BLACK Tuesday, 24 Oktober 1929. Ketika itu bursa saham New York mulai jatuh dan terus jatuh ke titik terparah.
Lenyapnya kepercayaan konsumen, menimbulkan depresi besar, dan menghancurkan ekonomi.
Pengangguran terjadi, berkurangnya volume ekspor dan berkurangnya penerimaan negara dari sektor pajak.
Masa ini adalah masa tersuram dalam sejarah Amerika Serikat, dan berlangsung selama 10 tahun.
Menurunnya produksi negara, berseiringan dengan kegagalan panen para petani.
Tunawisma meningkat jumlahnya, dan menyesaki kota-kota di Amerika.
Franklin D. Roosevelt yang terpilih sebagai presiden, membuat kebijakan kerjasama antara pemerintah dan pebisnis untuk membelanjakan uangnya lebih banyak pada tahun 1930.
Kerugian konsumen pada jual-beli di bursa saham membuat mereka jatuh miskin.
Selain itu, musim kering yang panjang telah membuat sektor pertanian tidak berkutik.
Roosevelt mengeluarkan program “New Deal”. Bank-bank diperiksa dan beberapa lainnya ditutup.
Gaji pegawai pemerintah dan militer dipotong, agar dananya dapat digunakan untuk memperkerjaan pengangguran selama 10 tahun ke depan.
Meskipun, beberapa kalangan menyatakan bahwa program Roosevelt ini sangat sosialis, dan tidak mencerminkan Amerika yang sesungguhnya.
Pemerintah Amerika Serikat pun melegalkan Sin Industry, seperti judi, alkohol, cerutu dan pornography. Demi menyelamatkan perekonomian yang terputuk.
Tidak hanya di Amerika saja, depresi ini hampir terjadi di setiap negara. Inggris, Jerman, Perancis, Amerika Latin, dan seterusnya.
Dan, terjadinya "jaman tidak enak" ini berawal dari bursa saham.*