Lewat Aksi Jahit Pembalut Kain, Dorong Hak Kesehatan Reproduksi
Lifestyle
March 18, 2023
Novita Sari, Jambi
ANI Safitri tampak asik memperagakan cara menjalin benang dan kain di depan para peserta workshop di kafe Etalase, Sungai Putri, Kota Jambi. Sesekali ia bersenda gurau dengan salah satu peserta yang keseluruhannya adalah perempuan.
Di lokasi kafe yang terbuka, dengan suara aliran air, para perempuan dari berbagai profesi; mahasiswa, dosen, karyawan dan umum tersebut tampak serius mendengar sekaligus mempraktikkan arahan fasilitator materi. Mereka belajar bersama membuat pembalut kain yang difasilitasi oleh beranda perempuan, sebuah komunitas perempuan di Kota Jambi yang fokus terhadap isu-isu perempuan, termasuk hak kesehatan reproduksi.
Sinar matahari siang yang cukup teduh siang itu, tak menyurutkan semangat para peserta menyelesaikan susunan kain dan benang yang akan dibuat menjadi sebuah pembalut kain. Jarum besar, kancing, kain waterproof, kaos, batik, jarum pentul masing-masing telah tersedia di depan mereka. Meski terbilang sederhana dengan peserta yang tak terlalu banyak, namun, ada semangat dan makna besar dibalik proses jahit pembalut ini.
Hak kesehatan reproduksi perempuan
Kegiatan jahit pembalut kain yang mereka lakoni ini, satu rangkaian dengan acara workshop sejak pagi yang diisi dengan diskusi bersama tentang hak kesehatan reproduksi perempuan. Dalam diskusi ini, Ani menyampaikan tentang hakikat menstruasi pada perempuan yang merupakan siklus alami.
Dalam hal ini menurut Ani, penggunaan pembalut sekali pakai yang umum digunakan oleh para perempuan Indonesia perlu berganti ke pembalut kain karena pembalut kain ada yang menggunakan bahan baku 100% kapas, diproduksi menggunakan bahan baku kertas bekas dan serbuk kayu yang didaur ulang, proses daun ulangnya menggunakan DIOXIN, pemutih dan pewangi, dan ditemukan 107 bakteri per mm nya.
Fakta buruk ini akan memberatkan perempuan dengan kondisi tubuh yang dapat membuat perubahan mood, sakit di bagian perut hingga pinggang, keram, lesu, hingga timbulnya jerawat. Sehingga menurutnya, beralih menggunakan pembalut kain akan mengurangi dampak negatif penggunaan pembalut sekali pakai serta akan berefek baik bagi lingkungan karena berpotensi mengurangi limbah plastik yang disumbangkan oleh pembalut sekali pakai.
Meski pembalut kain dibanderol Rp. 350.000 per pouch (berisi 6pcs) akan tetapi harga ini jauh lebih hemat, dibandingkan dengan membeli pembalut sekali pakai. Pembalut kain ini juga bisa dipakai selama +- 3 tahun, tentu dengan dicuci kembali setelah memakainya.
Dibalik workshop pembalut kain Beranda Perempuan
Hal menarik dari kegiatan jahit pembalut kain ini adalah tema yang diusung dengan tagline perempuan bantu perempuan. Kegiatan ini juga melibatkan penyintas kekerasan seksual yang beberapa waktu lalu didampigi oleh Beranda Perempuan.
“Di kegiatan ini kami melibatkan penyintas kekerasan seksual, ini bisa menjadi salah satu bentuk trauma healing bagi dia” kata Ani
Kegiatan ini juga merupakan lanjutan dari berbagai kegiatan edukasi yang telah dilakukan Beranda Perempuan, juga sebagai langkah awal menuju ekonomi kreatif perempuan. Ng merupakan salah satu peserta kegiatan mengungkapkan pelatihan ini membuatnya senang sekaligus dapat menjadi bekal untuk dirinya.
“Saya senang ikut pelatihan ini, saya bisa belajar menjahit pembalut dengan langkah-langkahnya sampe jadi, jadi bisa saya pakai juga untuk anak perempuan saya. Apalagi kumpul-kumpul begini, bisa menghibur” katanya.
Pembalut kain yang telah jadi pun tersedia oleh beranda perempuan, untuk dapat membeli atau berdonasi lebih lanjut dapat mengirimkan pesan melalui Instagram @beranda_perempuan maupun websitenya @berandaperempuan.org. Begitulah, kegiatan yang berlangsung dalam satu hari (23/3) berakhir dan peserta membawa pulang hasil jahitannya masing-masing.
Artikel ini pertama kali diterbitkan di oerban.com