Harimau Muncul Di Desa Bungku 

Lingkungan & Krisis Iklim

May 20, 2023

Jon Afrizal/Batanghari

Jejak individu harimau  Sumatera dewasa yang ditemukan di Desa Bungku, Januari 2023 lalu, menyatakan bahwa kawasan hutan hujan ini adalah habitat asli harimau Sumatera. (dokumen pribadi)

SEEKOR induk harimau Sumatera (panthera tigris sumatrea) dewasa dan dua ekor anaknya tampak berada di sekitar Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Harimau-harimau ini telah berada di sana sejak Januari 2023 lalu.

Data PT REKI menyebutkan pada 2015 terdata sebanyak 29 individu harimau. Pada 2023 ini, telah ditemukan enam individu baru yang berada di Hutan Harapan. 

Dengan areal jelajah yang berkisar hingga 100 kilometer per individu, kawasan restorasi ekosistem pertama di Indonesia ini adalah habitat sekaligus tempat berkembang biaknya harimau Sumatera.

Photo terakhir yang didapat amira.co.id dari seorang staf PT Restorasi Ekosistem (REKI), pengelola kawasan Hutan Harapan, adalah pada penghujung bulan Januari 2023 lalu. Photo itu bukan dari trap camera, melainkan di-take dari handphone seluler milik seorang staf PT REKI.

“Satu hal yang harus diwaspadai, bahwa harimau Sumatera memiliki gerakan yang tidak dapat dibaca,” kata Manager Operasional Perlindungan Hutan PT REKI, TP Damanik, pertengahan bulan Mei 2023.

Jika individu harimau itu merasa terusik oleh manusia, maka harimau dapat saja menyerang kembali.

Damanik mengatakan, pihaknya telah menghimbau masyarakat di sekitar lokasi untuk berhati-hati. Dan sedapat mungkin menghindar dari lokasi tempat harimau ditemukan itu.

“Ini adalah kawasan hutan. Adalah wajar jika harimau Sumatera berkeliaran dan berkembang biak di sini,” katanya.

Jika diperbandingkan, ukuran harimau Sumatera lebih kecil dari harimau-harimau lainnya di dunia. Tapi, gerak harimau Sumatera pun lebih gesit ketimbang harimau-harimau lainnya.

Data terakhir dari BKSDA Provinsi Jambi menyebutkan bahwa seekor harimau Sumatera menyerang manusia pada bulan Maret 2022 lalu. Yakni di kawasan hutan eks HPH PT PDIW di Desa Puding Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi.

Masih menurut data BKSDA Provinsi Jambi, terdata sekitar 200-an ekor harimau Sumatera di Provinsi Jambi. Yang tersebar di taman nasional, areal restorasi ekosistem, taman hutan raya, dan eks hutan.

Konflik antar harimau Sumatera dengan manusia di Provinsi Jambi sudah berulang kali terjadi. Konflik tertinggi, yakni pada tahun Maret 2010, dimana 11 orang diterkam harimau di Desa Seponjen Kecamatan Kumpeh Ilir Kabupaten Muarojambi.

Terkait kondisi harimau di kawasan PT REKI, Damanik mengatakan terus berkembang biak. Yang pada awal penetapan kawasan restorasi ekosistem ini, pada 2004 lalu, diperkirakan hanya enam individu saja.

Namun, katanya, Desa Bungku pun telah dirambah masyarakat dari luar. Sekitar 10.000-an hektare kawasan hutan telah disulap menjadi pemukiman dan perkebunan sawit milik pribadi.

Persoalan yang kini muncul adalah bahwa setiap individu harimau Sumatera memiliki areal jelajah seperti lingkaran bulat bentuk cincin. Mungkin pada satu ketika ia akan berada di sebuah titik (kawasan), tetapi akan ada masanya bagi individu harimau untuk kembali berada di titik semula.

Luas Hutan Harapan yang mendekati angka 100.000 hektare ini membentang di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Sebagai hutan hujan, kawasan hutan dataran rendah ini adalah kawasan yang layak bagi pengembangbiakan spesies-spesies asli hutan Pulau Sumatera.

Terdapat 1.311 jenis flora dan 620 jenis fauna. Terkait flora, adalah yang biasanya disebut kayu kualitas ekspor dan juga tanaman obat yang biasa digunakan oleh 250 kepala keluarga (KK) indigenous people Batin Sembilan.

Sebagai kawasan eks logging yang kemudian diinisiasi untuk penyelamatan lingkungan, terdapat beberapa spesies flora yang masuk red list IUCN. Seperti harimau Sumatera, gajah, owa agile dan rangkong gading.

Tetapi, dengan terbukanya akses ke wilayah ini pada masa logging di tahun ’70-an hingga ’90-an, membuat kawasan ini terbelah dan dibuka dari banyak tempat. Hingga dibutuhkan sebuah komitmen bersama, dari banyak pihak untuk memperbaiki kawasan hutan yang tutupannya tengah diperbaiki ini.

Sosok harimau Sumatera sendiri, di budaya Melayu Jambi, adalah sosok yang disegani sekaligus ditakuti. Sehingga harimau Sumatera, yang adalah penjaga kawasan hutan, mendapat gelar Datuk. Datuk adalah jabatan tertinggi di sebuah komunal di budaya Melayu.

Tidak hanya sebagai budaya, harimau Sumatera juga kerap menjadi maskot Provinsi Jambi. Pada maskot itu terselip pesan bahwa, harimau Sumatera, selayakanya budaya, harus tetap dijaga agar alam tetap disegani.

Jika manusia tidak lagi menyegani alam, dan berbuat semaunya dengan mengubah bentang dan peruntukan alam, maka Sang Datuk akan berada di sana, untuk memperingatkan tindakan yang salah itu.

Dan itulah yang telah terjadi di Desa Seponjen beberapa tahun yang lalu. Hingga memakan banyak korban jiwa akibat amukan harimau.*

avatar

Redaksi