Peran Penting Plot Dalam Penulisan Berita
Inovasi
September 10, 2023
Jon Afrizal
SETIAP berita yang baik, mengandung kerunutan. Kerunutan dari sebuah sisi kejadian yang dijelaskan di dalam berita.
News, adalah kata dalam bahasa Inggris untuk hal-hal yang baru. Tetapi, secara redaksional lebih sering digunakan kata Story (: cerita). Sehingga setiap usulan liputan kerap disebut Pitching Story.
Intinya, adalah bagaimana cara kita menjelaskan mengapa, apa dan bagaimana kita menuliskan suatu berita.
Sehingga, harus ada alur yang jelas dalam setiap penulisan. Alur cerita, atau kerangka cerita, biasa disebut “plot” dalam dunia sastra. Alur yang baik, memiliki kerunutan, membuat sebuah cerita menjadi apik.
Terdapat beberapa jenis alur cerita : maju, mundur atau maju dan mundur. Meskipun, senyatanya, banyak yang masih terbiasa dengan alur cerita yang maju, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan variasi dan kombinasi terhadap alur cerita.
Alur cerita maju, menjelaskan tahap per tahap dari kejadian yang dilaporkan. Seperti susunan numerik yang berurutan, dimulai dari angka 1, selanjutnya 2, lalu 3 dan seterusnya.
Jika menggunakan contoh, maka sebuah cerita dibuka dengan sebab dari sebuah kejadian. Secara berurutan, kemudian, akan menjelaskan akibatnya.
Sementara itu, penulis yang lain, akan memberikan susunan yang berbeda. Dimulai dengan kondisi hari ini, lalu menuju ke kondisi sebelumnya.
Beberapa penulis akan menjelaskan runtutan kejadian per tahap, dengan memberikan kilas balik dalam beberapa titik. Trik yang rumit, tetapi cukup membuat pembaca atau pemirsa “dipaksa dengan suka rela” untuk mengikuti poin per poin dari berita, hingga sampai di akhir berita.
Semua jenis alur itu, sangat bergantung kepada kebutuhan dari setiap media. Secara redaksional, setiap media memiliki ciri tersendiri dalam menurunkan laporan utamanya. Ciri itu, juga menjelaskan siapa pembaca, pendengar atau penontonnya. Sehingga laporan utama tidak menjadi sia-sia saja.
Dunia perfilman mengenal Script sebagai panduan bagi seluruh kru untuk berkegiatan. Meskipun, dalam faktanya, jurnalis adalah solitaire, tapi panduan Plot atau Script tetap diperlukan.
Dalam melakukan penulisan story, plot atau script harus telah ”ada di kepala”. Plot itu yang menjadi panduan apa yang pertama akan ditulis untuk membuka kisah. Dan dilanjutkan dengan poin-poin lainnya. Serta berakhir dengan penutup cerita.
Seperti di dunia perfilman, struktur dramatic haruslah hadir dalam sebuah cerita. Seperti sebuah puzzle yang dirangkai dengan sangat hati-hati. Satu per satu, bilah-bilah puzzle disusun oleh jurnalis dalam ceritanya.
Lalu, di akhir cerita, akan menjadi sebuah bagan yang utuh pemahamannya. Meskipun terkadang, selalu ada “tanda tanya” dari pembaca di akhir cerita, untuk sebuah berita itu sudah cukup konstruktif. Pembaca akan mencari bacaan yang lain, demi memuaskan keingintahuannya.
Sama seperti membaca buku, maka akan dilanjutkan dengan membaca buku yang lain. Tidak ada berita yang berdiri sendiri.
Struktur dramatik akan memberikan kejutan-kejutan di beberapa bagian. Terkadang itu terkait data, kutipan pembicaraan, dan sesuatu yang baru, yang didapat jurnalis.
Sebab, adalah kewajiban bagi jurnalis untuk memperbaharui cerita yang telah ada di publik. Demi memenuhi rasa ingin tahu publik terhadap s(u)atu persoalan.*