Lagi, Gunung Merapi Erupsi

Lingkungan & Krisis Iklim

June 12, 2024

Jon Afrizal

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan Junghuhn. (credits: wikicommons)

GUNUNG Merapi (2.930 mdpl) kembali mengeluarkan guguran lava, pada Senin (10/6) tahun 2024. Gunung berapi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta ini tercatat mengeluarkan tujuh kali guguran lava ke arah barat daya, yakni Kali Bebeng, dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter.

Ini menurut pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode pukul 00.00-06.00 WIB. Mengutip tribunyogya, tingkat aktivitas Gunung Merapi adalah Level III (Siaga). Tingkat aktifitas yang sama, yang telah ditetapkan sejak akhir tahun 2023 lalu.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.

Lalu, pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.

Suplai magma masih berlangsung, dan dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Merapi berasal dari penyingkatan dua kata, yakni meru (: gunung) dan api. Dalam naskah lama, Merapi dikenal dengan sebutan Candrageni. Nama Candrageni tertulis di Serat Pustaka Raja Purwa yang ditulis oleh R. Ng. Ranggawarsito.

Menurut jogjaaja, atau Prabu Kusumawicitra bergelar Prabu Ajipamasa yang mengubah nama Candrageni menjadi Merapi, jika menurut naskah tulisan Ranggawarsito. Perubahan nama itu terjadi pada tahun 919 Caka atau  947 Masehi.

Prabu Kusumawicitra ketika masih beristana di Mamenang dan menguasai seluruh Pulau Jawa bergelar Prabu Ajipamasa. Ia adalah pendiri Kerajaan Pengging. Nama Pengging hingga kini masih dikenal dan dilafazkan oleh masyarakat Boyolali, Jawa Tengah.

Pengging adalah sebuah nama lama. Meskipun masyarakat masih menyebut Pengging. Kini, Pengging adalah Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

Gunung Merapi; lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.

Puncak Merapi minim vegetasi.

Tetapi kawasan hutan di sekitar puncak Merapi telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) seluas 6.410 hektare sejak tanggal 4 Mei 2004 melalui SK Menhut 134/Menhut-II/2004. Dengan tujuan perlindungan bagi sumber-sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang.

Mengutip tngmerapi, beberapa jenis flora di sana adalah tesek, kelewer dan puspa. Sedangkan fauna di sana, adalah lutung jawa, elang jawa, celepuk reban dan macan tutul.

Gunung Merapi telah meletus lebih dari 80 kali sejak tahun 1768. Letusan besar terjadi pada tahun 1768, 1822, 1849 dan 1872. Sedangkan pada abad ke-20, yakni pada tahun 1930 hingga 1931.

Sementara pada abad ke 21, dimulai sejak 22 November 1994, dengan korban 60 jiwa. Selanjutnya, 19 Juli 1998, 2001 hingga 2003, 2006, 2010, dan terus terjadi hampir setiap tahun.

Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872. Dan memakan korban nyawa 273 orang.

Letusan Merapi pada tahun 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan tipe Merapi. Dikarenakan bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar samapi jarak 20 kilometer hingga 30 kilometer.

Sejak itu, gunung ini dimonitor tanpa jeda oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi (di bawah Badan Geologi, PVMBG) di Kota Yogyakarta. Karena potensi bahayanya.*

avatar

Redaksi