Ernest Hemingway, Metallica Dan Perang Anti Fasis
Hak Asasi Manusia
June 11, 2024
Jon Afrizal
Kerusakan dan kehancuran yang terjadi di Perang Saudara Spanyol dari tahun 1936 hingga 1939. (credits: cedoc)
“Make his fight on the hill in the early day
Constant chill deep inside
Shouting gun, on they run through the endless grey
On they fight, for the right, yes, but who’s to say?”
FOR Whom the Bell Tolls adalah lagu ketiga di album Ride the Lightning. Album ini adalah album studio kedua dari Metallica, band trash metal Amerika, yang dirilis pada 27 Juli 1984, oleh label rekaman independen Megaforce Records. Dan juga, album yang masih diiisi oleh betotan bass Cliff Burton.
Sedikit cerita tentang Cliff Burton, ia telah mengisi tiga album studio dari Metallica, yang kerap juga dikategorikan sebagai aliran heavy metal oleh pengamat musik. Whatever.
Yakni album-album Kill ‘Em All (1983), Ride the Lightning (1984), dan Master of Puppets (1986). Pada tour album Master of Puppets di Swedia, para anggota band saling bertaruh dalam sebuah permainan untuk mendapatkan tempat tidur terbaik di bus tur mereka. Dan, Cliff Burton memenangkan pertaruhan itu.
Ternyata, tempat tidur terbaik itu adalah ranjang tanpa pengaman, yang telah melemparkan Cliff Burton yang tengah tertidur hingga keluar jendela bus. Ketika itu bus tergelincir dan keluar dari ruas jalan raya E4, 19 km di utara Ljungby, di utara Dorarp, Kronoberg.
Bus terjungkal ke rumput, dan Cliff Burton yang sewaktu itu berusia 24 tahun, tewas seketika dalam kecelakaan itu.
Pada album selanjutnya, … And Justice for All (1988), Metallica memberikan simponi sepanjang 9 menit 49 detik dengan judul To Live Is to Die. Itu adalah lagu yang didedikasikan untuk Cliff Burton, dengan segala rasa kesedihan dan kepedihan mendalam karena ditinggalkan seorang rekan. Lagu kedelapan ini diisi oleh Jason Newsted, bassis baru yang menggantikan posisi Cliff Burton.
Mari, kembali ke For Whom the Bell Tolls. Lirik lagu ini terinspirasi dari novel dengan judul yang sama, karya Ernest Hemingway (1940). Lirik lagu, yang adalah tugas James Hetfield, vokalis dan ritem gitar Metallica, diambil dari bab ke-27 dari novel itu.
Mengisahkan tentang lima orang tentara yang tewas dalam serangan udara setelah mengambil posisi bertahan di atas bukit. Ini adalah kisah yang diangkat dari perang saudara, yakni Guerra Civil Espanola (Perang Saudara Spanyol) pada tahun 1936 hingga 1939. Yakni perang antara Partai Republik dan Partai Nasionalis.
“For a hill, men would kill, why? They do not know
Stiffened wounds test their pride
Men of five, still alive through the raging glow
Gone insane from the pain that they surely know”
Demikian James Hetfield bernyanyi.
Ernest Hemingway, adalah seorang mantan jurnalis, yang kemudian mendedikasikan diri sebagai novelis.
For Whom the Bell Tolls ditulis pada tahun 1939, dari tiga lokasi berbeda. Yakni Havana, Kuba; Key West, Florida; dan Sun Valley, Idaho. Novel ini selesai pada bulan Juli 1940 di InterContinental New York Barclay Hotel di New York City dan diterbitkan pada bulan Oktober.
Cerita dalam novel ini didasarkan pada pengalaman Ernest Hemingway selama liputan Perang Saudara Spanyol sebagai reporter North American Newspaper Alliance.
Novel For Whom the Bell Tolls bukanlah sebuah karya, jika tidak melalui banyak proses yang sulit.
