Warga Dendang Tewas Diserang Buaya
Lingkungan & Krisis Iklim
June 30, 2023
Jon Afrizal/Muara Sabak
Buaya muara (crocodylus porosus) di dalam kerangkeng. (photo credit : BKSDA Provinsi Jambi)
SEEKOR buaya menyerang Aman (23), warga Desa Sido Mukti, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Selasa (27/6). Aman mengalami luka serius bekas gigitan di tubuhnya, dan meninggal dunia.
Camat Dendang, Surya Aldian mengatakan konflik buaya-manusia ini terjadi pada Selasa sore di areal kalangan G2 tepatnya di belakang mess PT Kaswari Unggul 1, yang berada di Desa Sido Mukti.
“Saat ditemukan warga, tubuh almarhum masih di dalam gigitan buaya,” katanya baru-baru ini.
Surya mengatakan Aman adalah pekerja PT Kaswari Unggul. Sewaktu ditemukan, Aman berada di dalam air di sebuah kanal (parit) karena diseret buaya.
Beberapa warga mengatakan buaya itu berukuran besar dan panjang. Berkemungkinan ini adalah jenis buaya muara (crocodylus porosus).
“Warga bersama-sama mencari Aman, setelah isterinya menyatakan almarhum tidak kembali ke rumah, menjelang waktu shalat Magrib. Warga menemukan almarhum telah meninggal dunia,” katanya.
Saat ini, Aman telah dimakamkan di pemakaman umum yang berada di sekitar Desa Sido Mukti.
Kepala Seksi Wilayah III BKSDA Provinsi Jambi, Kamaruzaman mengatakan Kecamatan Dendang termasuk habitat buaya. Terdapat Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang, yang pernah terbakar pada tahun 2014 dan 2019, yang berada di sekitar desa itu.
“Tim telah diturunkan ke lokasi untuk melakukan pemantauan. Tim akan memantau terlebih dahulu, untuk memastikan tindakan evakuasi yang harus dilakukan,” katanya.
Ia meminta kepada warga untuk berhati-hati jika berada atau mendekati kanal. Sebab, kemungkinan-kemungkinan buruk dapat saja terjadi.
Buaya memiliki otot-otot yang kuat di sekitar rahangnya, dan dapat mengatup dengan cepat dan kuat. Umumnya, ketika menyerang lawan atau mangsanya, buaya melakukannya dengan cara menerkam dengan serta merta menggigit, lalu menariknya dengan cepat dan kuat ke dalam air.
Kondisi ini yang biasanya terjadi pada warga yang mengalami serangan buaya. Umumnya korban digigit dan ditarik dari daratan menuju ke dalam air, baik itu sungai ataupun parit.
Sayangnya, tidak terdata secara detail populasi buaya yang berada di DAS Batanghari. Meskipun, untuk Kabupaten Tanjungjabung Timur, konflik antara buaya dengan manusia terhitung sering terjadi.
Kabupaten Tanjungjabung Timur, dengan kondisi gambut dan pesisir, adalah habitat bagi dua jenis buaya; yakni buaya muara (crocodylus porosus) dan buaya sinyulong (tomistoma schlegelii). Buaya muara umumnya berada di daerah sungai menuju ke laut, dan buaya sinyulong berada di areal gambut Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS).
Perbedaan dari kedua jenis buaya itu, yakni buaya muara memiliki moncong berukuran lebih pendek dan lebar mirip seperti mulut katak. Dan buaya sinyulong memiliki moncong yang pipih dan memanjang. Panjang masing-masing jenis dapat melebihi 3 meter.
Meskipun sama-sama memangsa ikan, tapi buaya muara lebih cenderung agresif terhadap lawan atau mangsa. Sehingga buaya muara kerap menyerang dengan cara keluar dari dalam air (sungai) ke daratan.
Senyata, masyarakat Tanjungjabung Timur memiliki sejarah panjang dalam hidup yang saling berdampingan antara manusia dan buaya. Ini dapat dilihat secara kultural adat istiadat penduduk lokal terkait penamaan satwa buaya, dan tata cara adat tentang bagaimana mereka menghormati satwa ini.
Tetapi, banyak faktor yang kemudian membuat satwa ini menjadi pemangsa manusia. Satu diantaranya adalah ketersediaan makanan.
Terdapat catatan amira.co.id terkait konflik manusia dan buaya di Provinsi Jambi, sejak tahun 2018 hingga 2023. Sebanyak lima kejadian di Kabupaten Tanjungjabung Timur, dengan satu orang meninggal, yakni Aman (almarhum).
Sementara di Kabupaten Tebo, terdata sebanyak satu kejadiaan.
Warga yang diserang buaya umumnya sedang beraktifitas di tepi atau di dekat sungai.*