Kembali Jadi Bangsa Agraris
Hak Asasi Manusia
September 25, 2023
Jon Afrizal/Kota Jambi
Suasana “Pasar Rakyat Agraris” di kawasan Tugu Keris Kota Jambi, Minggu (24/9). (photo credits : citizen journalist/amira.co.id)
KAWASAN Tugu Keris Kota Jambi, Minggu (24/9) cukup berbeda. Biasanya car free day didominasi oleh pedagang asongan, Tapi kali ini, digantikan oleh petani yang menjual hasil pertanian mereka.
Para petani menyebutnya “Pasar Rakyat Agraris”. Mereka adalah petani yang berasal dari Kabupaten Muarojambi dan Tanjungjabung Barat.
Mereka membawa serta hasil pertanian mereka. Seperti tomat, jahe, pisang, ubi, labu, serta olahan seperti keripik dan juga tempe.
Tentunya ini bukanlah pasar rakyat biasa, seperti yang biasa ditemui di Pasar Tumpah. Tetapi sebuah pasar yang hasil-hasil pertaniannya berada di areal konflik agraria.
“Petani tetap antusias bertanam padi dan sayuran. Sebab itu adalah komoditas yang dibutuhkan setiap hari,” kata Ponirin, pendamping sekaligus petani dari Tanjungjabung Barat, Minggu (24/4).
“Pasar Rakyat Agraris” ini adalah rangkaian peringatan Hari Tani ke-63, yang berlangsung pada tanggal 26 September 2023.
Sekaligus memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa sebagai bangsa agraris, setiap petani membutuhkan lahan. Sebab petani tanpa lahan hanya akan menjadi buruh tani.
“Kepentingan terhadap investasi seharusnya tidak menyingkirkan petani,” kata Frans Doddy, koordinator Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) wilayah Jambi.
Selain itu, juga mengantisipasi ketergantungan terhadap pangan yang cenderung diimpor dari luar daerah. Dengan menggiatkan pertanian, maka jika suatu ketika impor terputus, masih tersedia komoditas lokal.
“Pasar Rakyat Agraris” ini diikuti oleh 25 orang petani, juga seniman dari Jambi dan Bengkulu.
Beberapa pengunjung yang lewat di depan mereka berhenti sejenak untuk melihat produk pertanian yang mereka jual. Berbincang, lalu membeli.
“Saya mulai mengerti, kenapa petani berjualan di sini. Ini cara yang baik untuk tetap menjadi bangsa agraris,” kata Astrid, seorang pembeli.
Pengertian dan pemahaman terhadap hubungan antara pertanian, konsumsi dan konflik agraria akan membawa setiap orang menghargai sumber agraria : air dan tanah.
Tanpa keduanya, pertanian tidak berhasil.*