Autophagy; Daur Ulang Alami Pada Tubuh Manusia

Lifestyle, Uncategorized

February 8, 2025

Saraswati Dupasmara

Ilustrasi proses autophagy. (credits: Britannica)

SAAT sel-sel tubuh mengalami stres atau kekurangan nutrisi, maka tubuh manusia akan memulai proses pembersihan alami. Proses alami ini, dalam dunia kesehatan, disebut: autophagy.

Dengan autophagy, tubuh manusia akan memecah dan menggunakan kembali bagian-bagian sel lama. Sehingga sel-sel itu dapat beroperasi lebih efisien.

Kata “autophagy” adalah gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani. Yakni “Autos” berarti: diri sendiri dan “Phagomai” yang berarti: makan.

Jika diterjemahkan secara harfiah, autophagy berarti: memakan diri sendiri.

Sel adalah blok pembangun dasar dari setiap jaringan dan organ dalam tubuh manusia. Mengutip Cleveland Clinic, setiap sel mengandung beberapa bagian yang membuatnya tetap berfungsi.

Seiring waktu dan usia manusia, bagian-bagian ini dapat menjadi rusak atau berhenti bekerja.

Dengan proses daur ulang alami yang memanfaatkan sumber daya energi yang telah ada di dalam sel ini, sel-sel dalam tubuh dimungkinkan untuk mengeliminasi bagian-bagian yang tidak berguna, dan menggunakan kembali bagian-bagian yang masih dapat digunakan menjadi bagian-bagian sel yang baru dan dapat digunakan untuk selanjutnya.

Autophagy juga mengkontrol kualitas sel-sel tubuh manusia.

Ibarat memory computer, terlalu banyak komponen “tidak berguna” di dalam sel akan menghabiskan ruang dan dapat memperlambat atau mencegah sel berfungsi dengan baik. Sel yang “tidak berguna” itu dapat menyebabkan crash.

Ilustrasi tubuh manusia. (credits: Shutterstock)

Melalui proses autophagy, patogen dapat dihancurkan. Patogen dalam sel dapat merusak sel. Seperti; virus dan bakteri.

Autophagy menyusun kembali kekacauan yang terjadi, dan membuatnya menjadi komponen sel pilihan yang dibutuhkan tubuh. Sehingga mengoptimalkan kinerja sel-sel pada tubuh manusia.

Proses autophagy didukung oleh protein. Protein menyebabkan terbentuknya struktur autophagosom.

Pada proses ini, selanjutnya, potongan sel yang “tidak berguna” dibawa ke bagian sel lisosom. Lisosom, kemudian, memakan dan melumat bagian-bagian sel yang tidak berguna. Dan, lalu, melepaskan bagian-bagian yang dapat digunakan kembali.

Agar tubuh melakukan autophagy, butuh induksi dengan memberi tekanan pada sel tubuh. Caranya; berpuasa, pembatasan kalori, dan melatihnya dengan rutin.

Dengan berpuasa dan pembatasan kalori, maka tubuh akan berada dalam mode: “Bertahan Hidup”. Sehingga memaksa sel dalam tubuh untuk menggunakan kembali komponen sel agar berfungsi dengan baik.

Meskipun, belum didapat penelitian yang lengkap, tetapi beberapa studi menunjukkan bahwa autophagy dapat dilakukan pada saat tubuh berpuasa antara 24 hingga 48 jam.

Bahkan, dalam 20 tahun terakhir ini, para ilmuwan telah menemukan bahwa autophagy  juga dapat mencegah dan memerangi penyakit. Terutama untuk penyakit Crohn, diabeters, jantung, Huntington, ginjal, liver, dan Parkinson.

Juga, autophagy dikaitkan dengan pencegahan kanker. “Sampah” yang terkumpul dalam sel dapat meningkatkan risiko kesalahan pada materi genetik atau DNA sel. Mutasi genetik, atau perubahan, dalam DNA sel dapat menyebabkan terbentuknya sel kanker.

Penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa autophagy dapat mencegah terbentuknya tumor pada tahap awal kanker. Juga, sebaliknya, menunjukkan bahwa autophagy dapat mendorong pertumbuhan tumor dengan membantu sel kanker berfungsi lebih efisien.

Hingga hari ini, peran autophagy dalam mencegah dan melawan penyakit, masih terus diteliti.

Dan, pada saat para ilmuwan telah mengumpulkan lebih banyak bukti lagi tentang hubungan antara autophagy dan penyakit, akan tergambarkan lebih jelas tentang bagaimana proses ini dapat berperan dalam kondisi tertentu dan kesehatan jangka panjang.*

avatar

Redaksi