Malas Adalah (Juga) Kata Kerja
Lifestyle
May 25, 2024
Jon Afrizal
(credits: inrside)
GENERASI rebahan mengenal prasa: mager, yang berasal dari dua kata: malas gerak. Kondisi dimana seseorang enggan untuk berbuat apapun, melainkan bersantai-santai saja.
Dunia Kesehatan mengenal istilah Sedentary Lifestyle. Yakni sebuah kondisi dimana seseorang tidak aktif secara fisik, seperti sering rebahan dan jarang bergerak.
Beberapa orang menyatakan ini adalah dampak lanjutan dari tersedianya akses teknologi dan internet semasa pandemi lalu. Meskipun hari ini pandemi telah berubah menjadi endemi, gerakan mager tetap saja berlangsung.
Jauh sebelum teknologi “dua jempol” terjadi di sini, Indonesia telah mengenal sebuah kata untuk mengungkapkan kondisi mager. Yang, tentunya berasal dari kata: malas.
Menurut kbbi.co.id, malas adalah dapat menjadi kata sifat, kata kerja dan kata benda. Semisal, untuk kata sifat merujuk kepada prasa: enggan untuk bekerja.
Sementara untuk kata kerja berbentuk seperti prasa: bermalas-malasan. Sedangkan kata benda, yakni, pemalas.
Meskipun secara bahasa malsa adalah kata kerja (verb), namun, tetap saja tidak memperlihat sesuatu yang dikerjakan. Sehingga, menurut yankes.kemkes.go.id, mager adalah kebiasaan yang perlu diubah. Tetapi bagi beberapa orang telah merasakan nyaman dan menjadi kebiasaan yang sulit diubah.
Padahal, akibat gaya hidup mager tidak dirasakan secara langsung. Namun baru akan mulai terasa bertahun-tahun setelah menjalani rutinitas ini.
Menurut WHO, gaya hidup sedentari adalah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada tahun 2008 melaporkan bahwa kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.
Resiko mengalami lebih banyak masalah kesehatan akan lebih meningkat jika diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat lainnya. Seperti merokok atau minum alcohol, misalnya.
Efek lanjutan dari mager adalah; menurunnya konsentrasi, meningkatnya resiko stroke dan serangan jantung, gangguan fungsi kognitif, resistensi insulin, dan dapat memicu osteoporosis.
Menurut doktersehat, mager harus segera diatasi. Tentunya, cara mengatasinya bersala dari diri sendiri.
Semisal, dengan mengingat tujuan awal, atau apa yang seharusnya dilakukan. Lalu, melakukan pekerjaan dengan cara yang menyenangkan. Kemudian menyeimbangkan waktu beraktivitas dan istirahat.
Selain itu, juga harus membuat daftar hal yang harus dilakukan setiap harinya. Dan, juga, berhenti untuk menunda-nunda pekerjaan.
Dapat juga, mencari motivasi dari orang sekitar, yang telah berhasil. Agar maksimal, maka setiap pekerjaan harus diberi nilai, dan diperbandingkan dengan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Mager adalah sikap yang tidak menghargai waktu. Sehingga perubahan harus dimulai dari sekarang.
Sebab, kehidupan selalu berjalan. Semakin lama semakin cepat.
Ayo, move on.*