Waspada: Gelombang Panas

Lingkungan & Krisis Iklim

June 6, 2024

Jon Afrizal

(credits : meteored)

AKHIR-AKHIR ini cuaca terasa sangat gerah dan suhu panas cenderung menjadi berlebihan. Kondisi saat ini disebut heat wave (gelombang panas). Yakni suhu di bawah sinar matahari langsung yang lebih tinggi dari biasanya, yang hanya 15 ˚Celcius, dan berlangsung dalam waktu lama.

Mengutip WHO, gelombang panas atau cuaca panas yang berlangsung selama beberapa hari, dapat berdampak signifikan terhadap masyarakat. Termasuk, juga, meningkatnya angka kematian terkait gelombang panas.

Gelombang panas adalah bencana alam yang paling berbahaya. Namun jarang mendapat perhatian serius, karena jumlah korban jiwa dan kerusakan yang diakibatkannya tidak selalu terlihat jelas.

Berdasarkan data World Helath Organization (WHO), dari tahun 1998 hingga 2017 terdata lebih dari 166.000 orang meninggal dunia akibat gelombang panas. Termasuk lebih dari 70.000 orang yang meninggal saat gelombang panas tahun 2003 di Eropa.

Penduduk yang terpapar panas terus meningkat akibat perubahan iklim. Secara global, kejadian suhu ekstrem terlihat semakin meningkatnya frekuensi, durasi, dan besarannya. Pada tahun 2000 hingga 2016, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat sekitar 125 juta orang.

Dampak panas akan terasa lebih buruk di perkotaan. Ini adalah akibat efek dari urban heat island (UHI). Dimana penghidupan dan kesejahteraan masyarakat non-perkotaan juga dapat sangat terganggu selama dan setelah periode cuaca panas yang tidak biasa.

Gelombang panas dapat membebani layanan kesehatan dan darurat serta meningkatkan tekanan terhadap air, energi, dan transportasi yang mengakibatkan kekurangan listrik atau bahkan pemadaman listrik. Ketahanan pangan dan penghidupan juga dapat terganggu jika masyarakat kehilangan hasil panen atau ternaknya karena panas yang ekstrem.

Gelombang panas berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan kerja. Stres akibat dari gelombang panas adalah penyebab utama kematian terkait cuaca dan dapat memperburuk penyakit yang mendasarinya. Termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, kesehatan mental, asma, dan dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan penularan beberapa penyakit menular. Heatstroke adalah keadaan darurat medis dengan tingkat kematian yang tinggi.

Jumlah orang yang terpapar panas ekstrem meningkat secara eksponensial akibat perubahan iklim di seluruh wilayah dunia. Kematian terkait panas pada orang berusia di atas 65 tahun meningkat sekitar 85 persen, pada tahun 2000 hingga 2004 dan 2017 hingga 2021.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 hingga 2019 menunjukkan sekitar 489.000 kematian terkait panas terjadi setiap tahunnya. Dengan 45 persen di antaranya terjadi di Asia dan 36 persen di Eropa.

Di Eropa saja pada musim panas tahun 2022, diperkirakan terjadi 61.672 kematian akibat panas yang berlebihan. Peristiwa gelombang panas dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kematian akut yang tinggi. Pada bulan Juni – Agustus tahun 2003, terhitung 70.000 orang di Eropa meninggal dunia. Sementara pada tahun 2010, sebanyak 56.000 kematian terjadi selama 44 hari gelombang panas yang terjadi di Federasi Rusia.

Kerentanan terhadap panas dipengaruhi oleh faktor fisiologis, seperti usia dan status kesehatan, serta faktor paparan seperti pekerjaan dan kondisi sosial ekonomi.

Dampak negatif panas terhadap kesehatan dapat diprediksi dan sebagian besar dapat dicegah melalui kebijakan dan intervensi kesehatan masyarakat tertentu serta multisektoral.

Untuk menghindarinya, maka menurut WHO, setiap orang harus berupaya menghindari aktifitas di luar rumah pada siang hari. Dan, tetaplah di tempat teduh selama 3 jam pada waktu siang hari, dan menjaga kesejukan rumah.

Gunakan udara malam untuk mendinginkan rumah. Yakni dengan membuka jendela setelah gelap ketika suhu di luar ruangan lebih rendah daripada suhu di dalam ruangan.

Pada siang hari ketika suhu di luar ruangan lebih tinggi daripada di dalam ruangan, tutuplah jendela dan tutupi dengan tirai atau daun jendela untuk menghalangi sinar matahari langsung. Dan matikan sebanyak mungkin perangkat listrik di dalam rumah.

Gunakan kipas angin listrik hanya ketika suhu di bawah 40 ˚Celcius. Sebab pada suhu di atas 40˚Celcius, kipas angin akan berbalik memanaskan tubuh.

Jika menggunakan AC, atur termostat ke 27 ˚Celcius, dan tetap nyalakan kipas angin listrik. Kondisi ini akan membuat ruangan terasa lebih sejuk sebesar 4 ˚Celcius.

Jaga tubuh tetap sejuk dan terhidrasi, dan gunakan pakaian yang tipis dan longgar.

Lalu, mandi air dingin atau berendam. Atau, basahi kulit dengan menggunakan kain lembab, semprotan, atau pakaian basah yang ringan.

Terpenting, minumlah air secara teratur, satu gelas air per jam dan minimal 2 hingga 3 liter per hari.*

avatar

Redaksi