Di Sini Tidak Menjual Coca-Cola

Ekonomi & Bisnis

January 11, 2025

Jon Afrizal

Kaleng Coca-Cola di Ungaran, Jalan Lintas Semarang – Salatiga. (credits: Jon Afrizal/amira.co.id)

COCA-cola telah menjadi budaya global. Minuman kemasan berperisa cola, dengan kecenderungan kadar glukosa yang tinggi.

Sejak Dr. John Pemberton membawa sirup sempurnanya ke Jacob’s Pharmacy di pusat kota Atlanta, di mana segelas pertama Coca-Cola dituangkan, pada tanggal 8 Mei 1886, sejak saat itu pula minuman kemasan ini ada di mana saja, di seantero dunia.

Mengutip, coca-colacompany, lebih dari 2,2 miliar porsi minuman keluaran Coca-Cola dinikmati di lebih dari 200 negara dan wilayah setiap hari.

Seluruhnya? Ini, ehm, mungkin adalah trik promisi, dan belum tentu benar sepenuhnya.

Coca-Cola, mengutip thoughtco, membawa produknya ke Myanmar pada tahun 2013. Saat itu hubungan antara Myanmar dan masyarakat internasional mulai membaik.

Saat ini, pernyataan yang populer didengar adalah bahwa Kuba dan Korea Utara adalah dua negara tempat Coca-Cola tidak dijual secara resmi.

Seperti klaim situs Coca-Cola tadi, ternyata, Coca-Cola hanya dijual di ada 196 negara di seluruh Planet Bumi.

Penelitian lebih lanjut terhadap daftar penjualan Coca-Cola mengungkapkan, bahwa banyak negara yang tidak tercantum dalam daftar. Seperti; Timor Timur, Kosovo, Kota Vatikan, San Marino, Somalia, Sudan, dan Sudan Selatan.

Sehingga, bukan hanya Kuba dan Korea Utara saja.

Mantan penguasa Kuba Fidel Castro dalam foto dari majalah “Life”  terbitan Januari 1972,  Coke for Castro.  (credits: Getty Images)

Selain itu, jika melihat daftar situs web Coca-Cola, jelas bahwa lebih dari selusin “negara” yang tercantum bukanlah negara sama sekali. Seperti Guyana Prancis, Kaledonia Baru, Puerto Riko, Kepulauan Virgin AS, dan lainnya.

Jadi, meskipun Coca-Cola didistribusikan secara luas, masih ada beberapa negara yang tidak menjual minuman itu.

Meskipun, besar kemungkinan, Coca-Cola tetap menjadi produk Amerika yang paling banyak didistribusikan di dunia. Bahkan melampaui restoran McDonald’s dan Subway.

Awal Coca-Cola dipasarkan sebagai minuman, adalah dengan maksud sebagai obat paten. Coca-Cola ditemukan pada akhir abad kesembilan belas oleh John Stith Pemberton di Atlanta, Georgia.

Pemberton, mengutip The Look Out, menemukan formula untuk Coca-Cola dalam upayanya mengatasi kecanduan morfin yang dideritanya setelah Civil War. Jadi mungkin tidak mengherankan bahwa, selain alkohol, minuman itu awalnya mengandung daun Coca.

Setelah Atlanta mengeluarkan peraturan larangan lokal pada tahun 1890-an, perusahaan milik Pemberton menghilangkan alkohol dari formula, dan telah menggunakan daun coca yang bebas kokain sejak tahun 1904.

Ketika minuman ini pertama kali hadir di apotek-apotek di daerah Atlanta yang dimiliki oleh teman-teman Pemberton, para pemasar menyebutnya “suntikan semangat”. Sedangkan Pemberton sendiri memujinya sebagai obat untuk menyembuhkan rasa sakit, impotensi, dan sakit kepala.

Pada tahun 1888, Pemberton menjual hak kepemilikan kepada Asa Griggs Candler, seorang pengusaha, yang taktik pemasarannya membawa Coca-Cola ke dominasi pasar minuman ringan global sepanjang abad ke-20 dan ke-21.

Nama Coca-Cola mengacu pada dua bahan aslinya: daun koka dan kacang kola.

Jacob’s Pharmacy pada tahun 1960. (credits: coca-colacompany)

Tetapi, mengutip BBC, “Coca” dalam nama Coca- Cola mengacu pada ekstrak daun koka yang berasal dari minuman itu, yang bercampur dengan sirup manis.