Pada tahun 1940, For Whom the Bell Tolls dinyatakan tidak dapat dikirim melalui pos oleh Kantor Pos AS. Pada tahun 1941, komite Pulitzer Prize dengan suara bulat telah merekomendasikan For Whom the Bell Tolls untuk mendapatkan anugerah Pulitzer Prize, dan ternyata, tidak ada Pulitzer Prize untuk kategori novel pada tahun itu, karena rektor Universitas Columbia dan ex officio ketua dewan Pulitzer pada saat itu menganggap novel ini menyinggung dan membujuk dewan Pulitzer untuk membatalkan tekadnya.
Belum cukup, rupanya. Lalu, pada tahun 1973, novel ini dilarang di Turki karena memuat “propaganda yang merugikan negara”. Pada tanggal 21 Februari tahun itu, sebelas penerbit buku Turki dan delapan penjual buku “diadili di hadapan pengadilan darurat militer Istanbul atas tuduhan karena menerbitkan, memiliki, dan menjual buku-buku yang melanggar perintah komando darurat militer Istanbul”. Mereka menghadapi kemungkinan hukuman antara satu bulan dan enam bulan penjara dan penyitaan buku-buku mereka.
Pada tahun 1944, buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Spanyol oleh penerbit Argentina, Editorial Claridad. Dan dengan banyak edisi berikutnya yang diproduksi di Argentina atau di Meksiko.
Di Spanyol, buku ini dianggap sangat mencurigakan oleh kantor sensor pemerintahan Jenderal Francisco Franco. Pada tahun 1942 hingga 1943, korps diplomatik Spanyol berusaha keras untuk mempengaruhi pengeditan akhir pada film Hollywood yang berdasarkan novel itu. Tetapi, film itu tidak diizinkan untuk ditayangkan di bioskop-bioskop Spanyol.
Sejak tahun 1953, ketika The Old Man and the Sea diterbitkan di Madrid, sebagian besar cerita dan novel Hemingway diterbitkan di Spanyol. Namun, tidak demikian halnya dengan For Whom the Bell Tolls .
Meskipun novel ini kadang-kadang dibahas di media. Tapi larangan penerbitan buku ini baru resmi dicabut pada akhir tahun 1968. Pada akhir tahun 1968, Por quien doblan las campanas atau For Whom the Bell Tolls edisi bahasa Spanyol telah diterbitkan oleh Editorial Planeta.
Robert Jordan, adalah tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah instruktur bahasa Spanyol di universitas Amerika dan di perang ini, ia adalah spesialis di bidang bahan peledak dan pemusnahan.
Sekitar satu bulan menjelang Pemilihan Umum presiden Amerika Serikat 2008 diselenggarakan pada tanggal 4 November 2008, NPR pada 14 Oktober 2008 menurunkan tulisan tentang Robert Jordan. Sewaktu itu, terdapat dua calon kuat; yakni Barack Obama dari Partai Demokrat, dan John McCain dari Partai Republik.
“Baik John McCain dan Barack Obama adalah orang-orang tangguh, dan etika mereka melekat pada Robert Jordan,” kata novelis perang, Robert Stone, mengutip NPR.
Hemingway, katanya, menciptakan gagasan tentang pahlawan anti-fasis. Sehingga semua orang tidak akan dapat memiliki Casablanca dan Bogart dan semua karakter itu tanpa karakter Hemingway ini. Sebab, mereka juga berasal dari Robert Jordan.
Robert Jordan, lanjut NPR, sangat gagah, terhormat, dan idealis, bahkan saat menghadapi kekalahan. Ia dituduh meledakkan jembatan.
Itu perintah yang buruk, dan ia tahu itu. Namun ia menjalankan misinya, dan melindungi sekelompok kecil pejuang yang telah membantunya di pegunungan yang tertutup salju. Ia mengorbankan dirinya sendiri, demi tujuan mereka.
Meskipun, pada akhirnya, Barack Obama menang pada pertarung politik itu. Ia dilantik pada tanggal 20 Januari 2009, sebagai presiden Amerika Serikat ke-44.
