada pencarian “Orang Pendek”, something yang berada di hutan, yang kira-kira mirip manusia. 

Persoalan ini bermula ketika kolonial Belanda datang ke Sumatera di awal abad ke-20. Dr. Edward Jacobson, menemukan jejak kaki, pada tahun 1916. Lalu, Gubernur Sumatera L.C. Westernenk mencatat peristiwa ketika ia bertemu dengan Orang Pendek, yang ia gambarkan sebagai siamang yang sangat besar dan berambut pendek.

Selanjutnya, Van Herwaarden, seorang penjelajah melaporkan pertemuan panjang dengan makhluk itu pada tahun 1924. Van Herwaarden, memberikan deskripsi paling rinci tentang makhluk ini, dengan memperhatikan ciri-cirinya saat ia mengintip ke arah mahluk itu, dari pohon terdekat. Sehingga memicu minat komunitas ilmiah untuk meneliti keberadaanya.

Orang Pendek, sesuai nama yang diberikan, tentunya adalah “pendek” ukurannya, dan tidak besar seperti Yeti, misalnya, yang hidup di Himalaya. Orang Pendek, dilaporkan terlihat di kawasan yang kini adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Terutama di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Telah banyak project yang dilakukan dan didanai lembaga-lembaga internasional. Projects yang kemudian membawa manusia mengarungi dan membelah misteri kerapatan pohon-pohon tropis di taman nasional dengan gunung berapi aktif dan tertinggi di Sumatera, Gunung Kerinci, dengan ketinggian 3.805 mdpl, untuk mencari Orang Pendek.

Hasilnya, hingga kini, masih menjadi misteri. Meskipun, tetap dengan berbagai perkiraan dan dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan something ini. Yup, begitulah rasa ingin tahu, pada umumnya.

Hasil dari banyak bacaan, menyebutkan ciri-ciri Orang Pendek adalah mirip kera, dengan tinggi sekitar 1 meter, memiliki dada dan lengan yang kuat, memiliki rambut pendek yang menutupi sekujur tubuhnya, dan berjalan dengan dua kaki.

TNKS adalah kelebatan hutan hujan Sumatera. Dengan populasi panthera tigris, sebagai maskot wildlife Sumatera. Juga diisi oleh taxus sumatrana, tumbuhan obat yang banyak orang menyakini adalah sebagai obat kanker atau penyakit sejenis.

Jika anda berada di hutan, dan melihat sesuatu bergerak sekejap secepat kilat diantara pepohonan, apakah itu adalah Orang Pendek? Bagaimana, jika yang terlihat itu adalah Binatang Hantu Tarsius?

Kali terakhir aku ke Kerinci dan Sungaipenuh, beberapa waktu lalu. Pada suatu perbincangan dengan seorang kerabat, kami sampai ke pembahasan Orang Pendek. Memang, terkadang, ada yang berpesan kepadaku untuk menulis tentang mahluk ini.

Si kerabat, yang adalah putera daerah itu, berkata, “Carilah”. Tatapan matanya menunjukan bahwa anda mencari sesuatu yang tak seharusnya untuk dicari.

Beberapa orang berpendapat bahwa Orang Pendek mungkin saja adalah mata rantai yang terputus, dari kekerabatan manusia. Dimana, jika menurut Teori Evolusi Charles Darwin, manusia adalah hasil evolusi primata mirip kera di masa purba.

Pada posisi peralihan evolusi itu, mungkin saja, ada Orang Pendek. Dan tidak (sempat) terdata secara keilmuan.

Lalu muncul pula pertanyaan, apakah Orang Pendek adalah sisa dari genus Australopithecus? Yang, menurut ilmu pengetahuan adalah nenek moyang manusia yang sangat awal; berkaki dua, dan hominid.

Banyak ahli paleoantropologi menyakini, bahwa, jika Australopithecus masih ada dan hidup saat ini, maka mereka akan tampak seperti kera berkaki dua.

Praduga ini, berawal dari temuan fosil homo floresiensis, yang memiliki tinggi sekitar 1 meter. Peradaban mereka telah mampu menciptakan dan menggunakan api dan peralatan, dan hidup pada 12.000 tahun yang lalu.

Apakah Orang Pendek juga memiliki peradaban? Berburu dan meramu, misalnya? Sejauh ini, tidak ada jawaban ke arah itu.

Beberapa photo tentang Orang Pendek yang terlihat di internet, menampilkan sosok kecil kerdil mirip jenglot. Yakni “boneka” berwujud manusia; berukuran maksimal 20 centimeter. Beberapa orang percaya bahwa jenglot adalah siluman yang menjelma menjadi manusia. Tapi, ada juga photo Orang Pendek yang mirip dengan ouranghutang.

Peneliti datang silih berganti. Banyak dari mereka telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk something ini.  

Bagaimana jika, Orang Pendek adalah kriptid yang hidup di hutan hujan Sumatra. Seperti Loch Ness yang hidup di perairan di dataran tinggi Scotlandia. Atau seperti Yeti yang hidup di pegunungan Himalaya.

Dmitri Bayanov dalam Some Thoughts Regarding Dr. Wilson Wheatcroft’s Overview of Orang Pendek Evidence menyatakan terkait Orang Pendek. Yakni apapun batasan kecerdasan manusia, keberadaannya disebabkan oleh keunikan bahasa manusia.

“Kata-kata adalah simbol konseptual yang tidak ada dalam komunikasi hewan, tidak peduli betapa halus dan rumitnya mereka. Hal ini berkat bahasa manusia dan simbol-simbol verbalnya,” katanya.

Manusia, dengan bahasa dan kecerdasan atau kekurangannya sedang membuat sejarah, secara sadar dan terburu-buru. Bahasa bukan hanya sarana keberadaan manusia, tetapi juga sarana reproduksi manusia.

Oleh karena itu, terdapat perbedaan mendasar dan perbedaan jenis, antara bahasa manusia dan sistem komunikasi hewan. Salah satu kritik Darwin, dengan gigih menyatakan bahwa bahasa adalah rubikon pikiran.

Dan sejauh ini, belum terdapat bukti terkait bahasa yang digunakan oleh Orang Pendek. Apakah itu lenguhan atau lengkingan? Atau menggunakan telepati seperti di film-film tentang alien dari planet lain?

Masih banyak terbuka peluang untuk penelitian. Untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia, yang sejatinya tidak akan pernah dapat dipuaskan.

Selayaknya jurnalis, yang tidak pernah benar-benar pergi dari suatu tempat liputan, meskipun ia telah keluar dari sana. Sehingga hasil catatan, rekaman, photo dan video akan dapat selalu digunakan untuk tujuan penelitian di masa yang akan datang.

Tetapi, bagaimana jika, ternyata Orang Pendek adalah mendekati sama seperti Hantu Pirau yang dikenal masyarakat di pesisir Jambi? Mahluk yang juga kriptid, dan bipedal, tetapi telah memiliki kebudayaan berbicara dan mencari ikan.

Mahluk, yang berdasarkan penuturan penduduk lokal, hapal nama-nama nenek moyang kita. Meskipun, menurut ceritanya, mahluk ini sangat hobi berkata-kata kotor dan sumpah serapah.*

avatar

Redaksi