Sertifikasi Sawit : Petani Atau Kapital?

Hak Asasi Manusia

September 20, 2023

Saraswati Kumaladewi

SAWIT berkelanjutan, digaungkan banyak stakeholder tidak hanya untuk perusahaan pengolahan Crude Palm Oil (CPO) tetapi juga petani swadaya sawit. Untuk mendapatkan sertifikasi tersebut, banyak hal yang harus dipenuhi.

Sawit berkelanjutan adalah produk sawit yang diproses, didistribusikan hingga tahap dijual dengan bertanggung jawab mengikuti aturan ketat untuk melindungi hewan, lingkungan, orang-orang yang tinggal serta orang-orang bekerja di negara-negara penghasil kelapa sawit sesuai standar RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) maupun ISPO ( Indonesian Sustainable Palm Oil).

RSPO yang berdiri pada tahun 2004 adalah badan sertifikasi nirlaba yang menyatukan para pemangku kepentingan dari semua sektor industri kelapa sawit (termasuk produsen, pengolah dan pedagang minyak sawit, pengecer dan organisasi lingkungan) untuk mengembangkan, memproduksi, dan menggunakan minyak sawit, dengan meminimalisir terjadinya dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat.

Produsen kelapa sawit yang telah tersertifikasi RSPO harus mematuhi delapan prinsip, yaitu komitmen terhadap transparansi, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, berkomitmen untuk kelangsungan ekonomi dan keuangan jangka panjang, penggunaan praktik terbaik yang sesuai oleh petani dan pabrik, tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, pertimbangan yang bertanggung jawab atas karyawan dan individu serta masyarakat yang dipengaruhi oleh petani dan pabrik, bertanggung jawab atas pengembangan dan penanaman baru, dan komitmen untuk terus meningkatkan segala kegiatan di area tersebut.

Pada 2011, Pemerintah Indonesia mengadopsi standar ini dengan menerbitkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Awalnya mekanisme ini hanya bagi perusahaan. Namun peraturan terbaru dari pemerintah mewajibkan semua pekebun untuk memiliki sertifikasi ISPO.

Tujuh prinsip ISPO terdiri dari legalitas usaha perkebunan, penerapan praktik perkebunan yang baik, pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, tanggung jawab terhadap ketenagakerjaan, tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, transparansi, dan peningkatan usaha secara berkelanjutan.

Idealnya, pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan itu dilakukan dengan praktek-praktek ramah lingkungan. Contohnya, tidak melakukan land clearing di hutan alam, tidak menyebabkan deforestasi, tidak merusak lingkungan seperti pengeringan gambut dan seterusnya. 

Mengutip dari laman resmi Kementerian Perekonomian, pada tahun 2021 pemerintah melakukan peremajaan (replanting) sebanyak 180.000 hektare kebun sawit milik petani. Upaya ini dilakukan dengan tujuan dapat meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat dengan umur tanaman tua yang produktivitasnya kurang dari 3 hingga 4 ton per hektare.

Replanting dilakukan dengan penggunaan bibit unggul dan penerapan Good Agriculture Practices (GAP), sehingga terjadi peningkatan produktivitas kebun kelapa sawit yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatannya secara optimal.

Sawit yang telah bersertifikat RSPO akan dihargai lebih mahal dibandingkan yang belum bersertifikat.

Dengan memiliki sertifikasi RSPO, para petani swadaya sawit akan mendapatkan premi dengan kisaran Rp 800 juta hingga Rp 1,2 miliar untuk kepentingan kelompok dan pengembangan kapasitas kelompoknya.

Dana tersebut adalah hasil dari menjual kredit sertifikasi RSPO kepada perusahaan yang merupakan rantai pasok utama di berbagai belahan dunia.

Menurut laman resmi Fortasbi, yang mencatat pembelian sertifikasi petani ke perusahaan, sebuah perusahaan ritel di Indonesia, bahkan mendominasi pembelian kredit petani mandiri, yang menguasai hampir 75 persen dari total nilai transaksi mencapai USD 700.000.

Maka, sawit berkelanjutan yang digaungkan akan mensejahterakan petani swadaya, tidak semata-mata untuk kepentingan petani kecil, tetapi kepentingan kelangsungan perusahaan besar untuk terus melenggang dalam dunia bisnis.*

avatar

Redaksi