Petani Terluka Diterjang Gajah Sumatera
Lingkungan & Krisis Iklim
July 19, 2024
Jon Afrizal/Rantau Benar, Tanjungjabung Barat
Mentaria ketika berada di RS Bratanata Kota Jambi, Kamis (18/7). (photo credits: Jon Afrizal/amira.co.id)
MENTARIA (52), petani sawit asal Desa Rantau Benar Kecamatan Renah Mendaluh Kabupaten Tanjungjabung Barat Provinsi Jambi harus dirawat di RS Bratanata Kota Jambi. Ia telah menjadi korban diterjang seekor gajah, Rabu (17/7).
Kala itu, ia dan 10 orang petani sedang berpatroli menghalau secara swadaya tiga individu gajah jantan. Ketiga individu ini telah tiga pekan berada di Desa Rantau Benar dan sekitarnya.
Ketika mereka menghalau, ketiga gajah itu terdesak ke arah parit. Secara tiba-tiba gajah yang terdesak kemudian berubah menjadi agresif menyerang mereka.
Mentaria tidak dapat lagi menghindar ketika seekor gajah semakin mendekat. Lantas, gajah menerjang dengan kaki belakangnya, dan mengenai bagian paha kiri dan sekitar perut Mentaria.
Pada saat yang bersamaan satu gajah lagi juga menyerang Mulyadi (50), anggota patroli warga. Namun tidak diketahui secara pasti bagian tubuh mana yang diserang gajah.
Situasi mulai crowded, satu ekor gajah lainnya menyerang Herliandi (40). Herliandi berhasil menyingkir.
Mentaria ditandu untuk dibawa ke RSUD Suryah Khairuddin di Merlung. Begitu juga dengan Mulyadi. Setelah dirontgen, keduanya diperbolehkan pulang.
Setelah diserang gajah, warga membawa Mentaria dengan menggunakan tandu untuk dibawa ke rumah sakit. (photo credits: citizen journalist/amira.co.id)
Namun, hingga keesokan harinya, Mentaria mengeluh tidak dapat buang air kecil. Bagian perut semakin sakit, begitu juga bagian paha. Sedangkan jari-jari kakinya, tidak dapat digerakkan dan mati rasa.
Pihak keluarga selanjutnya membawa Mentaria ke RS Bratanata Kota Jambi. Ketika Amira menemuinya dan menyalaminya, ia hanya mengucapkan, “Terimakasih”.
“Telah tiga pekan gajah-gajah itu di sini. Mereka memakan umbut sawit yang masih muda,” kata Hamidin, Kaur Perencanaan Pemdes Rantau Benar, Kamis (18/7).
Warga yang melakukan patroli swadaya sudah sangat lelah. Sebab harus begadang setiap malam hari untuk berpatroli menghalau gajah.
“Kami meminta kepada pihak terkait untuk membantu warga desa,” katanya.
Ari Saputra (23), warga desa Rantau Benar juga menderita luka dijahit lima jahitan di kaki kiri. Ketika pada pekan lalu ia ikut patroli, dan gajah menyerang ke arahnya.
“Saya berlari menjauh, dan terjatuh, sehingga mengalami luka-luka,” katanya.
Warga desa, sejujurnya, tidak memiliki cara yang tepat untuk menghalau gajah. Mereka hanya menghalau semampunya saja.
Tetapi, persoalannya, tidak hanya tiga ekor gajah itu saja yang sering berkeliaran. Terdapat juga sembilan gajah lainnya.
Jika persoalan ini tidak cepat dimitigasi, maka korban akan semakin banyak. Baik itu kebun sawit yang dirusak, dan nyawa warga pun terancam.*