Kecanduan Media Sosial?

Lifestyle

October 23, 2025

Jon Afrizal

Ilustrasi virus. (credits: Pexels)

MEDIA sosial telah menjadi jaringan online yang luas dan informal. Sebagai tempat publik dan pribadi, berlangganan berbayar dan gratis, besar dan kecil.

Media sosial memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. Dimana media sosial mendorong hubungan manusia yang nyata.

Namun, penggunaan media sosial juga berisi celah yang disebut “perangkap”.

Mengutip penelitian dari American Public University, penggunaan platform media sosial yang berlebihan akan berkontribusi terhadap kesehatan mental yang buruk, terutama pada kaum muda. Ini yang seharusnya jadi perhatian.

Menurut Addiction Center, kecanduan media sosial memang belum merupakan kondisi yang didiagnosis secara resmi sebagai sesuatu yang merusak kesejahteraan psikologis pengguna. Tetapi telah cukup diakui untuk mendapatkan perawatan medis dan ditanggung oleh beberapa penyedia asuransi.

Addiction Center mendefinisikan jenis kecanduan ini sebagai kondisi perilaku, yang ditandai dengan “sangat prihatin dengan media sosial, didorong oleh dorongan tak terkendali untuk masuk ke atau menggunakan media sosial, dan mencurahkan begitu banyak waktu dan upaya untuk media sosial sehingga merusak area kehidupan penting lainnya.”

Sehingga, seseorang terobsesi dengan kebiasaan media sosial. Seperti; menggulir, mengirim SMS, dan memposting, akan menghabiskan waktu online dengan mengesampingkan aktivitas kehidupan lainnya, dan dapat mengabaikan anggota keluarga dan teman.

Seseorang dapat kecanduan dan menjadi rusak, adalah karena penggunaan media sosial merangsang pusat kesenangan otak, bagi banyak orang.

Addiction Center menjelaskan bahwa interaksi konstan dengan platform online memicu “area hadiah otak” secara kimiawi dengan cara yang sama seperti obat-obatan terlarang dan berbahaya, seperti kokain, atau seperti “seri suntik dopamin yang disuntikkan langsung ke dalam sistem”.

Selain itu, Beberapa efek negatif dari penggunaan media sosial meliputi; Cyberbullying, Doxxing, dan, Eksploitasi anak.

Cyberbullying memanfaatkan celah yang ada. Seperti; komentar memalukan, postingan negatif atau foto, gambar berbau seksual yang kadang palsu, menyebarkan rumor, mengancam seseorang, dan video atau halaman web ofensif.

Sementara Doxxing berusaha mengumpulkan data secara tidak sah dan menyebarkan informasi identitas pribadi atau materi pribadi kepada publk, dengan tujuan kejahatan.

Sisi gelap dari internet dan media sosial adalah eksploitasi anak. Jangkauan global dan kecepatan komunikasi digital telah memungkinkan pornografi anak dan predator berkembang di balik topeng digital dan dalam kelompok bayangan.

Kemudahan menggunakan aplikasi dan platform media sosial pada perangkat seluler memungkinkan orang dewasa predator untuk “merawat” anak-anak melalui teks dan streaming langsung, berbagi dan mengkonsumsi pornografi anak, dan memeras anak-anak untuk seks.

Meskipun, media sosial juga memiliki dampak positif. Namun, yang utama, adalah bijaklah dalam bermedia sosial.*

avatar

Redaksi