Ketika Jurnalisme Memaksa Presiden Nixon Mundur

Hak Asasi Manusia

February 12, 2024

Jon Afrizal

All the President’s Men.  (credits : imdb)

SABTU dini hari, tanggal 17 Juni 1972. Bob Woodward masih pulas tertidur.

Waktu itu ia berusia 22 tahun, dan baru sembilan bulan bekerja sebagai reporter The Washington Post.

Gajinya hanya USD 165 per minggu. Ini adalah bayaran terendah sebagai reporter The Washington Post  kala itu.

Pesawat telepon terdengar berdering di rumahnya. Di ujung pesawat telepon, terdengar suara editor liputan kota yang menugasinya untuk meliput kejadian kriminal, yakni perampokan yang terjadi di markas besar komite nasional Partai Demokrat. Turut juga ditugasi, seorang reporter muda bernama Carl Bernstein.

Tetapi, peristiwa itu ternyata adalah pintu gerbang bagi mundurnya presiden Amerika serikat ke-37, Richard Nixon. Reportase mereka kemudian dikenal dengan “Watergate Story”, telah mengupas tuntas Skandal Watergate. Berupa serangkaian skandal yang terhubung kepada : pencalonan kembali Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat.

Atas reportase-reportase keduanya, The Washington Post memenangkan Pulitzer Award kategori public service pada tahun 1973.

Memang, keduanya bukanlah penerima award. Tetapi, keduanya adalah reporter utama di “Watergate Story”.

Setelah melalui persidangan yang panjang dan melelahkan, terungkap bahwa perampokan yang terjadi di masa kampanye pemilihan presiden itu, dilakukan oleh kelompok pendukung Nixon, yang berada dalam naungan komite untuk pemilihan presiden kembali. Dan, kelima orang yang awalnya dituduh sebagai perampok itu ternyata bertujuan untuk memasang alat penyadap di sana. Watergate sendiri adalah nama dari tempat dan lokasi kejadian.

Konspirasi yang dilakukan Partai Republik ini, memiliki tujuan utama : untuk memenangkan pemilihan umum, dan mendudukan kembali Ricahard Nixon sebagai presiden Amerika Serikat.

Laporan pertama dari “Watergate Story”  diterbitkan di halaman pertama The Washington Post  pada edisi Minggu tanggal 18 Juni 1972 dengan judul “5 Held in Plot to Bug Democrats’ Office Here”.

Kelima tersangka adalah Edward Martin, alias James W. McCord, Frank Sturgis, Eugenio R. Martinez, Virgilio R. Gonzalez, dan Bernard L. Barker.

Kelimanya didakwa melakukan perampokan keji dan kepemilikan alat kejahatan. Empat orang ditahan dengan jaminan USD 50.000, dan Eugenio R. Martinez ditahan dengan jaminan USD 30.000. Para pelaku divonis bersalah oleh pengadilan pada Januari 1973.

Tetapi, hakim ketua persidangan kasus perampokan itu, John Sirica, menduga ini bukanlah perampokan biasa. Dan, “melihat”  adanya konspirasi politik di balik kasus ini.

Selanjutnya, Senat Amerika Serikat membentuk komite penyidikan terhadap kasus ini. Dan, diketahui bahwa kasus ini adalah konspirasi Partai Republik untuk merugikan Partai Demokrat dalam pemilihan umum.

Kasus ini membongkar fakta-fakta antara lain; terkait korupsi yang dilakukan Partai Republik dalam pengumpulan dana pemilihan, daftar rahasia di Gedung Putih dari lawan-lawan politiknya melalui penyadapan telepon, dan fitnah yang disebarkan terhadap calon-calon presiden dari Partai Demokrat.

Temuan dari komite penyidikan, berujung pada impeachment  (pemakzulan) yang dikeluarkan kongres terhadap Nixon.

Setelah melalui serangkaian upaya pembelaan diri, Presiden Nixon mundur pada tanggal 8 Agustus 1974.

Tentunya, reportase ini bukanlah membuka aib seseorang. Tetapi mengungkapkan sesuatu yang ditutup-tutupi, yang semestinya harus diketahui publik.

Peliputan mereka, selanjutnya difimkan. Film “All the President’s Men” dirilis pada tahun 1976. Diangkat dari novel yang berjudul sama, yang ditulis oleh Bob Woodward dan Carl Bernstein.

Film ini dibintangi oleh Robert Redford (sebagai Woodward) dan Dustin Hoffman (sebagai Bernstein). Film ini diproduseri oleh Walter Coblenz, ditulis oleh William Goldman dan disutradarai oleh Alan J. Pakula.*

avatar

Redaksi