Nepal Hadapi “Vacum Of Power”

Daulat

September 11, 2025

Junus Nuh

Istana Singha Durbar, sebagai gedung pemerintahan dan parlemen Nepal terbakar dalam aksi demonstrasi, Selasa (9/9). (credits: EPA)

BANDARA Internasional Tribhuvan (TIA), Nepal ditutup sementara. Penutupan bandara ini berlaku sejak Selasa (9/9).

Penutupan bandara ini, secara otomatis memutuskan Lembah Kathmandu dengan dunia luar.

Penutupan ini menyebabkan pembatalan seluruh penerbangan dan ribuan penumpang terlantar. Langkah penutupan diambil demi alasan keamanan dan keselamatan penerbangan.

Ini mengingat, mengutip Merdeka, intensitas demonstrasi yang terus meningkat di Ibukota Kathmandu. Juga, asap tebal akibat kebakaran di Gothatar, yang berada dekat landasan pacu bandara, turut memperburuk kondisi.

Kondisi Nepal semakin mencekam pasca gelombang aksi demonstrasi besar-besaran yang melanda Ibukota Kathmandu. Protes yang dipimpin oleh Gen Z ini menyoroti isu korupsi yang merajalela di pemerintahan serta larangan kontroversial terhadap media sosial.

Sebanyak 22 orang dilaporkan tewas, menyusul bentrokan antara demonstran dengan aparat keamanan. Tewasnya 22 orang ini, berkemungkinan menjadi penyebab kemarahan massa, dan melakukan perusakan dengan cara membakar. Selain itu, 300 orang dilaporkan terluka dalam konflik ini.

Eskalasi konflik telah menimbulkan krisis, dan memaksa pemerintah untuk mengambil tindakan darurat.

Presiden Nepal Ram Chandra Poudel, mengutip CNN Indonesia, mengundurkan diri, Selasa (9/9). Sebelumnya, hanya selisih beberapa jam, Perdana Menteri (PM) KP Sharma Oli mundur dari jabatannya.

Pengunduran Ram Chandra Poudel membuat Nepal tanpa pemimpin eksekutif, kendati situasi dalam negeri semakin chaos. Mengutip News18, kekosongan pemimpin ini membuat militer Nepal kemungkinan akan mengambil alih kekuasaan.

Pekerja anak di Nepal. (credits: Wiki Commons)

Panglima Militer Nepal Ashok Raj Sigdel diberitakan akan mengeluarkan pernyataan dalam waktu dekat.

Demonstrasi yang diserta kerusuhan telah memicu aksi pembakaran rumah pejabat, pada Selasa (9/9).  Rumah istri dari Sharma Oli, Rajyalaxmi Chitrakar, di kawasan Dallu dibakar massa.

Rajyalaxmi Chitrakar terjebak didalam rumah. Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Luka Bakar Kirtipur, tetapi meninggal dunia ketika dirawat.

Selain rumah PM Oli dan beberapa menteri Nepal, kediaman Ram Chandra Poudel juga menjadi sasaran amuk massa.

Para perusuh membobol masuk kawasan rumah Ram Chandra Poudel, lalu membakar, dan menjarah barang-barang berharga.

Pun, gedung parlemen dirusak, dibakar dan dijarah massa.

Sementara Menteri Keuangan Bishnu Prasad Paudel dikejar, dipukuli dan dilucuti pakainnya di depan umum oleh para pengunjuk rasa.

Akhirnya, militer Nepal mengevakuasi para menteri kabinet pemerintah. Mengutip Kathmandu Post, militer Nepal mulai mengevakuasi para menteri dari rumah dinas mereka di kawasan Bhaisepati dengan menggunakan helikopter.

Gelombang demonstrasi di Kathmnadu ini, disebut dengan “Protes Gen Z”. Protes ini terjadi setelah pemerintah memblokir platform media sosial, termasuk Facebook dan YouTube.

Alasannya adalah bahwa perusahaan-perusahaan media sosial gagal mendaftar dan tunduk pada pengawasan pemerintah.

Setelah situs-situs tersebut kembali online, demonstrasi terus berlanjut. Yang dipicu karena kemarahan massa terhadao kematian para pengunjuk rasa di tangan petugas keamanan. Dan juga, dugaan korupsi oleh para pejabat pemerintah.

Gen Z menjadi marah, karena Nepo Kids, yakni anak-anak pemimpin politik menikmati gaya hidup mewah dan berbagai keuntungan. Sementara sebagian besar Gen Z di Nepal kesulitan mencari pekerjaan.*

avatar

Redaksi