Bata, “Kapitalisme Bertanggungjawab” Yang Harus Tutup
Lifestyle
May 11, 2024
Junus Nuh
Toko sepatu merek Bata. (credits : thebatacompany)
MEREKA yang bersekolah pada tahun 70-an dan 80-an akrab dengan sepatu merek Bata. Dengan bentuk yang konvensional dan kuat menghadapi alam kanak-kanak yang penuh dengan petualangan.
Namun, PT Sepatu Bata Tbk (Bata) mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat. Terus merugi, menjadi penyebab produsen sepatu ini menutup operasional pabrik.
“Di tengah kerugian, kami telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir ini. Tetapi upaya itu belum optimal dan berujung pada penutupan pabrik,” Direktur Sepatu Bata, Hatta Tutuko, Minggu (5/5), mengutip rri.
Semua ini, katanya, adalah tantangan industri akibat pandemi, dan perubahan perilaku konsumen. Namun perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta. Karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun.
Menurutnya, keputusan ini adalah hal terbaik yang dapat diambil saat ini. Mengacu pada hasil evaluasi menyeluruh dan kesepakatan pihak-pihak terkait.
“Tujuannya adalah untuk mengefektifkan operasional perseroan,” katanya.
Tren penurunan laba Bata telah sudah berjalan selama empat tahun. Pada 2020, atau masa dimulainya karantina Covid-19, Bata mencatatkan kerugian sebesar IDR 177,76 miliar.
Menurut laporan keuangan per 31 Desember 2023, Bata mencatat rugi tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar IDR 190,29 miliar. Nilai ini membengkak 79,65 persen dari IDR 105,92 miliar di tahun 2022.
Sementara penjualan neto Bata tercatat IDR 609,61 miliar pada 2023. Ataua turun 5,26 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yakni IDR 643,45 miliar.
“Fluktuasi semacam ini adalah bagian dari dinamika pasar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti kompetisi, efisiensi, dan adaptasi terhadap barang-barang baru,” kata Presiden Joko Widodo.
Meskipun diketahui terdapat beberapa pabrik yang tutup, Presiden menekankan bahwa secara makro, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat baik. Hal ini menunjukkan daya tahan dan potensi pasar domestik serta kepercayaan investor.
“Konsumsi dan investasi yang sangat baik,” katanya.
Ia juga optimis terhadap kondisi ekonomi nasional yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,11 persen pada triwulan I tahun 2024.
Mengutip thebatacompany, ekpansi global local (glocal) dari Bata telah dimulai sejak tahun 1897, dari kota Zlin, Cekoslowakia.
Pada tahun 1938, pabrik Bata memproduksi 168.000 pasang sepatu setiap hari. Bata memiliki 65.000 pekerja penuh waktu, naik dari 8.300 pekerja pada 10 tahun sebelumnya.
Setelah 120 tahun, perusahaan ini memiliki lebih dari 5000 toko pengecer di dunia. Dengan Operasi e-commerce khusus dan 24 pabrik milik perusahaan, Thomas Bata menerima Penghargaan Prestasi Seumur Hidup untuk Kapitalisme yang Bertanggung Jawab pada tahun 2007.*