Ketombean? Tandanya Stress!
Lifestyle
August 5, 2023
Muhammad Al Fikri
(: pinterest)
GANGGUAN mental jadi masalah di Indonesia saat ini. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia adalah 7 persen, dari sampel sebanyak 1,2 jiwa, dari total 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia, menurut data BPS.
Gangguan mental ringan yang biasa dihadapi setiap orang saat ini adalah stres. Mengutip unicef.org, stres adalah kondisi ketika seseorang berada di bawah tekanan, merasa kewalahan, atau kesulitan menghadapi situasi tertentu.
Meskipun, dalam batasan tertentu dapat menjadi motivasi untuk bertindak lebih baik, tapi, stres yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, serta hubungan sosial.
Stres tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tapi juga anak-anak. Ketika anak-anak berpikiran negatif terhadap dirinya sendiri, misalnya. Atau juga merasakan trauma dan suatu perubahan besar di lingkungannya.
Pada saat mengalami stres, tubuh mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol yang bertujuan untuk bersiap mengambil tindakan mendesak. Yang biasa disebut sebagai respon melawan atau lari.
Munculnya kedua hormon itu mengakibatkan perubahan pada tubuh. Yakni nafas tersengal-sengal, berkeringat, jantung berdegup kencang, sakit kepala, pandangan kabur, mual, gangguan pencernaan dan susah tidur.
Akibatnya, berat badan menjadi turun karena tidak selera makan, dan menjadi mudah jatuh sakit.
Secara psikologis, seseorang yang mengalami stres memiliki kecenderungan mudah kesal dan marah, atau bahkan menarik diri dari kehidupan sosial.
Efek domino dari itu semua, yakni ngelantur dalam pekerjaan, tidak fokus, abai dan kurang konsentrasi. Terlebih pekerjaan yang beresiko tinggi, tentu saja dapat menyebabkan ancaman bagi keselamatan jiwa.
Ketika mengalami stres, mengutip halodoc.com, kondisi tubuh menurun. Karena pertahanan alami dari tubuh juga menurun.
Sehingga, tubuh tidak mampu melawan iritasi pada kulit kepala. Akibatnya, mikroba yang biasa berada di kulit kepala pun berkembang biak. Mikroba itu bernama malassezia globosa, atau yang biasa dikenal dengan ketombe (dandruff).
Serpihan berwarna putih, gatal dan kering menjadi gangguan tersendiri pada kulit kepala.
Penelitian terbaru dari Ghent University, Belgia dengan fokus penelitian pada MicroRNA, memberikan penjelasan mengapa ketombe lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita. Pada penelitian itu, dibuktikan bahwa kelebihan kromosom X yang dimiliki wanita membuat wanita memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat dibandingkan pria.
Secara statistik, juga diketahui, wanita hidup lebih lama ketimbang pria dan lebih mampu menghadapi peristiwa shock, infeksi, dan trauma. Kromosom X pada manusia mengandung 10 persen dari semua MicroRNA yang memiliki fungsi penting dalam hal kekebalan kanker.
Sehingga, ketombe bukanlah masalah sepele. Tapi, kemunculan si putih ini juga menjelaskan telah terjadi sesuatu pada tubuh. Yang, jika dibiarkan, akan semakin memperparah keadaan, baik itu kulit kepala, tubuh maupun psikis.
Mengatasi ketombe, biasanya cukup dengan menggunakan shampo anti dandruff yang banyak beredar di pasaran. Membersihkan rambut secara rutin dengan shampo, dapat menghilangkan ketombe.
Tetapi, yang terpenting adalah menjaga stabilitas kejiwaan. Mencari akar masalah dari stres itu sendiri. Jika memang sangat menganggu, sebaiknya mengunjungi psikolog atau psikiater terdekat.
Tentunya butuh biaya untuk perawatan dan pengobatan. Sebab, toh, tubuh akan digunakan seumur hidup.*