Singkong, Umbian Perdu Yang Merantau Sampai Jauh

Inovasi

July 14, 2023

Junus Nuh

(: Mandioca by Albert Eckhout (1610-1666), National Museum of Denmark)

MANOIC, mungkin terdengar asing bagi beberapa diantara kita. Tapi, jika menyebut singkong, ketela pohon atau ubi kayu, tentu saja akrab terdengar. Penganan yang kerap menjadi cemilan ketika pagi atau sore hari.

Manihot esculenta adalah nama latin untuk tumbuhan singkong (cassava), umbi-umbian perdu yang kerap menjadi makanan olahan di banyak rumah di nusantara. Umbi-umbian ini pertama kali dijadikan makanan oleh penduduk di Brasil barat-tengah sekitar 10.000 tahun lalu.

Ketika Columbus datang ke gugusan Hispanolia pada tahun 1492, tumbuhan ini adalah tanaman yang telah dijadikan sejenis tanaman kebun di Kepulauan Karibia, Brasil dan daerah tropis di sekitarnya.

Dari sinilah kisah perantauan singkong berawal, hingga sampai ke Indonesia.

Menurut bahasa resminya, disebut Columbian Exchange (pertukaran Kolombia), yakni transfer tanaman, hewan, logam mulia, komoditas, budaya, populasi manusia, teknologi, penyakit, dan gagasan yang tersebar luas antara Amerika (dunia baru) di belahan barat, dan Afro Eurasia (dunia lama) pada akhir abad ke-15 dan setelahnya.

Pada awalnya, ketika penduduk lokal menjinakkan umbian liar ini, terdapat dua rasa; yakni pahit dan manis. Untuk rasa yang pahit ini, memiliki glikosida sianogenik tingkat tinggi, yang harus dihilangkan.

Caranya adalah dengan mengupas, memarut, merebus, dan mengeringkan. Selanjutnya, bubur yang dihasilkan digunakan untuk membuat sejenis roti, atau dikeringkan dan dijadikan bubuk untuk dikonsumsi setelah digoreng.

Umbian singkong juga diperas di dalam tabung berpori yang terbuat dari keranjang. Getah yang dihasilkan digunakan untuk saus dan minuman beralkohol.

Tehnik inipun diadopsi hingga ke Indonesia.

Setelah kedatangaan Columbus, merantaulah umbian lokal ini ke Afrika bagian barat sekitar tahun 1600. Tepung ubi kayu merupakan komoditas utama di sana. Sebagai alat tukar bangsa Portugis untuk mendapatkan budak.

Bangsa Portugis membawa ubi kayu ke pesisir Afrika; Kongo dan Angola. Penduduk Angola mengenal ubi kayu dengan sebutan farinha do Brasil (: tepung Brasil). Hampir 250 tahun kemudian, ubi telah menyebar ke seluruh Afrika, hingga ke Tanzania, Kenya, Zanzibar, dan Mozambik.

Dan selama abad ke-19 ubi kayu telah dibudidayakan secara bertahap hingga ke pedalaman Afrika. Pada saat itu, ubi kayu telah menjadi tanaman pokok di seluruh Afrika.

Haryono Rinardi, dalam buku Politik Singkong Zaman Kolonial menyebutkan singkong diperkenalkan ke Indonesia oleh bangsa Portugis, yakni di kepulauan Maluku sekitar abad ke-16. Tetapi, kemudian, telah menjadi alat politik, ketika pemerintah kolonial Belanda menggunakan ubi kayu sejak tahun 1840. Sebab saat itu, Pulau Jawa mengalami kekeringan dan banyak penduduk yang kekurangan pangan.

Hingga, singkong pun menjadi komoditas perkebunan dan diperdagangkan oleh pemerintah kolonial, dan menjadi makanan yang dapat dikonsumsi secara massal.

Pohon singkong adalah umbian dengan akar tunggang dengan sejumlah akar cabang. Pohon singkong memiliki tinggi yang dapat mencapai 7 meter. Umbi singkong berdiameter 2 hingga 3 centimeter dengan panjang 50 hingga 80 centimeter.

Menurut halodoc.com, dalam setiap 100 gram singkong terkandung 40 gram karbohidrat, 165 kalori, dan 2 gram serat, gula, serta protein.

Di Indonesia, singkong dapat langsung direbus atau digoreng. Atau juga dibuat menjadi kolak dengan kuah santan, juga menjadi tiwul, tape dan kerupuk. Juga dapat menjadi peuyeum, colenak dan combro.

Saat ini, banyak cafe, tempat anak-anak muda nongkrong, juga menyajikan singkong goreng sebagai teman kopi. Yummy, sungguh perpaduan yang khas daerah tropis.

Tetapi, protein terbanyak justru banyak berasal dari daun singkong, dan bukan umbinya sendiri. Menurut, parenting.co.id, daun singkong mengandung serat, protein, lemak, dan karbohidrat. Juga vitamin A , C , B17, dan kalsium, fosfor, dan zat besi.

Protein dalam daun singkong setara dengan protein pada telur, dan mengandung lebih dari 60 persen asam amino esensial. Sehingga daun singkong sangat baik untuk mencegah sembelit, juga baik untuk kesehatan mata, dan mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

Sebagai tumbuhan yang sudah berada di nusantara lebih dari 300 tahun, wajar jika menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia adalah termasuk lima besar produsen singkong di dunia. Dengan produksi singkong yang mencapai 18,3 juta ton pada 2020.*

avatar

Redaksi