Petani Karet Yang Tetap Bertahan Meski Tak Tahan

Ekonomi & Bisnis

October 29, 2023

Zulfa Amira Zaed

INDONESIA adalah produsen karet terbesar kedua setelah Tiongkok. Namun, hal ini tak serta merta petani karet sejahtera tanpa penghasilan selain dari bertani karet.

Pada 2021, produksi karet mentah di Indonesia mencapai 3,12 juta ton. Sebanyak 2,4 juta ton di antaranya diekspor dalam bentuk karet mentah. Selebihnya diserap oleh industri dalam negeri, dan sebagian lagi diekspor sebagai produk olahan, seperti selang karet, seal, glove, dan banyak lainnya.

Menurut portal indonesia.go.id, karet yang harganya tinggi berasal dari getah yang bersih dan diolah secara layak.

Pengolahannya sederhana, yaitu getah karet digumpalkan dengan asam semut 2 persen yang diaduk rata dan dicetak dalam boks kayu ukuran 40 cm kali 60 cm dan tebal 5 cm. Produk cetakan itu disebut slab karet.

Tidak berhenti di situ, untuk mendapat harga yang lebih tinggi, slab karet harus dikeringkan dengan cara digiling dengan batang kayu bulat, sampai tipis agar kandungan air di dalamnya keluar.

Setelah itu, slab karet harus dikeringkan dengan cara diasapi, lalu diangin-angin sampai kering. Maka jadilah rubber smoke sheet.

Sebuah proses yang cukup panjang, sepanjang rantai pasok yang harus dilalui karet hingga sampai kepada perusahaan pengolahan karet. Tak ayal, harga karet cenderung murah.

Petani karet pun dihantui dengan keinginan untuk bertani tanamak monokultur seperti sawit misalnya. Ya, tentu masalah harga yang menjadi pertimbangan, lebih mahal.

Di Indonesia, Provinsi Sumatera Selatan adalah provinsi penyumbang terbesar untuk karet nasional. Dari 3,69 juta hektare kebun karet di Indonesia, 872 ribu hektare di antaranya ada di Sumatra Selatan.

Produsen besar lainnya adalah Sumatera Utara dengan luas 397 ribu hektare, Kalimantan Barat 392 ribu hektare, Jambi 398 ribu hektare, dan Provinsi Riau 330 ribu hektare. 

Hampir 80 persen area karet nasional adalah perkebunan rakyat.

Menurut data BPS, ekspor karet terbesar sejak tahun 2012 hingga 2022 adalah ke Amerika Serikat dengan rata-rata 50 ton per tahun.

Lantas hal ini bukanlah menjadi alasan acuh terhadap kondisi petani karet hari ini. Petani karet butuh solusi untuk tetap bertahan.

Paling tidak rantai pasok diperpendek agar petani dapat langsung menjual karetnya kepada perusahaan pengolahan karet.

avatar

Redaksi