Kekacauan Informasi “Ramaikan” Tahun Politik
Hak Asasi Manusia
June 18, 2023
Junus Nuh/Kota Jambi
Hoax (: nationalvanguard.org)
JELANG Pemilu 2024, kini, telah diramaikan dengan kekacauan informasi. Ini terjadi karena tsunami informasi yang berasal banyak platform media sosial. Sehingga, harus dilakukan counter dari media massa yang kredibel, agar demokrasi berjalan sesuai dengan hakikatnya.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jambi, sebagai satu lembaga yang berusaha mengkontrol arus informasi agar menjadi baik, telah berkolaborasi dengan Google News Initiatif (GNI) untuk menggelar pelatihan bagi para jurnalis di Kota Jambi tentang mis dan disinformasi Pemilu, pada 17 hingga 18 Juni 2023.
Pelatihan ini, kata sekretaris AJI Kota Jambi, Gresi Plasmanto, bertujuan agar hoax atau kabar burung atau berita yang tidak jelas yang kemungkinan besar bakal hadir di tahun politik 2024 ini, dapat diminimalisir.
“Pelatihan yang diikuti oleh 26 jurnalis di Kota Jambi ini diharap mampu membatasi informasi yang tidak jelas yang diterima oleh pemilih,” kata Gresi.
Syaiful Arifin selaku trainer mengatakan saat ini telah dirasakan tsunami ketidakjelasan informasi terkait Pemilu. Terutama menyasar Whatsapp group (WAG).
“Potongan-potongan video yang digabungkan seenaknya telah mengisi hari-hari kita dengan ketidakjelasan informasi politik,” katanya.
Dimulai dari isu-isu yang terkesan mengada-ada terkait orang yang bakal mencalonkan diri menjadi presiden, hingga polarisasi dan ujaran kebencian.
“Ini menjadi saat yang penting bagi media massa, yang adalah bagian dari empat pilar demokrasi, untuk mengawal demokrasi di tahun politik ini” katanya.
Nurika Manan, trainer lainnya, mengatakan jurnalis dan newsrooms harus melakukan verifikasi terkait kekacauan informasi ini.
Terlebih dengan penggunaan Artificial Intelegence (AI) yang marak saat ini, media sosial, mulai dari Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram, TikTok dan Twitter akan digunakan oleh mereka yang terindikasi memiliki tujuan tertentu pada Pemilu.
“Banyaknya viewer, tujuan ekonomi, ingin menang dalam kontes politik, adalah alasan-alasan mengapa begitu banyak hoax muncul sejak pemilu yang lalu,” katanya.
Dedi Nurdin, jurnalis IDN mengatakan, memang sulit bagi jurnalis saat ini untuk tidak melongok ke konten media sosial. Selain hiburan, juga untuk mencari informasi.
“Tetapi, adalah lebih sulit lagi jika kita – jurnalis – hanya bersikap mendiamkan kekacauan informasi ini. Bakal banyak orang yang dirugikan.” katanya. *