Kabut Asap: Masih Menunggu Hujan Turun

Lingkungan & Krisis Iklim

October 1, 2023

Astro Dirjo/Kota Jambi

Kondisi polusi kabut asap akibat karhutla di Kota Jambi, Sabtu (30/9). (photo credit : Astro Dirjo/amira.co.id)

MEMBAKAR hutan dan lahan adalah proses kedua dari pembuatan kebun. Proses pertama, adalah menebang kayu. Sedangkan proses ketiga adalah land clearing. Setelah ketiga proses dilakukan secara runut, maka dapat dilanjutkan dengan pembibitan.

Kondisi ini yang selalu terulang dari tahun ke tahun di setiap musim kemarau, terutama di Provinsi Jambi. Sehingga sangat tidak nalar untuk saling melemparkan masalah ke provinsi tetangga. Sebab, masing-masing provinsi; yakni Sumatera Selatan, Jambi dan Riau memiliki titik panas, juga mungkin titik api.

Kondisi seperti ini, akan menimbulkan kabut asap, yang berdampak pada infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), terutama bagi balita dan lansia.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, kabut asap akan semakin menebal menjelang musim penghujan. Begitu juga dengan titik panas dan titik api.

Kabut asap yang tebal, harus diakui, berasal dari lahan gambut. Sementara lahan mineral tidak memberi sumbangsih asap setebal produksi kebakaran dari lahan gambut.

Sebab, lahan gambut bukanlah tanah. Melainkan adalah “tumpukan” tumbuh-tumbuhan yang telah terjadi sejak ratusan atau ribuan tahun.

Sehingga kualitas dan kuantitas kabut asap yang ditimbulkan sangat berlebih ketimbang tanah mineral, dan dapat menjadi komoditas ekspor, yang dapat merusak, tidak hanya manusia, tapi juga rekatan oksigen di alam raya.

Sungguh, betapa hebatnya “kita” menciptakan daya rusak ini.

Persoalan akan selesai, ketika hujan turun dengan alami secara berturut dalam rentang waktu beberapa hari. Yakni ketika masuk musim penghujan.

Selanjutnya, persoalan karhutla dan kabut asap tidak akan dibahas lagi. Dan baru akan dibahas setelah memasuki musim kemarau di tahun depan.

Selalu demikian yang terjadi, dari tahun ke tahun.

Sementara pantauan Badan Meteologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, kabut asap yang tebal dan pekat telah membuat berkurangnya jarak pandang di sekitar Bandara Sultan Thaha Jambi, yakni hanya 1.500 meter, pada Jum’at (29/9). Padahal jarak pandang normal berkisar antara  5.000 meter hingga 10.000 meter.

“Hujan diprakirakan akan turun di Kota Jambi serta Kabupaten Muarojambi dan Tanjungjabung Timur pada tanggal 2 Oktober 2023,” Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Thaha Jambi, Annisa Fauziah.

Begitulah, hujan di musim penghujan akan segera menghapus kabut tebal dan pekat.

Tetapi, tetap tidak akan menghapus dosa-dosa pelaku pembakaran hutan dan lahan.*

avatar

Redaksi