Propaganda Aborsi Di Era Stalin

Hak Asasi Manusia

February 18, 2025

Nkomo A Gogo

Monumen “To Not Born Children” di Surgut. (credits: Panoramio)

ABORSI dilegalkan di Uni Soviet pada tahun 1920, dibawah pemerintahan Stalin. Tindakan aborsi ini berlatarbelakang perjuangan ideologis melawan “sisa-sisa borjuis”.

Uni Soviet bahkan membentuk “komisi khusus aborsi” yang bertanggungjawab untuk membuat kebijakan dan pendekatan hierarkis terhadap aborsi.

Setelah kudeta 1917, para ideolog Bolshevik mendesak agar kaum perempuan tidak membatasi diri pada keluarga dan dapur saja. Tetapi untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik.

Perempuan yang telah memiliki anak, mengutip united24media, adalah kelompok terakhir yang memenuhi syarat untuk mendapatkan akses aborsi. Kendati, dibawah pemerintahan Stalin, pajak khusus diperkenalkan untuk perempuan yang memiliki anak kurang dari 3 anak.

Kondisi di klinik sangat buruk. Para wanita menjalani aborsi tanpa anestesi atau perawatan pribadi apa pun, dengan beberapa aborsi dilakukan sekaligus.

“Jika seorang wanita memutuskan untuk melakukan aborsi, itu artinya ia mengalami paksaan untuk melakukannya. Klinik aborsi di Lermontov Prospekt adalah institusi yang mengerikan, banyak perempuan yang menyebutnya: Rumah Jagal,” kata peneliti dan sarjana studi gender, Amy E. Randall di Jurnal Sejarah Perempuan.

Ia melanjutkan, “Kapasitas perawatan klinik itu tersedia untuk 200 hingga 300 pasien per hari. Para perempuan ditempatkan di antrean di depan ruang operasi. Dua dan terkadang enam perawat perempuan bekerja pada saat yang sama.”

Pada kondisi ini, tidak jarang perempuan pingsan, ada juga yang terikat di ranjang selama prosedur. Ada juga perempuan yang menjalani 10 kali, bahkan 20 kali aborsi selama masa reproduksi mereka.

Ini terjadi karena kurangnya pendidikan tentang seks dan perlindungan terhadap perempuan.

Suasana di October Hospital di Kyiv pada tahun 1920-an. (credits: Babel)

Ada juga perempuan yang meneruskan kehamilannya hingga cukup bulan. Setelah melahirkan, mereka lalu menitipkan bayinya untuk diadopsi. Tetapi, bagi negara dan lingkungannya, mereka tidak diperlakukan dengan lebih baik.

Pers dikooptasi pemerintah dan mulai menyebut ibu yang melahirkan dengan sebutan “gila”. Komite Wanita Soviet ingin agar paspor ibu-ibu itu diberi cap, mencap mereka, dan menggambarkan mereka sebagaimana para penjahat.

Disarankan juga agar tempat kerja perempuan diberitahu jika ia mengakhiri kehamilan, dengan cara apa pun.

Setelah pelarangan aborsi pada tahun 1936, mesin propaganda negara mulai memanfaatkan rasa kewanitaan setiap perempuan. Yakni, dengan mendorong perempuan untuk “mengembangkan kewanitaan mereka yang didefinisikan sebagai kapasitas bawaan perempuan untuk mengasuh dan melayani”.

Pesan ini tersebar luas di media cetak, radio, dan dalam dunia seni.

Tetapi, setelah kematian Stalin, memang kebijakan negara terkait aborsi mulai melunak dan dilegalkan kembali. Namun karena ketidaktahuan seksual dan rendahnya standar hidup penduduk, jumlah aborsi tidak menurun. Dan perempuan yang memutuskan untuk melakukan aborsi terus dikutuk di masyarakat.

Perempuan tidak hanya dituntut untuk bekerja dan mengasuh anak. Tetapi juga, harus menarik perhatian laki-laki.

Pada tahun 1980, perempuan (termasuk ibu tunggal) menerima RUB 5 per bulan untuk satu anak, RUB 7,5 untuk dua anak, dan RUB 10 untuk tiga anak. 1 Rubel jika dikonversi adalah sama dengan IDR 910.245 pada saat ini.

Ini adalah jumlah yang statis, dan tidak pernah meningkat sejak akhir tahun 1940-an. Garis kemiskinan bulanan adalah RUB 66.

Sebaliknya, negara sangat bergantung pada propaganda terkoordinasi dan penerbitan “medali ibu”. Sehingga, tidak berarti untuk mendorong perempuan agar memiliki keturunan dalam kondisi yang tidak berkelanjutan.

Seperti semua aspek kehidupan lainnya di Uni Soviet, maka peran ibu di hierarkikan.

Dimana, Ibu Pahlawan diberikan kepada wanita yang melahirkan dan membesarkan 10 anak atau lebih, Ordo Kemuliaan Ibu kepada mereka yang memiliki 7 hingga 9 anak, dan Medali Keibuan kepada mereka yang memiliki 5 hingga 6 anak.

Pada bulan Agustus 2022, Putin memperkenalkan kembali penghargaan Ibu Pahlawan yang ditetapkan oleh Stalin pada tahun 1944.

Kembalinya praktik era Soviet ini, yang telah ditinggalkan pada tahun 1991, tidaklah mengejutkan.

Ini mengingat bahwa pasangan-pasangan di Rusia sebelumnya, berhak untuk memenangkan lemari es dan hadiah-hadiah lainnya. Jika mereka “melahirkan seorang patriot” pada tanggal 12 Juni, tepat 9 bulan setelahnya “Hari Pembuahan” pada tanggal 12 September.*

avatar

Redaksi