Papa, Kapan Pulang?
Ekonomi & Bisnis
July 3, 2025
Jon Afrizal/Ungaran, Jawa Tengah

Ilustrasi gambar di kaleng kemasan biscuit Khong Guan. (credits: Khong Guan)
PADA sebuah video yang diupload Antara News di kanal YouTube, pelukis kemasan kaleng biskuit Khong Guan, Bernardus Prasodjo menyatakan bahwa ia tidak mengetahui secara pasti alasan mengapa tidak ada sosok ayah di gambar kemasan kaleng biskuit Khong Guan.
Tapi, inilah trik advertising. Ketika, pada akhirnya, banyak orang mulai menyadari ada yang janggal dalam sebuah iklan, namun, produk yang diiklankan sudah tidak terbedung lagi di pasaran.
Maka, walaupun tidak ada sosok sang ayah dalam ilustrasi “aneh” ini, tapi toh, Khong Guan tetap menjadi ikon biskuit bagi keluarga.
Pembuatan gambar di kaleng Khong Guan juga dilakukan melalui beberapa tahap. Mengutip Kompas, pada awalnya Bernardus Prasodjo membuat sketsa. Kemudian, diajukan ke perusahaan. Setelah sketsa disetujui, ia pun mulai melukis gambarnya.
Saat melukis gambar itu, sekitar tahun 1971, mengutip Tribun News, Bernardus Prasodjo sedang bekerja sebagai tukang gambar di sebuah perusahaan sparasi warna di Jakarta. Dari sanalah ia mendapatkan order melukis kemasan kaleng biskuit legendaris itu.
Sebab, meskipun isi biskuitnya telah habis, tetapi kalengnya masih dapat digunakan untuk keperluan yag hampir sama. Dengan mengisinya dengan rengginang, misalnya.
Adapun yang ditonjolkan pada gambar itu, katanya, adalah sosok ibu. Dan, menurutnya, dengan sosok yang tergambar itu, yang mempengaruhi ibu-ibu rumah tangga untuk membeli Khong Guan.
Tetapi, mengapa hanya ibu? Bukankah di ilustrasi ini juga ada dua anak; laki-laki dan perempuan, yang terlihat sangat gembira.
Meskipun, akunya, ia tidak mendapatkan royalti apa pun dari karya itu. Sebab, pada perjanjian awalnya adalah kontrak putus.
Namun, entah mengapa, pertanyaan tentang sang ayah selalu muncul.

Kaleng besar biscuit Khong Guan di Ungaran, Jawa Tengah. (credits: Aku Cinta Makan)
Akhirnya, Bernardus Prasodjo mengakui. Mengutip Wow Keren, bahwa sang ayah adalah sosok di balik kamera yang sedang memotret keluarga harmonisnya.
Tetapi, itu jika sebuah photo. Namun, mengapa sang ayah tidak ditawari untuk ikut makan biskuit?
Bagaimana jika lukisan? Apakah sang ayah yang melukis keluarganya, ibu dan dua anak, yang sedang makan biskuit di meja makan, lengkap dengan minuman, mungkin teh? Dengan wajah yang riang gembira tanpa kehadiran sang ayah di sisi mereka?
Sejauh ini, memang, tidak ada jawaban terkait pertanyaan ini.
Atau anggap saja, sebagai pertanyaan selidik yang sangat ingin tahu, atau mungkin juga iseng ingin tahu.
Namun, iklan, harusnya tetap mengutamakan rasionalitas, dan dapat dijelaskan dengan akal sehat.
Bernardus Prasodjo lahir 25 Januari 1945 di Kota Salatiga.
Jika anda berkendara dari Kota Semarang menuju Kota Salatiga, ketika sampai di Ungaran, lihatlah di sebelah kiri anda. Terdapat sebuah kaleng besar Khong Guan Biskuit, dengan gambar yang “misterius” itu.
Kaleng besar itu letaknya tidak jauh dari kantor dan pabrik PT Nissin Biscuits Indonesia yang beralamat di Jalan Raya Semarang-Salatiga KM 23, Babadan, Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Perusahaan ini memproduksi tiga produk biskuit. Yakni; Nissin, Khong Guan dan Monde.
Sayangnya, warna kaleng besar biskuit itu telah mulai memudar.
Namun, biskuit adalah bagian dari “budaya” di Ungaran. Jika anda berkunjung ke rumah-rumah warga di Ungaran, suguhannnya adalah biskuit.
Pun, ketika hari-hari keagamaan, perusahaan akan menggelar bazar murah. Tentu saja, biskuit yang dijual adalah kwalitas terbaik, dan jarang ditemui di tempat-tempat penjualan pada umumnya.*

