Kontroversi “Animal Print”
Lifestyle
February 5, 2025
Astro Dirjo
![](https://i0.wp.com/amira.co.id/wp-content/uploads/2024/12/utama2-24.jpg?resize=1024%2C768&ssl=1)
Kampanye Fur-Free-Friday oleh aktivis PETA. (credits: PETA)
SUKU Zulu (amaZulu) adalah penduduk asli Afrika Selatan yang berasal dari suku Nguni. Suku Zulu adalah kelompok etnis dan bangsa terbesar di Afrika Selatan. Sebagian besar tinggal di provinsi KwaZulu-Natal, dengan total 15.723.791 jiwa, menurut sensus pemerintah Afrika Selatan tahun 2022.
Kaum pria Suku Zulu merepresentasikan diirnya sebagai pembela, pemburu, dan pecinta bagi masyarakat. Mereka mengidentifikasi diri dengan kebanggaan dan martabat yang besar.
Mereka juga membandingkan diri mereka dengan kualitas hewan liar yang kuat seperti banteng, singa, dan gajah. Mereka mengenakan ikat pinggang kulit dengan dua helai kulit yang menjuntai di bagian depan dan belakang.
Mengutip rougemag, banyak budaya dan peradaban sepanjang sejarah percaya bahwa kulit binatang memberikan sebagian kekuatan binatang kepada pemakainya. Tidak hanya Suku Zulu dengan kulit macan tutul pada upacara Shembe saja.
Kaisar Romawi dan Firaun Mesir sama-sama mengenakan kulit sebagai simbol kekuatan dan status mereka. Kaisar Romawi Honorius bahkan melarang istananya mengenakan bulu untuk memastikan eksklusivitasnya.
Dewa-dewa kuno identik dengan pakaian bercorak binatang. Dewi kebijaksanaan Mesir, Seshat, dan dewa Yunani Dionysus pun sering digambarkan mengenakan motif macan tutul.
Perjalanan Napoleon ke Afrika Utara pada tahun 1800-an telah memicu tren motif hewan di Prancis. Khususnya mantel bulu dan permadani yang mewah.
Meskipun bulu binatang terus menjadi simbol aristokrasi, tetapi motif binatang baru menjadi tren umum pada tahun 1930-an. Yakni ketika film Tarzan the Apeman ditayangkan perdana pada tahun 1932.
Karakter aktris Maureen O’Sullivan yang memerankan Jane, telah menginspirasi banyak wanita untuk menyukai gaya bermotif binatang yang berani dan menarik.
![](https://i0.wp.com/amira.co.id/wp-content/uploads/2024/12/utama-13.jpg?resize=1024%2C803&ssl=1)
Penggunaan kulit binatang pada kostum pria Suku Zulu. (credits: pexels)
Satu dekade kemudian, Christian Dior merancang motif macan tutul dengan memasukkannya ke dalam koleksi New Look-nya tahun 1947. Pinup Bettie Page juga membuat dampak besar saat ia berpose dengan cheetah hidup dalam balutan bikini motif binatang.
Pada era 50-an dan 60-an, produksi massal memungkinkan motif hewan lain untuk mendapatkan popularitas. Motif kulit ular, garis-garis zebra, motif harimau, dan bintik-bintik jerapah mulai merayap ke dunia mode.
Namun, dengan bantuan mantel macan tutul milik Ibu Negara Jacqueline Kennedy yang terkenal, bintang-bintang Hollywood seperti Elizabeth Taylor dan bahkan lagu Bob Dylan tahun 1966 “Leopard-Skin Pill-Box Hat,” motif macan tutul didorong ke garis depan.
Tahun 1960-an juga menandai dimulainya babak baru untuk motif hewan. Motif ini tidak lagi diperuntukkan bagi orang kaya dan terkenal. Alih-alih dikaitkan dengan kekayaan dan kemewahan, motif hewan yang dikenakan oleh kaum hippie menginspirasi orang awam untuk menjadi liar dan bebas.
Orang-orang bahkan mulai bereksperimen dengan berbagai alternatif imitasi, karena bulu asli mulai menjadi tabu dalam gerakan hak-hak hewan.
Motif hewan oun memasuki liarnya music punk rock di tahun 1970-an. Motif hewan masih dikaitkan dengan kekuasaan, tetapi lebih sejalan dengan pemberdayaan individu. Bintang punk seperti Iggy Pop, Blondie, dan the Cramps mengenakan berbagai motif hewan untuk penampilan mereka.
Pada awal tahun 80-an, kesadaran publik tentang kekejaman terhadap hewan semakin meluas. Dan, tentu saja motif palsu membantu pernyataan sosial untuk hak-hak hewan.
Seperti tiada henti, motif hewan pada semua jenis pakaian tetap populer sepanjang tahun 1990-an. Begitu juga pada tahun 2000-an, ketika Maggie Gyllenhaal menghadiri Golden Globes 2009 dengan mengenakan motif macan tutul berwarna biru cerah dan fuchsia, dan Jennifer Lopez di Met Gala 2013.
“Motif hewan identik dengan keinginan untuk melarikan diri dan merasakan energi dari negeri-negeri eksotis dan iklimnya,” kata penata gaya Mickey Freeman kepada TZR.
Motif hewan atau animal print, telah menjadi pernyataan mode yang kontroversial selama bertahun-tahun.
Animal print secara psikologi, mengutip medium, memiliki banyak makna. Bagi penggunanya, animal print menunjukan jiwa petualang, percayaan diri, ekspresi sensualitas, penegasan dominasi, mencintai alam, kreatif, ekspresif, kebanggaan terhadap individualitas, dan menarik perhatian.
Banyak pecinta lingkungan tidak setuju dengan penggunaan jaket bermotif satwa. Sebab, akan mendorong pembunuhan dan eksploitasi binatang.
Mengutip People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), bahan-bahan yang berasal dari satwa, seperti; wol, bulu, dan kulit, telah menyebabkan penderitaan dan kematian miliaran satwa setiap tahunnya. Produksi ini, terutama, berkontribusi terhadap perubahan iklim, kerusakan lahan, polusi, dan pencemaran air.
Selain itu, kemajuan dalam bidang tekstil memproduksi bahan-bahan vegan yang ramah lingkungan hampir tidak dapat dibedakan dan jauh lebih unggul daripada bahan-bahan yang berasal dari hewan. Ada banyak alasan mengapa banyak perusahaan pakaian outdoor tidak lagi menggunakan bulu hewan.
Seperti, alasan bahwa bahan-bahan vegan yang tersedia saat ini jauh lebih ringan, dan jauh lebih tahan lama dan praktis.
Banyak orang yang familier dengan kain vegan umum seperti katun dan poliester. Namun, pada abad ke-21, bisnis mode vegan sedang berkembang pesat.
Pakaian dan aksesori yang terbuat dari rami, bambu, dan bahan non-hewan lainnya kini menjadi hal yang umum. Pakaian dan aksesori juga dapat dibuat dari bahan inovatif dan berkelanjutan seperti gabus, jamur, daun nanas, kulit apel, limbah buah lainnya, atau plastik daur ulang.
Begitu banyak bahan yang dapat dipilih dan tersedia saat ini. Maka, sudah seharusnya, tidak ada alasan lagi bagi satwa untuk mati dengan kejam dan menyakitkan demi: mode.*
![](https://i0.wp.com/amira.co.id/wp-content/uploads/2025/01/warning-4.png?resize=1024%2C119&ssl=1)
![avatar](https://amira.co.id/wp-content/uploads/2023/07/cropped-A-96x96.jpg)