Student Loan; Ketika Mahasiswa Dianjurkan Berhutang
Ekonomi & Bisnis
July 13, 2024
Jon Afrizal

Mahasiswa di Amerika Serikat yang menolak pemberlakuan student loan dari pemerintah. (credits: gettyimages)
STUDENT loan di banyak negara maju, adalah subsidi dari pemerintah untuk biaya kuliah bagi mahasiswa. Sementara di sini, di Indonesia, banyak perguruan tinggi yang menawarkan agar mahasiswa berhutang untuk memenuhi biaya kuliahnya, dengan menggunakan fintech atau pinjaman online (pinjol).
Mengutip trenasia, Federal Student Aid di Amerika Serikat, misalnya, menawarkan berbagai jenis pinjaman yang dirancang untuk membantu mahasiswa dengan kebutuhan finansial yang berbeda. Pinjaman ini sering kali bersifat subsidi, di mana pemerintah membayar bunga pinjaman selama mahasiswa masih bersekolah.
Sementara di negara-negara Eropa seperti Inggris, student loan juga didesain dengan pendekatan yang berorientasi pada pendapatan, di mana pembayaran kembali pinjaman dimulai hanya ketika pendapatan lulusan mencapai batas tertentu. Ini memberikan keamanan finansial bagi lulusan yang mungkin membutuhkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan atau memulai karier dengan gaji yang lebih rendah.
Umumnya, student loan di negara maju, tagihan muncul setelah enam bulan mahasiswa lulus dari kampus. Sebagai hutang, tetap saja harus dibayar, ehm, memberatkan bagi mereka yang baru pertamakali bekerja.
Sementara di Indonesia, kampus “menganjurkan” mahasiswa meminjam uang langsung dari pemberi pinjaman lainnya, dimana platform fintech bertindak sebagai perantara. Layanan ini menawarkan proses aplikasi yang cepat, persyaratan yang lebih fleksibel, dan pencairan dana yang relatif cepat, menjadikannya pilihan yang menarik bagi mahasiswa yang membutuhkan dana untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) atau biaya pendidikan lainnya.
Tentu saja, pembayaran untuk pinjaman online biasanya lebih pendek, yang dapat menimbulkan tekanan finansial pada peminjam jika mereka belum memiliki penghasilan tetap. Layanan pinjol di Indonesia mengharuskan mahasiswa untuk membayar setiap bulannya ketika masih menjalani kuliah.
Dan, tentunya, tanpa subsidi dari pemerintah.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 11 Juni 2024 menyebutkan bahwa penyaluran pinjol sektor pendidikan pada Januari 2024 mencapai IDR 15,76 miliar, sementara pada April 2024 mencapai IDR 7,73 miliar.
“Tiap produk keuangan itu tidak tentu cocok bagi semua orang. Termasuk seperti student loan, ini kan menjadi satu alternatif saja,” kata Frederica Widyasari Dewi, Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, mengutip Antara.
Satu aplikasi fintech yang secara resmi digunakan kampus adalah Danacita. Mengutip laman resmi Danacita, Danacita bersama Bukas (Filipina) adalah bagian dari ErudiFi. Yakni perusahaan teknologi untuk pendanaan pendidikan.
Danacita, sepeti yang tertulis di situsnya, menawarkan pinjaman 6 hingga 24 bulan jangka waktu pembayaran, dengan tagihan bulanan. Adapun untuk biaya platform sebesar 0 persen hingga 1,75 persen, yang dibebankan setiap bulannya sejumlah pembiayaan penghutang. Dan, biaya persetujuan sebesar 3 persen dari jumlah hutang yang diajukan atau minimal IDR 100.000 yang hanya dibayarkan sekali.
Dalam pelaksanaannya, Danacita bekerjasama dengan perguruan tinggi ternama.
Mengutip laman Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menjalin kerja sama dengan PT Inclusive Finance Group (Danacita) yang secara resmi ditandatangani melalui Naskah Kerja Sama pada tanggal 24 Juni tahun 2022 lalu.
Tercatat sebanyak 86 perguruan tinggi yang “bekerjasama” dengan Danacita. Diantaranya; Institut Teknologi Bandung (ITB), Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Besaran manfaat ekonomi atau bunga Danacita pun masih sesuai regulasi OJK yang diatur dalam SEOJK Nomor 19/SEOJK.06/2023 tentang penyelenggaraan layanan pendanaan Bersama berbasis teknologi informasi (LPBBTI),” kata Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aman Santosa mengutip Kompas.
Sejak berdiri pada 2018, Danacita mengatakan telah “mendampingi” pelajar dan mahasiswa Indonesia melalui lewat program cicilan. Dengan total 27.440 pengguna, di 148 mitra pendidikan, dengan jumlah dana pendidikan tersalurkan sebanyak IDR 375,9 miliar.
“Orang yang jelas-jelas tidak mampu berkuliah itu punya hak dibantu oleh negara,” kata Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji, mengutip BBC News Indonesia.
Tapi, yang terjadi, malah tidak dibantu. Dan, katanya, malah dibuatkan celah pinjol supaya mahasiswa secara sistemik terbelit utang dan tidak mmapu membayar.
Menurutnya, skema pembayaran UKT berupa cicilan plus bunga melalui platform pinjol Danacita ini berpotensi menjerat mahasiswa dalam lilitan hutang. Ketika mahasiswa yang berhutang gagal bayar, maka dapat berujung pada praktik intimidasi, dan itu adalah seni pemerasan.*
