Maunya #KaburAjaDulu
Ekonomi & Bisnis
February 26, 2025
Ahmad Wicaksana

Bendera Indonesia, di pinggir kawasan hutan di Provinsi Jambi. (credits: Jon Afrizal/amira.co.id)
“Lusuhnya kain bendera
Di halaman rumah kita
Bukan satu alasan
Untuk Kita Tinggalkan.” Iwan Fals
SEJAK tahun 2023, tagar #KaburAjaDulu hadir di media sosial. Terutama di platform X. Tagar ini adalah ajakan dari para pegiat teknologi kepada pemuda-pemuda Indonesia untuk mencari peluang kerja ke luar negeri.
Namun, terhitung sejak Februari 2025, penggunaan tagar #KaburAjaDulu semakin populer saja. Ini seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan rakyat terhadap situasi di dalam negeri.
Tagar ini adalah sebagai bentuk kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat. Seperti pemangkasan anggaran pendidikan dan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK).
Berdasarkan berbagai referensi dari media sosial, terdapat empat menyebab utama munculnya tagar #KaburAjaDulu.
Pertama, adalah, kondisi ekonomi yang sulit. Dimana banyak milenial Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan kualifikasi dan harapan mereka.
Tingkat pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan lulusan baru, serta gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup yang terus meningkat, telah menjadi faktor utama yang mendorong ketidakpuasan untuk bekerja di dalam negeri.
Kedua, pemangkasan anggaran pemerintah. Kebijakan pemerintah mengenai efisiensi anggaran, seperti yang tercantum dalam Inpres nomor 1 tahun 2025, berdampak signifikan pada berbagai sektor, termasuk pendidikan dan layanan publik.
Pemotongan anggaran ini mengakibatkan berkurangnya kualitas layanan dan kesempatan, yang pada gilirannya memicu kekecewaan masyarakat luas.
Ketiga, tingginya kesenjangan sosial. Ketimpangan antara the rich and the poor yang semakin lebar telah membuat banyak anak muda merasa sulit untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Bahkan, bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi lemah, maka, akses terhadap pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan yang memadai seringkali terbatas.
Keempat, kondisi politik yang tidak stabil. Korupsi, ketidakadilan, dan diskriminasi masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di Indonesia. Banyak anak muda yang merasa skeptis terhadap masa depan bangsa dan kehilangan kepercayaan pada pemerintah serta partai politik.
Wamenaker Immanuel Ebenezer menanggapi tagar #KaburAjaDulu dengan dingin. Bahkan, Noel, sapaannnya, malah mempersilahkan WNI yang ingin berkarier di luar negeri tidak perlu kembali lagi ke Indonesia.

Tagar #KaburAjaDulu di media sosial. (credits: Wiki Commons)
“Mau kabur, kabur sajalah. Kalau perlu jangan balik lagi,” kata Noel di Kantor Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), Jakarta, Senin (17/2), sambil tertawa, seperti dikutip dari Kompas.
Ia menekankan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) tidak peduli dengan tagar atau seruan itu.
Suara berbeda datang dari Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassrieli. Ia menilai munculnya tagar #KaburAjaDulu menjadi tantangan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat. Dan itu telah menjadi catatan dan concern pemerintah.
Ia tidak memungkiri bahwa kesempatan bagi WNI untuk bekerja di luar negeri terbuka lebar. Bahkan, Yassierli pun tak mempermasalahkan jika WNI ingin bekerja di luar negeri.
Sebab, ia melihat kesempatan kerja di luar negeri terbuka lebar. Sehingga, semangat dari tagar #KaburAjaDulu bukanlah “kabur” dalam arti yang sebenarnya.
“Jika kaum muda ingin meningkatkan skill, dan ada peluang kerja di luar negeri. Setelah itu, lalu, balik lagi ke Indonesia, untuk membangun negeri, tentu tidak ada salahnya,” katanya.
Kecaman terhadap pernyataan Wamenaker Immanuel Ebenezer dating dari Mahfud MD. Melalui chanel Youtube-nya, Mahfud menyatakan bahwa pernyataan Noel itu sebagai: pernyataan jahat.
Munculnya tagar #KaburAjaDulu, katanya, harus menjadi koreksi bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem birokrasi di Indonesia. Sebab, tagar itu adalah wujud dari WNI yang sebenarnya ingin mencari keadilan di negara lain, karena dianggap tidak memperolehnya di Tanah Air.
Mahfud mengungkapkan adanya tagar #KaburAjaDulu, sebenarnya baik. Karena rakyat tidak melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Meski dinilai kondisi negara sedang tak baik-baik saja.
Padahal, katanya, jika kondisi ini terjadi di negara lain, pemerintahan dapat digulingkan oleh rakyat. Seperti yang terjadi di Suriah dan Tunisia, misalnya.
Terpenting, kata Mahfud, nasionalisme rakyat dapat saja luntur ketika pemerintah tidak memberikan keadilan. Terutama jika ketidakadilan itu dibiarkan tumbuh, kesewenang-wenangan dan arogansi kekuasaan terus tumbuh.
Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi sangat berharap agar lebih banyak pelajar dan pekerja asal Indonesia yang menetap di Jepang.
Mengutip Detik, para pelajar RI, katanya, dapat melanjutkan program studi ke Jepang meski bahasa Jepang mereka tidak terlalu fasih. Sebab saat ini banyak universitas di Jepang yang telah mulai menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Ia bahkan memuji para TKI sebagai: pekerja keras di bidang layanan medis, manufaktur, pertanian, perikanan dan jasa.
Ia pun menegaskan masyarakat Jepang juga mengerti dan menghormati budaya Islam. Sehingga, katanya, orang-orang Jepang dapat menerima pekerja-pekerja terampil dari Indonesia lebih banyak lagi.*

