Waspada Gunung Berapi

Lingkungan & Krisis Iklim

June 14, 2024

Jon Afrizal

Gunung Marapi di Sumatera Barat pada waktu senja hari setelah hujan turun, pada 5 Juli 2017, pukul 18.24 WIB. Gunung Marapi terlihat dua warna; orange dan biru. (credits: wikicommons)

TERDAPAT dua gunung berapi di Indonesia yang kini tengah bertingkah. Gunung dengan nama yang hampir sama; Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Gunung Marapi di Sumatera Barat.

Gunung Merapi (2.930 mdpl) berada di Pulau Jawa, dan Gunung Marapi (2.891 mdpl) di Pulau Sumatera, dipisahkan oleh Selat Sunda. Kedua gunung ini berada pada Level III (waspada).

Sementara, di Selat Sunda, juga terdapat Gunung Krakatau. Gunung yang pernah meletus lebih dari satu abad lalu.

Gunung Merapi meletus pertama kali pada tahun 1548. Sejak tahun itu, gunung ini telah meletus sebanyak 68 kali.

Sementara letusan Gunung Marapi yang pertama kali tercatat adalah pada tanggal 8 September 1830. Dilaporkan, pada waktu itu, Gunung Marapi mengeluarkan awan yang berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 meter di atas kawahnya, disertai dengan suara gemuruh.

Pada tanggal 3 Desember 2023, gunung Marapi tersebut meletus. Letusannya menyebabkan 24 pendaki tewas.

Abu mencapai ketinggian 3.000 meter, dan jatuh di wilayah terdekat yang menyebabkan hujan pasir di beberapa daerah sekitar gunung serta polusi udara. Zona eksklusi diumumkan seluas 3 kilometer.

Sedangkan Gunung Merapi, pada bulan Oktober dan November 2010 terjadi serangkaian letusan. Pada letusan tahun 2010 ini, telah menimbulkan 273 korban jiwa.

Letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah yang terbesar sejak letusan 1872. Letusan tahun 2010 merupakan erupsi bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar sampai jarak 20 kilometer hingga 30 kilometer.

Pada laporan magma.esdm.go.id  tertanggal 13 Juni 2024, teramati sebanyak tujuh kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1500 meter.

Tercatat 23 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-37 mm dan lama gempa 18.4-160.4 detik, delapan kali gempa hybrid/fase vanyak dengan amplitudo 2-4 mm, S-P 0.4-0.5 detik dan lama gempa 5.6-7.3 detik, satu kali gempa Vulkanik Dangkal dengan amplitudo 30 mm, dan lama gempa 11 detik, dan satu kali gempa Tektonik Jauh dengan amplitudo 4 mm, S-P tidak teramati dan lama gempa 104 detik.

Gunung Merapi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gunung yang paling aktif di Indonesia. Dengan siklus erupsi yang terjadi per dua tahun dan per lima tahun.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Indonesia memiliki 129 gunung berapi. Persentase gunung berapi aktif di Indonesia mencapai 15 persen dari total gunung berapi aktif di dunia.

Ini, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia.

Dalam rentang waktu 800 tahun, Indonesia telah menghasilkan tiga kaldera raksasa. Yakni  Kaldera Gunung Api Rinjani pada tahun 1257, Gunung Api Tambora tahun 1815, dan Gunung Api Krakatau tahun 1883.

Indonesia, sebagai gugusan pulau-pulau, berada di lintasan Cincin Api Pasifik dan Sabuk alpida. Yakni tempat dimana banyak gunung berapi berada.

Secara geologis, Indonesia terletak di antara empat benturan lempeng tektonik, yang membuatnya banyak ditumbuhi gunung api. Yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina.

Keempat lempeng itu saling berinteraksi. Dan aktifitasnya mempengaruhi dinamika morfologi serta aktivitas tektonik dan vulkanik di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Mengutip Kompas, lempeng tektonik erat kaitannya dengan lapisan litosfer bumi. Di mana bagian atasnya terdiri dari kerak dan mantel yang memiliki sifat kaku dan padat.


Proses pergerakan yang terjadi pada bagian litosfer ini membentuk lempeng-lempeng tektonik. Kemudian, juga telah membentuk dinamika morfologi permukaan bumi.

Selain di darat, gunung berapi di Indonesia pun berada di bawah laut. Sayangnya, gunung berapi bawah laut tidak terlihat kasat mata di permukaan dan tersembunyi jauh di dasar laut atau samudra.

Gunung Krakatau di Selat Sunda, misalnya. Gunung Krakatau tercatat pernah meletus paadaa 27 Agustus 1883, dan memakan 36.41 korban jiwa. Ledakan itu terdengar dari 3.110 kilometer hingga 4.800 kilometer. Dengan gelombang tekanan akustik mengelilingi dunia lebih dari tiga kali.

Gunung berapi, ketika meletus, akan mengeluarkan magma, abu vulkanik, dan tefra. Kondisi ini yang dapat menimbulkan bencana, termasuk korban jiwa manusia.

Namun, dari aktivitas negatif gunung berapi, malah dapat memberikan dampak positif bagi tanah. Seperti menyuburkan tanah, misalnya.

Sehingga, banyak wilayah yang kebetulan adalah tempat gunung berapi berada, adalah wilayah yang subur dan bagus untuk pertanian. Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah contoh konkritnya.*

avatar

Redaksi