Pemecahan Masalah ala Stoisisme

Lifestyle

September 1, 2025

Jon Afrizal

Ilustrasi proses perenungan diri. (credits: Pexels)

YANG membuat manusia menderita adalah keinginan mereka yang terlalu tinggi dan/atau bertolak belakang dengan kemampuan alamiah mereka. Sehingga muncullah rasa cemas, takut, dan depresi.

Adalah Stoisisme, satu aliran dalam ilmu filsafat yang bertumpu pada ide untuk hidup selaras dengan keseluruhan kosmos, termasuk manusia. Satu ajaran pokok stoisisme adalah mengendalikan suatu kegiatan yang masih dapat untuk dikendalikan, dan tidak memperdulikan suatu aktivitas yang berada diluar kendali seseorang.

Terdapat tiga filsuf utama, mengutip Retorika, yang berperan penting dalam aliran filsafat Stoisisme. Yakni; Seneca, Epitectus dan Marcus Aurelius.

Seneca mengakui bahwa manusia harus mengetahui jalan yang harus dipilih dan proses perkembangan dari jalan yang telah dipilihnya. Kesalahan yang tercipta, tanpa adanya pertimbangan yang matang akan menyebabkan seseorang hilang arah dan tujuan.

Dan, kebahagiaan hanya dapat dicapai saat seseorang dapat keluar dari belenggu kegelisahan dan mengerti apa yang harus dilakukan.

Sementara Epitectus memahami bahwa ketakutan manusia pada rasa sakit atau kematian adalah sama seperti pradoks yang mustahil untuk dihindari. Sebab setiap pertimbangan hidup yang menciptakan keraguan dan ketidakpastian harusnya dihadapi dengan rasa berani, sekaligus penuh dengan kehati-hatian.

Sedangkan Marcus Aurelius menyadari bahwa dalam berinteraksi dengan manusia lainya, terdapat banyak hal yang tidak terduga akan terjadi. Bahwa setiap perilaku manusia dengan dasar yang baik selalu berkeinginan untuk menjadi dambaan setiap orang dan sebaliknya.

Sehingga, manusia harus menciptakan setiap konsistensi baik dalam hidup yang digunakan untuk mengkontrol emosi terhadap segala sesuatu yang tidak terduga.

Kubus Rubik. (credits: Pexels)

Sebab, manusia selalu memiliki masalah untuk dihadapi. Sehingga, ketimbang menjauh dari masalah, adalah lebih baik untuk mempersiapkan sesuatu yang berguna untuk meminimalisir masalah itu.

Yang utama, adalah kemampuan untuk membedakan mana hal yang dapat dikendalikan dan mana hal yang diluar kendalinya. Setelah dapat membedakan, maka, tetap dibutuhkan usaha keras untuk memecahkan masalah.

Inti dari Stoisisme adalah menuntut seseorang untuk terus maju, berkembang, dan menghadapi segala rintangan hidup dengan cara yang tidak selalu sama dengan orang lain.

Stoisisme tidak hanya menawarkan cara untuk menghadapi rintangan dan hidup berkembang saja. Tetapi juga memaknai bahwa seseorang haruslah ikhlas dan tidak pasrah terhadap takdir, dalam menjalani kehidupanya.

Dalam arti yang lebih luas, manusia tidak boleh pasrah jika kehidupanya berjalan tidak sesuai yang ia kehendaki. Sebab, manusia memiliki kesempatan untuk berubah.

Namun, ketika perubahan yang dilakukan itu tidak membuahkan hasil, maka mereka harus ikhlas dan berusaha mencari jalan lain.

Kekuatan utama Stoisisme adalah karakteristik pantang menyerah, tidak peduli terhadap kegagalan, terus berusaha, melakukan berbagai percobaan agar sampai pada tujuan yang diinginkan.

Walaupun itu berat, penuh kesedihan, penuh penderitaan, dan membutuhkan perjuangan lebih dari sekali atau dua kali. Namun, berjuang adalah lebih baik daripada hanya diam dan menunggu kematian.*

avatar

Redaksi