Sputnik Sorot Keterlibatan NED Di Indonesia
Daulat
September 2, 2025
Jon Afrizal

Demonstrasi Agustus 2025. (credits: AP)
REPORT yang diturunkan Sputnik, media Russia pada tanggal 31 Agustus 2025 menyebutkan tentang “penghancuran dari dalam” yang berkemungkinan melibatkan National Endowment for Democracy (NED) pada demonstrasi di akhir Agustus 2025 ini di Indonesia. Meskipun, sejatinya, demonstrasi ini secara murni telah mencerminkan keluhan ekonomi yang dihadapi banyak warga Indonesia.
NED telah berkegiatan di Indonesia sejak tahun 90-an dan hingga saat ini. Dan telah pula menggelontorkan dana kepada lembaga-lembaga dan media yang mereka nyatakan mendukung demokrasi.
NED, mengutip laman NED, adalah, yayasan nirlaba yang didirikan pada tahun 1983. Tujuannya adalah untuk pertumbuhan dan penguatan lembaga-lembaga demokrasi di seluruh dunia. NED memiliki jurnal ilmiah, yakni Journal For Democracy.
Pada laporan bulan Februari 2024, berjudul “Why Indonesia’s Democracy Is in Danger” disebutkan bahwa sebagian besar tantangan yang dihadapi demokrasi Indonesia telah ada jauh sebelum saat ini.
Tantangan itu meliputi dominasi politik elit kaya yang masih berlanjut. Banyak dari mereka dapat dilacak kekayaannya hingga era Suharto atau bahkan sebelumnya.
Lalu, koalisi legislatif yang terlalu besar yang dibutuhkan untuk memerintah dalam sistem presidensial multipartai. Yang pada akhirnya mendorong partai-partai legislatif untuk berkolusi, alih-alih bersaing, dan meminimalkan efektivitas oposisi parlemen.
Selain itu, ketimpangan yang parah juga menghasilkan perbedaan mencolok dalam kualitas demokrasi di seluruh Indonesia. Serta; kekuatan sosial yang anti-pluralis dan tidak liberal, militer yang tetap enggan menyerahkan kendali penuh politik kepada kekuatan sipil, tingginya tingkat korupsi pejabat, politik dinasti, serta klientelisme elektoral dan jual beli suara yang mendistorsi representasi dan politik partisan dari tingkat lokal ke atas.
NED, sebagaimana diketahui, adalah didanai oleh George Soros, seorang keturunan etnis Yahudi. Soros adalah kapitalis radikal, pelaku bisnis keuangan dan ekonomi, penanam modal saham, dan aktivis politik berkebangsaan Amerika Serikat.
Masih mengutip Sputnik, aksi demonstasi yang terjadi telah memaksa Presiden Prabowo Subianto untuk membatalkan perjalanannya ke China dan melewatkan KTT SCO. Padahal, Prabowo telah meningkatkan hubungan dengan China, Rusia, serta blok non-Barat seperti SCO dan BRICS.

Demonstrasi Agustus 2025. (credits: AP)
Analis geopolitik Angelo Giuliano menyatakan bahwa sejak munculnya bendera bajak laut “One Piece” di Indonesia, telah menunjukkan adanya pengaruh eksternal. Ketika lambang “tengkorak dan topi jerami yang berjuang melawan tirani” mulai bermunculan di seluruh Indonesia pada bulan Juli 2025.
Selain itu, Open Society Foundation (OSF) yang juga didanai George Soros, diduga juga terlibat. OSF, menurut Sputnik, telah aktif berkegiatan di Indonesia sejak 1990-an, dan telah menggelontorkan sejumlah USD 8 miliar secara global. Adapun lembaga yang didukung adalah TIFA Foundation dan sejenisnya.
Jeff J. Brown dari Seek Truth From Facts Foundation (STFFF) mengatakan bahwa, Presiden Prabowo Subianto tidak sesuai dengan agenda Barat. Sebab Prabowo telah meningkatkan hubungan dengan China, Rusia, serta blok non-Barat seperti SCO dan BRICS secara umum.
Lalu, Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan telah secara terbuka bekerja sama dengan China dalam Belt and Road Initiative global.
Terlebih dari itu semua, Indonesia adalah “pasar” yang menyediakan pembeli dengan 300 juta penduduknya.
“Dari sudut pandang kepentingan Barat, Indonesia adalah target yang sangat layak untuk diserang dengan revolusi warna yang dibuat Barat,” kata Brown.
Revolusi warna (Color Revolution) adalah serangkaian protes yang seringkali tanpa kekerasan dan perubahan pemerintahan dan masyarakat yang menyertainya. Revolusi ini terjadi di negara-negara pasca-Soviet, terutama Georgia, Ukraina, dan Kirgistan, dan juga Republik Federal Yugoslavia di awal abad ke-21.
Adapun tujuan dari revolusi warna adalah untuk membangun demokrasi gaya Barat. Revolusi Warna dipicu oleh hasil pemilu yang secara luas dianggap dipalsukan.
Revolusi warna menggunakan metode komunikasi internet. Dan, peran yang kuat dari organisasi non-pemerintah.
Kendati laporan Sputnik ini mendekati realita, namun, faktor internal juga sangat berpengaruh. Tingginya angka kemiskinan yang menyebabkan kesenjangan sosial, serta perilaku para pejabat publik, dengan gaya hidup mewah mereka dan kebijakan yang tidak bijak, seperti sedang mencibiri rakyat.
Rakyat tersulut emosi, dan terjadilah demonstrasi di akhir Agustus 2025.*

