Manfaatkan Laut Semaksimal Mungkin
Ekonomi & Bisnis
July 19, 2025
Saraswati Rajapatni

Ilustrasi laut. (credits: siwi)
PADA tanggal 13 Juni 2025 lalu, Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2025 ditutup. Sebanyak 170 negara menyetujui dan berkomitmen untuk melakukan tindakan mendesak guna melestarikan dan memanfaatkan laut secara berkelanjutan, termasuk pemerintah Indonesia.
Deklarasi politik berjudul “Our Ocean, Our Future” ini menyatukan seluruh delegasi dalam satu aksi mendesak. Terutama untuk menyerukan langkah-langkah konkret untuk memperluas kawasan perlindungan laut.
Seperti; melakukan dekarbonisasi terhadap transportasi laut, memerangi polusi laut, dan memobilisasi keuangan untuk negara-negara pesisir dan kepulauan yang rentan.
Deklarasi ini dilakukan bersama dengan komitmen sukarela oleh banyak negara dan entitas lainnya. Ini adalah Rencana Aksi Laut Nice, yang berhasil mengakhiri konferensi lima hari dengan dorongan terhadap multilateralisme lingkungan.
“Kesepakan yang dibuat harus dilaksanakan, dipantau, dan ditingkatkan secara ketat,” kata Li Junhua, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Ekonomi dan Sosial, mengutip United Nations.
Ia mengatakan momen ini akan membawa kemajuan pada COP30, forum kelautan global dan regional, dan pengambilan keputusan nasional, dan diterjemahkan melalui tindakan nasional yang tegas.
Komisi Eropa, sebagai bagian dari Pakta Kelautannya, mengumumkan investasi sebesar EUR 1 miliar untuk mendukung konservasi laut, ilmu pengetahuan, dan penangkapan ikan berkelanjutan.
Sementara Polinesia Prancis berjanji untuk menciptakan kawasan perlindungan laut terbesar di dunia guna menjaga lautnya, yang mencakup seluruh zona ekonomi eksklusifnya, seluas 5 juta kilometer persegi.

Ilustrasi mangrove. (credits: shutterstock)
Selandia Baru berkomitmen untuk menggelontorkan dana lebih dari USD 52 juta untuk mendukung peningkatan tata kelola, pengelolaan, dan ilmu pengetahuan kelautan di kawasan Kepulauan Pasifik.
Sedangkan Jerman meluncurkan program tindakan segera senilai EUR 100 juta untuk pemulihan dan pembersihan amunisi lama di Laut Baltik dan Laut Utara Jerman.
Lalu, Indonesia, Bank Dunia dan mitra lainnya meluncurkan Coral Bond. Yakni instrumen keuangan inovatif yang dirancang untuk memobilisasi modal swasta guna melestarikan ekosistem terumbu karang di kawasan perlindungan laut di Indonesia.
Sebanyak 37 negara, yang dipimpin oleh Panama dan Kanada, meluncurkan “High Ambition Coalition for a Quiet Ocean”. Yakni sebagai inisiatif politik tingkat tinggi pertama untuk mengatasi polusi suara laut dalam skala global.
Italia mengalokasikan EUR 6,5 juta untuk memperkuat pengawasan oleh Penjaga Pantai di kawasan perlindungan laut dan di anjungan minyak. Termasuk melalui sistem pengawasan satelit yang mampu mendeteksi potensi tumpahan minyak secara real-time.
Kanada menyumbang sebesar USD 9 juta untuk “Ocean Risk and Resilience Action Alliance”. Dengan tujuan untuk membantu negara-negara kepulauan yang berkembang dan negara-negara pesisir yang sedang berkembang meningkatkan ketahanan mereka terhadap dampak perubahan iklim melalui solusi berbasis alam.
Spanyol berkomitmen untuk menciptakan lima kawasan perlindungan laut baru yang akan memungkinkan perlindungan terhadap 25 persen wilayah lautnya.
Sejumlah badan di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitra global meluncurkan proses desain bersama untuk “One Ocean Finance”. Ini adalah upaya baru untuk membuka miliaran pembiayaan baru dari industri yang bergantung pada laut dan sektor ekonomi biru.*

