Zapin, Bergeraklah Kaki!
Budaya & Seni
November 11, 2024
Jon Afrizal
Zapin Al-Zafn (2012) karya Tom Ibnur. (credits: m2indonesia)
KESULTANAN Yaman, Timur Tengah di masa lalu, memiliki tarian khusus yang hanya dimainkan oleh lingkungan istana. Sebuah taraian yang ditarikan dengan gerakan yang cepat. Dalam bahasa Arab, tarian itu dikenal dengan sebutan zafn (: gerak cepat).
Jika melihat sejarahnya, maka tarian Zapin yang dikenal di kebudayaan Melayu, adalah akulturasi dua budaya. Yakni budaya Melayu dan budaya Arab di masa lalu.
Beberapa literatur yang lain menyebutkan, kata “Zapin” berasal dari bahasa Arab. Yakni Zaffan (: penari), dan Al-Zafin (: gerak kaki).
Tari Zapin, awalnya, dibawa oleh pedagang Arab saat berdagang di kawasan Selat Malaka pada awal abad ke 16 Masehi. Selanjutnya tarian ini mengalami akulturasi dengan budaya lokal Melayu, dan menjadi budaya baru.
Zapin juga berhubungan dengan budaya tarekat dalam Islam. Zapin, dalam kegunaan dan tujuan, adalah juga semirip sebangun dengan Tari Paku Berputar dari kaum Sufi, yang digunakan sebagai media berzikir.
Tari Zapin memiliki nama-nama yang berbeda di banyak tempat. Sebutan untuk Zapin, mengutip kemdikbud, umumnya dijumpai di Sumatera Utara dan Riau.
Sementara di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu menyebutnya Dana. Sedangkan Bedana terdapat di Lampung. Lalu, di Jawa umumnya disebut Zafin.
Sementara masyarakat Kalimantan cenderung memberi nama Jepin. Dan Jippeng di Sulawesi.
Lalu, Jepen di Maluku. Dan, Dana-Dani di Nusa Tenggara Barat.
Diperkirakan, terdapat sekitar 100 jenis tari Zapin, yang berada di empat negara dengan penduduk Melayu. Yakni Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darusaalam.
Meski fungsi tarian adalah hiburan, tapi, setiap gerakan dalam tari Zapin memiliki makna. Makna itu terkesan filosofis, dan berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat Melayu.
Tari Zapin dimainkan oleh penari laki-laki dan perempuan. Dengan gerekan yang relatif sama.
Hanya saja perbedaannya terdapat pada gerakan tangan. Pola tarian ini sangat sederhana dengan pengulangan secara berkesinambungan.
Gerakan tari Zapin terinspirasi dari hubungan manusia dengan alam atau lingkungan. Seperti, pada Melayu Riau, misalnya.
Terdapat gerak Titi Batang, Anak Ayam Patah, Siku Keluang, Sut Patin, Pusing Tengah, dan Alif.
Masing-masing gerakan dilakukan secara berirama dan terpola.
Tari Zapin Melayu. (credits: inphedia)
Koreografi Tom Ibnur, mengutip asetiindonesia, mengembangkan ekspresi kebebasasn gerak dalam Zapineozapin. Sehingga, tema yang dikembangkan dalam Zapineozapin menjadi universal, tidak terikat hanya pada tema-tema yang telah ada, dan tidak hanya tertuju pada tema-tema keagamaan saja.
Namun kaidah-kaidah agama Islam, dalam Zapineozapin akan tetap terjaga.
Dimana kekuatan simbol-simbol diangkat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memperkuat tema secara abstrak maupun imajinatif.
Koreografi Zapineozapin menunjukkan perlawanan terhadap beberapa kaidah-kaidah koreografi yang lazim dilakukan. Ia menjadi bebas membentang cakrawala pemikiran tanpa mengenyampingkan penampilan yang penting untuk dinikmati.
Mengutip rimbakita, untuk mengiringi pementasan tari Zapin, dibutuhkan dua unsur. Yakni musik dan syair-syair Melayu yang mengandung pesan-pesan moral.
Jika mengacu pada masa awal tarian zapin yang sebenarnya berasal dari Arab, maka hanya menggunakan dua alat musik daja. Yakni, marwas dan gambus.
Sementara tarian Zapin Melayu, diringi alat musik yang lebih beragam. Seperti rebana, akordeon, gembos, marwas, gitar, dan gendang.
Tarian Melayu dengan iringan musik selalu berkaitan dengan rentak. Yakni irama tertentu yang menjadi motif gerakan tertentu. Rentak lah yang membangun suasana dan identitas tari Melayu.
Beberapa jenis rentak yang dikenal, yakni rentak Zapin, rentak Joget, rentak Ghazal, rentak Melayu, rentak Mak Inang, dan rentak Nobat. Rentak pun dibagi menjadi tiga; yakni rentak cepat, rentak sedang, dan rentak lambat.
Jika bicara lirik pada syair lagu Zapin, yang terkenal adalah ciptaan Tengku Mansor. Beberapa judul lagu pengiring tarian zapin adalah Ya Salam, Tanjung Serindit, Yale-Yale, Gambus Palembang, Sri Pekan, Lancang Kuning, dan Lancang Daik.
Sebelum lagu-lagu itu populer, tari Zapin biasanya diiringi oleh syair lama yang memiliki makna mendalam. Seperti Bismillah, Pulut Hitam, Anak Ayam Patah, Zapin Asli, Gendang Rebana, Lancang Balai, dan Sayang Sarawak.
Sebelum tahun 1960-an, tarian Zapin hanya boleh dilakukan oleh penari pria secara berkelompok. Sebab pada masa itu terdapat larangan wanita tampil dimuka umum.
Selanjutnya, setelah mengalami perkembangan, tarian ini juga dilakukan oleh penari wanita. Selain itu, juga terdapat beberapa versi.
Satu setting tari Zapin yang sangat popular adalah versi tari berpasangan antara penari pria dan wanita. Dalam pementasan panggung, tidak ada batasan mengenai jumlah penari, namun hanya menyesuaikan dengan acara yang diadakan.
Agar performanya baik, maka penari pria maupun wanita akan dirias sebaik mungkin.
Umumnya warna baju yang digunakan penari, cenderung berwarna cerah. Seperti merah, biru, hijau dan kuning.
Adapun busana yang dikenakan oleh penari laki-laku adalah pakaian adat Melayu. Yakni baju kurung, cekak musang, plekat, kopiah, songket, bros, dan bawahan seluar.
Sedangkan penari perempuan mengenakan baju khas Melayu. Yakni baju kurung labuh, selendang tudung manto, kain samping, dan kain songket. Juga, aksesoris seperti kalung, anting-anting, hiasan kembang goyang, dan lainnya.
Dikarenakan tarian Zapin berasal dari Arab, tentu saja kostum penari terpengaruh unsur Islami.
Dengan fungsi untuk menutup tubuh, memperjelas ruang gerak, mempertegas identitas tari, tidak mengganggu gerakan serta memberikan nilai estetika.
Nilai kesopanan dan kepantasan juga adalah bagian dari pementasan tarian Zapin.*