Trump Tak Danai Media Pro-Demokrasi

Hak Asasi Manusia

March 17, 2025

Zachary Jonah

Donald Trump. (credits: science)

“Presiden Trump memenuhi janjinya untuk membuat pemerintah kita lebih efisien. Pembayar pajak Amerika seharusnya tidak mendanai propaganda anti-Amerika atas nama jurnalisme.” Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih

PRESIDEN Donald Trump memutuskan untuk menghentikan pembiayaan media yang didanai Amerika Serikat, termasuk Voice of America (VOA) dan Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL). Keputusan ini menimbulkan banyak kritik tertuju pada Gedung Putih.

Wartawan dari VOA, RFE/RL dan media lain yang didanai AS cuti atau disuruh berhenti bekerja Pada hari Sabtu, (15/3). Ini terjadi setelah Trump secara efektif membekukan dana kepada media yang memiliki koresponden di seluruh dunia dan memberikan liputan wilayah termasuk Eropa Timur dan Asia Tengah.

Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengurangi fungsi minimum beberapa lembaga, pada Jumat (14/3). Termasuk Badan Amerika Serikat untuk Media Global (USAGM), yang mengawasi media termasuk VOA, RFE/RL, Kantor Penyiaran Kuba, Radio Free Asia dan Jaringan Penyiaran Timur Tengah.

Keputusan ini, adalah karena Pemerintahan Trump yang tanpa dasar telah menuduh media terkena dampak bias. Sehingga keputusan ini sepertinya akan memastikan bahwa pembayar pajak tidak lagi berada di hook untuk propaganda radikal. Demikian pernyataan Gedung Putih, pada Sabtu (15/3).

“Di zaman konten yang tidak dimoderasi dan banyaknya berita palsu, maka jurnalisme dan kebebasan pers sangat penting bagi demokrasi,” kata Komisi Uni Eropa, dalam sebuah pernyataan, mengutip politico.

Menurut Komisi Uni Eropa, media-media yang didanai Amerika Serikat ini telah menjadi mercusuar kebenaran, demokrasi, dan harapan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sehingga, keputusan Trump untuk membekukan dana terhadap media-media ini juga berisiko menguntungkan musuh Amerika Serikat dan sekutunya.

“Pembatalan perjanjian hibah Radio Free Europe/Radio Liberty akan menjadi hadiah besar bagi musuh-musuh Amerika,” kata Presiden dan CEO RFE/RL, Stephen Capus.

Ia mengatakan bahwa Ayatollah Iran, pemimpin komunis China, dan otokrat di Moskow dan Minsk akan merayakan kematian RFE/RL setelah 75 tahun. Menyerahkan kemenangan pada musuh akan membuat mereka lebih kuat dan Amerika lebih lemah.

VOA dan RFE/RL telah ditetapkan sebagai organisasi asing yang tidak diinginkan oleh Rusia.

Kantor VOA. (credits: humenglish)

Trump telah berulangkali menyerang VOA sejak masa jabatan pertamanya. Sebelum ia memasuki Gedung Putih awal tahun ini, Trump mengatakan bahwa ia menginginkan Kari Lake, seorang loyalis MAGA untuk menjalankan outlet. Sejak itu, Lake ditunjuk sebagai penasihat khusus untuk USAGM.

“Agensi ini tidak dapat diselamatkan. Karena dari atas ke bawah, agensi ini adalah akar raksasa dan beban bagi pembayar pajak Amerika,” kata Kari Lake, penasihat senior untuk USAGM yang ditunjuk oleh Trump.

VOA dibentuk dan telah disiarkan secara global pada tahun 1942. Piagam 1976 mengatakan bahwa, kepentingan jangka panjang Amerika Serikat dilayani dengan cara berkomunikasi langsung dengan orang-orang di dunia.

Undang-undang di tahun 1990an dan 2010an telah melindungi VOA dari campur tangan pejabat pemerintah AS.

Menurut Lembar Fakta Gedung Putih, mengutip USA Today, Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), agen penasihat federal yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk, membantu mengidentifikasi agensi berita itu. Musk telah berulang kali menunjukan ketidaksukaannya terhadap agensi federal di X, dan mengklaim bahwa Agency for Global Media telah membayar organisasi media untuk mendorong propaganda sayap kiri.

Bahkan pada bulan lalu, mengutip RSF, Elon Musk telah menyerukan agar VOA dan Radio Free Europe/Radio Liberty ditutup, dalam sebuah posting ke platform media sosial X.

Pada awal bulan ini, Musk memberlakukan pembekuan 30 hari pada pendanaan outlet USAGM termasuk VOA dan RFE/RL. Ini adalah sebagai langkah pertama untuk pemotongan permanen dalam dukungan pemerintah ke outlet itu.

Sementara itu Thibaut Bruttin – Direktur Jenderal menyatakan bahwa kebijakan pemerintahan Trump ini mengancam kebebasan pers di seluruh dunia. Dan juga meniadakan 80 tahun sejarah Amerika dalam mendukung arus informasi yang bebas.

Sebab, saat ini menurut data RSF, terdapat 10 karyawan USAGAM yang saat ini ditahan di luar negeri karena melakukan pekerjaan jurnalisme. Dan sudah semestinya, pemerintah AS menghormati otonomi VOA sebagai organisasi berita independen dan membatalkan keputusan ini.

Selain juga, kongres dan pemangku kepentingan internasional harus memobilisasi langkah yang menentukan ini.

Direktur VOA Michael Abramowitz, mengumumkan bahwa lebih dari 1.300 wartawan dan karyawan VOA, termasuk dirinya sendiri, telah ditempatkan pada cuti administratif, pada Sabtu (15/3).

Agency of Global Media menyediakan berita dalam 64 bahasa kepada lebih dari 427 juta orang, mengutip websitenya.

Sementara Voice of America (VOA), adalah penyiaran internasional AS terbesar, yang memberikan berita dalam 50 bahasa kepada lebih dari 354 juta orang, demikian mengutip websitenya. VOA didirikan pada tahun 1941 oleh Presiden Franklin D. Roosevelt.

“Jurnalis untuk VOA dan RFE/RL sering menempatkan diri mereka pada risiko dengan melaporkan di negara-negara yang sangat disensor atau berbahaya. Ini harus jadi perhatian,” kata Direktur Program Committee to Protect Journalists (CPJ), Carlos Martinez de la Serna, mengutip CPJ.

Ia mengatakan selain VOA, USAGM mendanai Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL) dan Radio Free Asia. VOA mencatat pemirsa global mingguan lebih dari 350 juta pada tahun 2023, dan RFE/RL menjangkau lebih dari 47 juta orang di 23 negara setiap minggu.

Badan ini beroperasi dengan anggaran lebih dari USD 886 juta pada tahun 2024 dan mempekerjakan lebih dari 3.500 orang. USAGM juga mensubsidi pelatihan tahunan untuk ratusan profesional media di seluruh dunia.

Selain menghentikan pendanaan bagi media yang didanai Amerika Serikat, Trump juga mengurangi enam lembaga federal.

Yakni; Layanan Mediasi dan Konsiliasi Federal, Woodrow Wilson International Center for Scholars di Smithsonian Institution, Institut Museum dan Layanan Perpustakaan, Dewan Antarlembaga Amerika Serikat tentang Tunawisma, Dana Lembaga Keuangan Pengembangan Masyarakat, dan, Badan Pengembangan Bisnis Minoritas.*

avatar

Redaksi