Mimpi Thalhah bin Ubaidillah
Inovasi
March 7, 2025
Junus Nuh

Masjid an-Nabawi, Madinah. (credist: google image)
THALHAH bin Ubaidillah, atau yang bernama lengkap Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Kaab bin Said, adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari suku Quraisy. Ia dilahirkan di Makkah, tepat 15 tahun sebelum Kenabian.
Rasulullah Muhammad SAW memberikan julukan-julukan yang baik kepada Thalhah. Yakni; Al-Khair (Yang Baik), Al-Fayyadh (Yang Dimuliakan), dan Al-Jud (Yang Bermurah Hati).
Thalhah adalah “Perisai Nabi” saat Perang Uhud. Yakni ketika ia bersama Nabi Muhammad dan sekelompok kecil sahabat tengah bertahan dalam pertepuran itu.
Kala itu, mengutip muslim, Thalhah yang melindungi Nabi Muhammad, mendapatkan lebih dari 75 luka. Baik itu berupa tusukan, sabetan, dan juga pukulan.
“Ketika peperangan di lereng Uhud berkecamuk, pasukan kaum muslimin mulai berlarian menjauh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama 12 orang sahabat Anshar terkepung oleh pasukan musyrikin. Satu dari sahabat itu adalah Thalhah.” Demikian diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah.
Thalhah, juga termasuk enam konsultan Nabi Muhammad. Ia juga termasuk ke dalam 10 orang yang dijanjikan masuk surga. Demikian, menurut Jami at-Tirmidzi (Sunan at-Tirmidzi), kitab kumpulan Hadis dalam Islam yang disusun oleh ilmuwan hadis at-Tirmidzi.
Suatu malam, mengutip kemenag, Thalhah bermimpi tentang dua orang lelaki bertakwa dari suku Qudha’ah. Keduanya sangat ringan tangan untuk membantu dakwah Islam.
Hingga suatu ketika, keduanya memenuhi panggilan jihad dan berharap mati syahid yang jaminannya adalah: surga.
Dalam perang itu, seorang dari mereka meninggal syahid. Sedang seorang lainnya pulang dengan kemenangan. Setahun kemudian, orang yang pulang itu meninggal dunia, karena sakit.
Dalam mimpinya, Thalhah bermimpi tentang kedua orang itu. Saat itu, dalam mimpinya, Thalhah berada tepat di depan pintu surga, bersama dengan keduanya.
Tiba-tiba dari dalam surga terdengar suara yang memanggil sahabat yang meninggal karena sakit dan mempersilahkan ia untuk masuk ke surga. Setelah itu, baru terdengar suara lagi memanggil sahabat yang mati syahid, dan masuklah ia ke dalam surga.
Lalu kembali terdengar suara, dan, kali ini suara itu tertuju berkata kepada Thalhah, “Kembalilah, karena belum waktumu untuk masuk surga.”
Terkejut, Thalhah pun terbangun dari mimpinya.
Keesokan hari, Thalhah menceritakan mimpi itu kepada sahabat-sahabat lainnya. Namun, tidak ada satupun yang percaya.
Sebab, bagaimana mungkin sahabat yang meninggal karena sakit dipanggil terlebih dahulu untuk masuk surga, ketimbang yang mati syahid.

Kaligrafi nama “Talha al-Khayr” di Masjid an-Nabawi, Madinah. (credits: Wiki Commons)
Lalu, kisah ini pun terdengar Rasulullah. Nabi Muhammad pun memanggil Thalhah, dan meminta Thalhah untuk menceritakannya kembali.
Setelah mendengarkan cerita keseluruhan mimpi Thalhah, Rasullullah pun membenarkannya. Para sahabat pun heran. Diriwayatkan oleh HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban.
“Mengapa temannya yang meninggal karena sakit masuk surga lebih dahulu, ketimbang temannya yang meninggal karena mati syahid?” Rasulullah balik bertanya kepada para sahabat.
“Bukankah, temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” kata Rasulullah.
“Dan,” lanjut Rusulullah, “Bukankah ia masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, melakukan shalat, dan amalan selama satu tahun itu?”
Lalu, kata Rasulullah, “Maka jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi.”
Kisah ini, menunjukkan tentang keutamaan bulan Ramadhan. Dan ibadah di dalamnya, yang dapat mengalahkan keutamaan seorang yang mati syahid.
Thalhah masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar adalah satu dari delapan orang, yang pada masa awal masuk Islam.
Dalam sebuah kisah, tatkala Thalhah sedang berada di pasar Bashra, ia mendengar kabar dari seorang rahib tentang kemunculan Nabi di tanah Makkah. Kemudian Thalhah bertanya kepada rahib itu tentang kemunculan Nabi yang bernama Ahmad itu.
Setelah itu, Thalhah bergegas kembali ke Makkah untuk memastikan kisah rahib itu. Ia mendapati bahwa kabar ini telah menjadi perbincangan banyak orang di Makkah.
Selanjutnya, Thalhah bersama Abu Bakar mendatangi Nabi Muhammad, dan ia pun membaca syahadat.
Thalhah adalah seorang pedagang. Dan juga, baik hati dan dermawan.
Suatu ketika, ia pernah menjual tanahnya seharga 700.000 dirham. Selanjutnya, ia begadang dan terjaga semalaman.
Dan, terheran-heran, ia mendapati hartanya masih ada padanya. Lalu, ia pun bersegera untuk membagikannya hingga terbitnya Subuh.
Suatu ketika, Rasulullah pernah berkata kepada para sahabat, tentang Thalhah.
“Orang ini adalah yang termasuk gugur. Dan barangsiapa yang senang dengan melihat seorang syahid berjalan di atas bumi, maka lihatlah Thalhah.”
Thalhah wafat pada tahun 36 Hijriah (656 Masehi) dalam usia 62 tahun.
Ia meninggal syahid akibat terkena anak panah pada Perang Jamal. Diriwayatkan, bahwa yang membunuhnya adalah Marwan bin Al-Hakam Al-Umawiy.
Ia dimakamkan di Bashra, Irak.*

