Perang Petani Di Jerman Yang Menciptakan Revolusi Industri

Budaya & Seni

November 15, 2023

Zachary Jonah

Perang Petani di  Frankenhausen tanggal 25 Mei 1525. (: militaryhistorynow)

PERANG Petani di Jerman berlangsung selama dua tahun lamanya, yakni tahun 1525 hingga 1527. Perang ini berpengaruh besar dalam sejarah, terutama untuk kemanusiaan.

Perang ini telah menjadi inspirasi terciptanya Revolusi Perancis atau yang dikenal dengan sebutan Revolusi Industri pada dua abad kemudian. Revolusi yang berpengaruh besar bagi peradaban industrial modern. Dengan duabelas pasal (The Twelve Articles) tuntutan para petani dan buruh tani di Jerman, yang digambarkan sebagai model Undang-Undang Hak Asasi Manusia Amerika.

Senyatanya, mengutip militaryhistorynow, sebanyak 100.000 petani di Jerman tewas dalam peperangan ini. Duo Engels – Marx menyatakan bahwa perang petani di Jerman ini adalah contoh konkret bahwa perjuangan kelas adalah bagian dari proses sejarah yang tak terelakkan.

Perang Petani bermula dari persoalan cangkang siput. Dimana Countess of Lupfen, pada musim panas tahun 1524, memerintahkan 1.200 buruh tani yang tinggal di perkebunannya untuk berhenti merawat tanaman mereka, dan mengumpulkan cangkang siput untuk digunakan sebagai gulungan benang.

Setelah mengalami beberapa kali gagal panen pada tahun-tahun sebelumnya, para petani pun menghadapi kelaparan jika mereka meninggalkan ladang mereka. Akhirnya mereka memberontak terhadap Lupfen.

Gelombang pemberontakan cepat menyebar, dan diikuti oleh perkebunan-perkebunan lainnya. Pemberontakan secara terbuka ini terjadi di Jerman bagian selatan dan tengah.

Banyak yang meragukan cerita tentang cangkang siput itu sebagai penyulut Perang Petani di Jerman. Tetapi adalah benar jika para petani memiliki banyak keluhan.

Yang terjadi adalah hilangnya hak-hak kuno para petani, seperti berburu, menangkap ikan, atau menebang kayu di tanah bersama. Buruh tani harus bekerja untuk tuan tanah mereka yang semakin berkuasa. Jika tidak, para buruh akan kelaparan.

Bahkan, kekuasan absolut tuan tanah ini  adalah mengharuskan buruh-buruh untuk membawa dan membuang kotoran para tuan tanah. Pada awal pemberontakan, petani dan buruh tani menuntut penghapusan keharusan yang menjijikan itu.

Cara yang unik dilakukan para petani dan buruh tani sebagai pernyataan mogok dan pembangkangan terhadap tuan tanah. Petani mengikat sepatu-sepatunya pada tiang.

Sepatu yang tidak yang tidak bertali itu adalah simbol sebelum tahun 1524. Sepatu itu melambangkan gerakan kaum tani menuju New Eden yang bebas dari penguasa yang kejam dan pendeta yang korup.

Sesungguhnya pemberontakan para petani ini terinspirasi oleh kritik Martin Luther terhadap Gereja Katolik. Tetapi pendiri Protestantisme tidak ingin terlibat dalam pemberontakan tersebut.

Belakangan, setelah perebutan Kastil Weinsberg yang menyebabkan pembunuhan yang tidak disengaja, Luther pun menulis pamfletnya “Melawan Gerombolan Petani yang Membunuh dan Mencuri”.

Perang Petani telah memanfaatkan kertas, tulisan dan percetakan. Sehingga kedua belah pihak yang berseteru melancarkan propaganda masing-masing melalui pamflet.

Pamflet Luther adalah tanggapan atas Duabelas Pasal Persatuan Kristen. Sebab selain mencantumkan tuntutannya, para petani juga mencoba membenarkan pemberontakan itu dengan dalil-dalil Alkitab.

The Twelve Articles dicetak ulang sebanyak 25.000 kali dalam dua bulan. Ini menunjukkan bahwa para petani yang memberontak memiliki standar melek huruf yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Satu dari pucuk pimpinan par apetani adalah Goetz von Berlichingen. Goetz mendapat julukan “Tangan Besi”. Goetz yang adalah seorang bangsawan ini kehilangan lengan kanannya selama peperangan.

Ia, lalu mengganti lengan tangannya dengan logam besi. Jari-jari tangannya dilengkapi dengan serangkaian tuas, dengan tujuan agar dapat memegang pedang.

Era Perang Petani adalah kekejaman yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bertikai; tuan tanah dan pendukungnya versus petani dan buruh tani.

Setelah pertumpahan darah setelah perebutan Kastil Weinsberg, pemimpin petani  “Little Jack” Rohrbach mengeksekusi bangsawan musuh-musuhnya dengan cara memaksa mereka untuk menjalankan tantangannya.

Hukumannya, adalah, kalangan bangsawan dipaksa berlari diantara dua barisan, dan barisan pasukan petani memukuli mereka, hingga tewas.

Pembalasan pun terjadi. Ketika Little Jack akhirnya ditangkap, ia juga dieksekusi dengan sangat kejam.

Ia dijatuhi hukuman dibakar hidup-hidup. Little Jack diikat ke tiang dengan rantai pendek dan kayu bakar disusun dalam sebuah cincin agar ia bisa bergerak, tapi tidak dapat melarikan diri. Dan api membakar tubuhnya, perlahan, hingga ia mati.

Selanjutnya, “Liga Abadi Tuhan” didirikan oleh Thomas Muntzer, diakhir tahun 1524. Ia adalah seorang pengkhotbah Protestan.

Pasukan ini diketahui menggunakan bendera bendera putih bergambar pelangi, dan dengan slogan “Firman Tuhan akan bertahan selamanya.”

Muntzer dan anak buahnya dibantai oleh pasukan tentara bayaran tuan tanah yang berperalatan lengkap yang disewa oleh para bangsawan untuk menumpas pemberontakan, di Frankenhausen, pada tanggal 11 Mei 1525,. Muntzer ditangkap, ia disiksa dan akhirnya dipancung.

Sementara, kekuatan Munzer adalah pada seorang kaya bernama Florian Geyer. Bangsawan Protestan ini mengkomandoi “Kompi Hitam”, pasukan kavaleri, yang kekuatannya tentu saja melebihi persenjataan para petani lainnya, yang cenderung sederhana.

Sejatinya, Goetz von Berlichingen, Florian Geyer dan Thomas Muntzer kalah telak di medan perang, tetapi para pemimpin pemberontak ini telah menjadi pahlawan rakyat yang populer di Jerman, hingga hari ini.

Kisah-kisah tentang Goetz dan Geyer telah dituliskan dalam bentuk drama pementasan dan lagu. Sebab, sejarah, tidak selalu harus ditulis oleh pemenang. Melainkan, juga oleh mereka yang selalu berpihak kepada orang-orang yang tertindas.*

avatar

Redaksi