Rekayasa Cuaca Untuk Antisipasi Karhutla
Inovasi
July 2, 2023
Jon Afrizal, Zulfa Amira Zaed/Kota Jambi
(: australiasevereweather.com)
BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi dampak El Nino tahun 2023 ini, di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (8/5). TMC dilakukan untuk pembasahan lahan gambut di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, agar tidak mudah terbakar pada musim kemarau ini.
“TMC dilakukan untuk menambah simpanan air di kubah gambut yang berada di wilayah Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan,” Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo dikutip dari brin.go.id.
Budi mengatakan, pihaknya telah melakukan lima kali sorti penerbangan penyemaian awan dengan menghabiskan 3 ton bahan semai NaCl (Natrium Klorida). Penyemaian ini dilakukan dengan menggunakan Cassa 212-200 TNI-AU.
Menurutnya, setelah dari Provinsi Jambi, pelaksanaan TMC akan dilanjutkan untuk wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dengan dukungan anggaran dari KLHK yang menggandeng Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia (BRGM) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Gubernur Jambi, Al Haris mengatakan bahwa Operasi TMC perlu diprogramkan setiap tahun di Provinsi Jambi. Ini mengingat Provinsi Jambi juga termasuk wilayah provinsi rawan karhutla.
“TMC diharap dapat menekan potensi karhutla, dan kejadian karhutla seperti yang terjadi pada 2015 dan 2019 dapat diminimalisir,” kat Al Haris.
Modifikasi cuaca adalah kegiatan manusia untuk mempengaruhi pola cuaca agar sesuai kebutuhan manusia. Elemen pokok adalah awan-awan yang potensial yang memang dapat menurunkan hujan, dan partikel garam ditaburkan ke awan.
“Meningkatkan pemahaman kita tentang awan dan proses presipitasi adalah prioritas nomor satu. Dan semakin baik kita memahaminya, semakin baik kita berpotensi mempengaruhi proses awan dengan penyemaian awan,” kata Dr. Roelof Bruintjes dari Pusat Penelitian Atmosfer Nasional (NCAR) AS dan ketua Ahli Tim Modifikasi Cuaca dari World Meteoroligal Organization (WMO) dikutip dari public.wmo.int.
Ia mengatakan awan di daerah tropis tentu berbeda dengan awan di garis lintang tengah. Sebab suhu mempengaruhi cara proses awan saat beroperasi.
“Selain itu, awan di wilayah yang berbeda dengan tingkat polusi yang berbeda juga dapat menghasilkan presipitasi yang berbeda – dan bahkan di satu wilayah tergantung pada polusi pada hari tertentu,” katanya.
Ia mengatakan metode penyemaian awan utama menyediakan pusat untuk pembentukan tetesan dan kristal es. Jika partikel-partikel ini sudah ada dalam ukuran dan konsentrasi optimal di beberapa wilayah di dunia, penyemaian awan tidak akan berdampak.
Menurut lapan.go.id, proses di atmosfer sangat acak dan menganut hukum chaos. Gangguan kecil di atmosfer pada suatu lokasi dapat menyebabkan perubahan fatal kondisi atmosfer di lokasi lain karena atmosfer saling terhubung melalui sirkulasi yang bersifat regional bahkan global.
Percepatan hujan dari awan konvektif justru dapat membangkitkan cold pool yang gerakannya acak ke segala arah dan dapat memicu aktivitas konvektif yang bersifat lebih meso atau meluas;
Modifikasi cuaca yang dilakukan pada saat angin mengalami penguatan atau konvergensi dapat memicu pembentukan rainband (pita hujan) yang terjadi lebih cepat atau bahkan dapat memicu pembentukan squall line (garis badai) yang efeknya dapat menjangkau wilayah yang jauh hingga ratusan kilometer dari lokasi modifikasi cuaca.
Teknologi yang diterapkan pada modifikasi cuaca model hujan buatan, yakni dengan cara menyebarkan muatan zat sulfur yang ditaburkan dari pesawat terbang atau pun muatan zat sulfur dalam roket yang diluncurkan untuk diledakan di angkasa.
Kate Ricke, ilmuwan berkeahlian bidang Fisika Klimatologi dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh – Pennsylvania, mengatakan di jurnal “Nature Geosience” bahwa semakin lama manusia melaksanakan upaya rekayasa modifikasi cuaca global ini, maka akan terjadi dampak buruk yang tak sesuai keinginan : imperfect, yang tak dapat diperkirakan kebaikannya di masa depan.*