Memahami Persoalan Lingkungan Lewat Puisi
Budaya & Seni
June 5, 2023
Novita Sari/Kota Jambi
Qorry Oktaviani ketika membaca puisi di Zo Kopi, Selasa (30/5). (credit tittle : Novita Sari/amira.co.id)
“Di Pangkal Babu itu; sungai bersuar kidung kehampaan –
menangisi embung nelayan
Di Pangkal Babu itu; perut para nelayan kini hanya terisi pertanyaan;
“makan apa hari ini?”
MENULIS puisi sebagai bagian perjalanan tidak banyak dilakukan orang. Namun, bagi seorang sarjana Biologi Universitas Andalas, Qorry Oktaviani, hal itu justru ia lakoni.
Dua bait puisi sebagai pembuka artikel ini, adalah puisi yang ditulis Qorry Oktaviani, atau yang biasa disapa Qorry.
Dalam kegiatan bedah buku antologi puisi “Melawai Kata di Embung Pangkal Babu” yang digelar di kafe Zo Kopi, Selasa (30/5), Qorry yang sudah merantau di Jambi sejak tahun 2019 dan bekerja di NGO lingkungan Warsi mengungkapkan hal tersebut.
Antologi puisi ini, kata Qorry, merupakan keresahannya terhadap berbagai tempat dan suasana di Jambi yang telah ia kunjungi.
“Saya menulis karena saya resah, di Pangkal Babu, sebuah nama pantai di ujung Jambi tepatnya di Tanjung Jabung Barat, saya melihat banyak masalah yang dihadapi nelayan, dan potensi yang belum diketahui orang. Begitu juga tentang orang Rimba,” katanya.
Selain menulis tentang Pangkal Babu, dalam antologi puisinya, Qorry juga menulis tentang Suku Anak Dalam Jambi, yang masih dianggap memiliki stigma negatif di masyarakat. Keprihatinan Qorry tersebut juga ia ramu dengan pengalaman pribadinya dalam melihat kondisi Provinsi Jambi.
Buku antologi puisi yang berisi 21 puisi tersebut, diterbitkan melalui komunitas Malam Puisi Jambi (MPJ) yang dapat dipesan melalui Qorry atau MPJ dengan harga Rp 40 ribu rupiah.
Sementara itu Dorel Efendi, salah satu peserta bedah buku menyebutkan, kegiatan ini sangat baik dilakukan untuk menunjang tumbuhnya geliat literasi di Jambi.
“Kegiatan bedah buku semacam tadi sangat menarik dan perlu disambut baik oleh para pegiat literasi karena kegiatan semacam ini menjadi wadah kita untuk mengapresiasi para penulis Jambi, ” kata Dorel.
Selain itu, kegiatan giat literasi semacam ini menurutnya menjadi ruang untuk bertemunya para pegiat literasi, baik itu TBM maupun pemerintah. Hal ini penting adanya demi terjalinnya komunikasi antar pemangku kepentingan dalam mendukung cita-cita kita dalam meningkatkan daya literasi di Jambi.
Ia berharap kedepannya, kegiatan semacam ini, khusus kegiatan-kegiatan yang mengapresiasi karya masyarakat Jambi lebih sering diadakan sebagai upaya dalam membangun budaya literasi di tengah masyarakat.
Kegiatan bedah buku yang berlangsung sejak siang hingga sore tersebut juga langsung dibuka oleh kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jambi, Arzi Suhendi, juga diisi oleh perwakilan duta baca Jambi, Fitri, dan pewara Meezy Indriyansyah. Turut juga mengundang puluhan pegiat literasi dan komunitas di Jambi.*