33 Tahun Cinta Terlarang “Karhutla dan Jambi”

Hak Asasi Manusia

September 5, 2023

Jon Afrizal/Kota Jambi

Kualitas udara di Kota Jambi, Senin (4/9). (: sipongi.menlhk.go.id)

KEBAKARAN hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi adalah ibarat sepasang kekasih yang saling memendam rindu. Dalam periode-periode tertentu, kedua kekasih itu akan saling bertemu; melepas rindu di keringnya musim kemarau.

Masih lekat di ingatan mereka yang berusia di atas 40 tahun, bahwa karhutla disertai  kabut asap terjadi pertama kali terjadi di Kota Jambi pada tahun 1990. Selama dua tahun berturut-turut di setiap musim kemarau, dan sangat pekat. Sehingga kendaraan harus menghidupkan lampu untuk menembus jarak pandang yang tertutup kabut asap tebal.

Setelah itu, sepertinya kedua kekasih ini mulai keranjingan untuk sering-sering bertemu.  Pada tahun 1997, lalu 2004 hingga 2006. Selalu bertemu di musim kemarau yang kekurangan hujan turun.

Tidak hanya hutan – semak belukar di tanah mineral saja yang membara terbakar. Lahan gambut yang telah dikeringkan oleh kanalisasi perusahaan perkebunan satu jenis pun begitu cepat tersulut merahnya percikan api yang berasal dari atas dan dari bawah lahan gambut.

Hingga menjadi yang terparah pada tahun 2015 dan 2019. Pada tahun 2019,  menjadi sebuah peringatan tentang armageddon. Bencana apocalyptic di akhir jaman.

Kala itu, fenomena red skies melingkupi sekitaran Kota Jambi. Langit memerah seolah kiamat telah dekat.

Tetapi, peringatan itu cepat terlupakan. Cinta terlarang antara karhutla dan Provinsi Jambi telah menyusahkan orang banyak. Karena banyak yang menderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) akibat kabut asap yang ditimbulkannya. Balita adalah yang paling menderita.

Hari ini, kedua sejoli kembali bertemu, memadu kasih cinta semusim. Karhutla dan Jambi.

Mengutip sipongi.menlhk.go.id, berdasarkan pantauan satelit NASA-NOAA20, terdata sebanyak 70 hotspot di Provinsi Jambi, Senin (4/9). Karhutla ini telah membakar 153,92 hektare lahan.

Dengan emisi CO2 sebesar 18.037,00 ton CO2e yang terlepas ke udara, Kota Jambi dikategorikan “Tidak Sehat”.

Sehingga, jika memang sudah dilarang sebaiknya jangan memaksa mencinta. Sebab, efek buruknya akan dirasakan oleh banyak orang.

Sama seperti kisah cinta terlarang “Karhutla dan Jambi”.*

avatar

Redaksi