Ernest Hemingway; melalui penokohan Robert Jordan, adalah sebagai seorang sukarelawan muda Amerika yang bergabung dengan unit gerilya Partai Republik selama Perang Saudara Spanyol. Sebagai dinamiter, ia ditugaskan untuk meledakkan jembatan pada saat terjadi penyerangan di kota Segovia.
Novel ini diterbitkan tepat setelah berakhirnya Perang Saudara Spanyol. Banyak pembaca novel ini yang mengasumsikan, berdasarkan novel itu, bahwa perang terjadi antara pemerintah Republik Spanyol Kedua, dimana banyak orang asing datang ke Spanyol untuk membantu dan didukung oleh komunis Uni Soviet, melawan faksi Nasionalis yang didukung oleh Nazi Jerman dan fasis Itali.
Pada tahun 1940, tahun di saat buku ini terbit, Amerika Serikat belum memasuki Perang Dunia ke-2. Perang Dunia ke-2 dimulai pada tanggal 1 September 1939, dengan invasi Nazi Jerman ke Polandia.
Novel ini kerap dianggap sebagai salah satu karya terbaik Hemingway. Tentunya, bersama dengan karya-karya lainnya; The Sun Also Rises, A Farewell to Arms, dan The Old Man and the Sea.
Pada Perang Saudara Spanyol, Partai Republik setia kepada pemerintahan Front Populer Republik Spanyol Kedua yang berhaluan kiri. Yang terdiri dari berbagai partai sosialis, komunis, separatis, anarkis, dan republik. Beberapa diantaranya menentang pemerintah pada periode sebelum perang.
Sementara Partai Nasionalis yang menentang, terdiri dari aliansi kaum Falangis, monarki, konservatif, dan tradisionalis yang dipimpin oleh junta militer dimana Jenderal Francisco Franco dikenal sebagai pemimpinnya. Kelompok ini dengan cepat mencapai peran politik yang lebih besar.
Iklim politik internasional pada saat itu, dimana perang mempunyai banyak segi dan dipandang sebagai perjuangan kelas, perjuangan agama, perjuangan antara kediktatoran dan demokrasi republik, antara revolusi dan kontra-revolusi, dan antara fasisme dan komunisme.
Claude Bowers, duta besar AS untuk Spanyol selama perang, menyatakan bahwa Perang Saudara Spanyol adalah “gladi bersih” untuk Perang Dunia ke-2.
Ernest Hemingway telah mencatatnya. Dalam bentuk karya sastra novel.
Pada akhir bagian novel For Whom the Bell Tolls, disebutkan, bahwa,
“Robert Jordan berbaring di belakang pohon, membawa diri dengan sangat hati-hati agar tangannya tetap stabil. Ia menunggu hingga lawan mencapai tempat yang diterangi matahari di mana pepohonan pertama di hutan pinus menyatu dengan lereng hijau padang rumput. Ia merasakan jantungnya berdebar lebih kencang dari jarum-jarum pinus yang mengarah jatuh ke tanah.”
Pada akhirnya, kaum Nasionalis memenangkan perang, yang berakhir pada awal tahun 1939, dan memerintah Spanyol hingga kematian Jenderal Francisco Franco pada bulan November 1975.
Kenyataannya, hari ini, sejarah tentang betapa kejamnya dalam Perang Saudara Spanyol telah tercatat dengan rapi. Dalam hal ini, dalam bentuk seni sastra, dan kemudian seni musik modern. Meskipun, dengan jujur tetap menampilkan kejamnya kondisi perang. Sebagai bahan pembelajaran bahwa perang itu menyakitkan.
Sama seperti novel Keluarga Gerilya tulisan Pramoedya Ananta Toer, yang juga telah mencatat dengan jujur tentang masa revolusi fisik sekitar tahun 1947, di Jakarta. Dan, tidak dapat dipungkiri, karena faktanya demikian, Pramoedya Ananta Toer sewaktu itu sedang bertugas sebagai jurnalis.*