Kiva Han, Warung Kopi Pertama Di Dunia
Inovasi
February 9, 2024
Tunggal Rajani
(: kivahancaffe)
KOPI, yang mengandung senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit, digemari banyak orang. Meminum secangkir kopi dapat meningkatkan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis, yakni meningkatnya energi.
Dengan efek yang membuat giat dan cenderung menenangkan ini, maka kopi diminum di pagi hari ketika sarapan, dan ketika kejenuhan aktifitas membuat ngantuk: coffee break.
Tetapi, kopi adalah juga lifestyle. Beberapa daerah akrab dengan tradisi ngopi di warung. Sekedar berbincang ringan hingga serius, ditambah sedikit cemilan dan kudapan.
Menurut thespruceeats, warung kopi pertama melegenda yang dicatat sejarah, yakni Kiva Han. Kiva Han berada di kota Konstantinopel (Istanbul), Turki, dan dibangun pada tahun 1475.
Kopi Turki disajikan kental, hitam dan tanpa filter, biasanya diseduh dengan ibrik. Mereka juga menganggap serius kopi.
Faktanya, kopi adalah hal yang sangat penting pada masa itu. Sehingga, di Turki saat itu, seorang wanita diperbolehkan untuk menceraikan suaminya, jika suaminya tidak dapat menyediakan cukup kopi untuknya.
Mengutip sagebrushcoffee, terdapat benang merah antara warung kopi masa lalu hingga saat ini. Yakni untuk bersosialisasi dengan orang lain, sambil menikmati secangkir kopi.
Tetapi, sejarah yang tercatat tentu tidak semudah meminum secangkir kopi itu sendiri. Warung kopi adalah juga tempat orang-orang berwacana dan menuangkan ide.
Sehingga hanya beberapa orang saja yang dapat mendatanginya. Seperti kalangan bangsawan dan orang-orang terdidik saja.
Pemilik warung kopi umumnya adalah pengusaha kaya raya.
Perkembangannya, minum kopi telah menjadi budaya. Sehingga banyak orang mulai skeptis terhadap kandungan kafein pada kopi, dan dampaknya.
Serta pemikiran bahwa kafein dapat mengarahkan orang kepada perilaku tidak senonoh. Sebab efek kafein yang membuat tetap terjaga, kedai kopi diyakini menjadi tempat kebingungan.
Mereka yang tidak setuju pun berupaya untuk menutup warung kopi. pun dimulai. Bahkan, sempat pula dinyatakan bahwa kopi adalah minuman yang memabukkan. Sehingga dapat dilarang oleh hukum Islam.
Sebab, warung kopi semakin popular. Dan sering terjadi pertemuan informal, maka warung kopi dianggap sebagai “sekolah pengetahuan”.
“Sekolah” yang diyakini sebagai tempat melahirkan hasutan, yang mengancam mereka yang memiliki posisi politik yang tinggi.
Maka, sekitar tahun 1530, saat bulan Ramadhan, kedai kopi digerebek dan ditutup atas perintah Sultan.
Tetapi, budaya minuum kopi tetap bertahan meski kedai kopi ditutup. Meskipun ditentang, kopi malah jadi lebih mudah tersedia bagi masyarakat.
Ketika warung kopi ditutup di Konstantinopel, maka warung-warung kopi mulai bermunculan di seluruh Persia dan sekitarnya. Tempat-tempat itu menjadi sarang perdebatan politik dan sering kali sulit diatur.
Untuk menenangkan situasi, seorang “mullah” akan datang untuk memastikan diskusi berlangsung damai. “Mullah” terkadang bercerita atau memberikan bimbingan moral.
Pelanggan di warung kopi tidak diharuskan untuk menyimaknya. Tapi itu adalah cara untuk menghadirkan kedamaian dan ketenangan dalam pertemuan informal.
Biji kopi mulai ditemukan sekitar tahun 800 sebelum Masehi di Ethiopia, Afrika. Pada saat penggembala bernama Khalid (seorang Abyssinia) mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam, setelah memakan sejenis buah beri.
Ia pun mencoba memasak dan memakan biji-bijian itu. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika.
Setelah biji kopi dari Ethiopia ini menyeberangi Laut Merah dan tiba di Arab, maka metode penyajiannya pun lebih maju. Bangsa Arab tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga merebus untuk diambil sarinya.
Umat Islam, pada abad ke-13, telah mengkonsumsi kopi sebagai minuman penambah energi saat beribadah di malam hari. Para penyebar agama Islam ke Afrika Utara, Mediterania dan India juga membawa kopi. Sehingga membuat kopi semakin populer.
Selanjutnya, kepopuleran kopi di Konstantinopeel dengan Kiva Han-nya, telah membuat seorang pedagang dari Venisia datang ke Turki pada tahun 1615. Ini adalah masa ketika kopi dibawa ke Eropa.
Seterusnya, bangsa-bangsa penjelajah Eropa membawa kopi ke daerah jelajahnya. Dan berkembang seperti sekarang ini.
Tetapi, tidak dapat diragukan bahwa sejak awal, kopi menyatukan orang-orang sebagai teman dan bahkan mungkin sebagai lawan politik dan ilmu lainnya. Warung kopi adalah tempat berkumpulnya perdebatan atau pertemuan persahabatan. Dari zaman kuno hingga sekarang, warung kopi mencerminkan budaya masyarakat dan jamannya dalam sejarah.*