Pada saat itu, di akhir abad kesembilan belas, ekstrak daun koka yang dicampur dengan anggur adalah tonik umum. Dan, minuman manis buatan Pemberton adalah cara untuk menyiasati undang-undang setempat yang melarang penjualan alkohol.

Sedangkan “Cola” pada nama Coca-Cola itu mewakili bahan lain. Yang mungkin saja kurang terkenal, tetapi juga sangat kuat: kacang polong kola.  

Kacang polong kola berasal dari Afrika Barat. Di sana, penduduk mengunyahnya sebagai stimulan.

Ini karena kacang mengandung kafein dan theobromine, dua zat yang juga terjadi secara alami pada teh, kopi, dan cokelat. Juga, kedua zat ini memiliki gula dan kolanin, yang kerap dinyatakan sebagai stimulan jantung.

Dr. John Styth Pemberton, mengutip usgwarchives, adalah apoteker. Ia lahir di Knoxville, Ga., di Crawford County pada tahun 1833.

Pemberton belajar farmasi dan kedokteran di “sekolah kedokteran eklektik” di Macon. Sebagai seorang apoteker, ia diizinkan menggunakan gelar “Dokter”.

Pemberton kembali ke Columbus pada tahun 1853, menikahi Ann Eliza Clifford Lewis dari Columbus dan memulai karier yang berpuncak pada penemuan minuman ringan paling terkenal di dunia.

Pemberton dan keluarganya pindah ke Atlanta pada tahun 1869. Karena kesehatannya yang buruk dan masalah keuangan, ia terpaksa menjual dua pertiga formula yang kemudian diberi nama “Coca-Cola.”

Dari penjualan formula itu, ia menerima USD 1.200. Dalam beberapa bulan, sisa formula itu terjual seharga USD 550, atau total penjualan sebesar USD 1.750 untuk formula yang bernilai jutaan.

Pemberton meninggal pada tanggal 16 Agustus 1888. Ia dimakamkan di Pemakaman Linwood di Columbus.

Tetapi, persoalan lain masih ada. Coca-Cola, mengutip brandrepublic, konsumen merek  minuman ringan Coca-Cola khawatir tentang obesitas dan efek minuman bersoda tinggi terhadap kesehatan mereka. Sejak saat itu pula, kampanye kehumasan perusahaan lebih ditujukan pada Diet Coke, meskipun Diet Coke telah launching sejak 1985.

Kritik terhadap Coca-Cola muncul dari berbagai kelompok di seluruh dunia, yang menyangkut berbagai isu. Termasuk dampak kesehatan, isu lingkungan, dan praktik bisnis.

Rasa koka pada minuman tersebut, dan julukan “Coke”, tetap menjadi tema kritik yang umum karena hubungannya dengan obat terlarang kokain. Pada tahun 1911, misalya, pemerintah AS menyita 40 barel dan 20 tong sirup Coca-Cola di Chattanooga, Tennessee, dengan tuduhan kafein dalam minumannya “berbahaya bagi kesehatan”, yang menyebabkan amandemen undang-undang keamanan pangan.

Selain itu, Coca-Cola, bersama dengan Pepsico dan konglomerat Amerika lainnya, telah menghadapi kritik dan boikot yang terus-menerus oleh gerakan pro-Palestina. Terutama setelah Perang Israel-Gaza pada tahun 2023 hingga 2024.

Alasan dari boikot yang mereka lakukan, para kritikus menunjuk pada hubungan perusahaan Coca-Cola dengan Israel. Termasuk sumbangannya kepada organisasi Zionis sayap kanan Im Tirtzu.

Pada bulan Juni 2024, distributor Coca-Cola di Bangladesh memasang iklan di Bangladesh, di mana mereka juga menghadapi boikot besar-besaran, yang berupaya menjauhkan perusahaan dari Israel.

Sejak tahun 1966, mengutip inminds, Coca-Cola telah menjadi “pendukung setia” Israel.

Ini terungkap, pada tahun 1997. Kala itu, Misi Ekonomi Pemerintah Israel memberikan penghargaan kepada Coca-Cola di Acara Makan Malam Penghargaan Perdagangan Israel atas dukungan berkelanjutannya terhadap Israel selama 30 tahun terakhir dan atas penolakannya untuk mematuhi boikot Liga Arab terhadap Israel.

Dan, sejak “This American Life” membocorkan formula Coca-Cola pada 2011, tentu butuh “kemasan menarik” dalam setiap kampanye dan iklan produk.

Apapun itu, business as usual.*

avatar

Redaksi